All Chapters of Dibeli oleh Pangeran Milyarder: Chapter 31 - Chapter 40

Grayson menyampirkan sepatu luncurnya di atas bahu sambil menanti Ari mengikat tali sepatu luncurnya. Mereka sudah menghabiskan sepanjang pagi hingga siang hari untuk berseluncur bersama, sepenuhnya lupa waktu. Grayson meraih sepatu luncur Ari begitu dia selesai dengannya. "Sini, biar aku yang bawakan untukmu."Ari menggeleng. "Tidak usah, aku saja.""Hati-hati dengan pisaunya." Grayson tersenyum. "Jangan sampai punggungmu tertusuk.""Tidak akan terjadi. Dan kurasa kau pun tidak akan menginginkannya," canda Ari. "Kurasa kita harus memasang pelindung pada pisau sepatu."Grayson tersenyum. "Ya ... kurasa kita harus memintanya pada manajer peralatan setelah kita kembali."Grayson meraih tangan Ari dan, layaknya anak kecil, mereka bergandengan menyusuri jalanan menuju pondok vila sementara para pengawal mereka mengekor. Sambil bercanda, Ari meloncat ke balik punggung Grayson dan pria itu menggendongnya ke pintu depan. Akan tetapi, saat mereka berjalan masuk, Grayson terpaku ...

Ketika Grayson bangun pagi-pagi keesokan harinya, jika bukan karena tirainya, cahaya dari salju yang masuk melalui jendela sudah pasti begitu menyilaukan. Tiba-tiba, kejadian kemarin terlintas di benaknya. Dia melihat ke arah Ari, memperhatikannya tidur, memikirkan betapa beruntungnya dia memiliki Ari sebagai istri. Tidak hanya cantik dan baik, wanita itu juga pengertian. Grayson menyeringai. Ari juga mampu mengambil hati ayahnya hanya dalam satu pertemuan ... bukan suatu hal yang mudah. Ayah Grayson memiliki bakat untuk melihat hati orang, melihat siapa mereka sebenarnya di balik topeng yang mereka tampilkan ke publik. Dia mampu melihat Ari dan, ternyata, dia menyukai apa yang dia lihat ... di dalamnya.Grayson menyisir sehelai rambut cokelat tua dari wajah Ari saat dia tertidur. Wanita itu merupakan salah satu wanita tercantik yang pernah dia kenal. Tetapi hal terbaik tentang Ari adalah dia tidak tahu betapa cantiknya dirinya yang sebenarnya. Tapi Grayson tahu bahwa bukan hanya kec

"Apa kau tahu siapa yang kira-kira menginginkan Dima mati?" Ari bertanya pada Grayson saat berada dalam pesawat jet pribadi Keluarga Kerajaan, menuju Estrea.Grayson menggeleng. "Marcus bisa saja menjebakku, tapi mengapa dia harus membuat aib sebesar itu untuk Keluarga Kerajaan? Itu bisa tercermin pada seluruh anggota keluarga, bukan hanya aku saja."Ari menghela napas. "Mungkin kita hanya sedang mencari-cari alasan saja. Mungkin mereka tidak akan mencoba menghubungkanmu dengan pembunuhan Dima. Lagi pula, kita bahkan tidak sedang berada di Estrea saat itu terjadi."Grayson menepuk tangan Ari dan mengangkatnya ke dekat bibirnya. "Kita ganti topik saja. Aku ingin menghabiskan waktu ini bersamamu."Ari mengangguk selagi merapat ke arah pundak Grayson. Dia hanya berharap tidak ada yang bisa mengaitkan Grayson pada pembunuhan Dima. Dia merasa kasihan pada Grayson. Saat menatap mata pria itu, dia bisa melihat bahwa pria itu masih peduli dengan Dima. Tentu saja, terlepas dari hal yang

Begitu Grayson melihat Xavier berjalan masuk ke dalam ruang interogasi, ia merasakan suatu kelegaan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya saat melihat seseorang. Ia sudah sejak pagi berada di dalam kantor polisi menjawab berbagai pertanyaan, tapi semua pertanyaan itu berujung ke pertanyaan yang sama: Apa kau melakukannya? Apa kau membunuh Dima Franz? "Xavier! Kau telah sampai disini! Kenapa lama sekali, bung?" Grayson bertanya, merasa lega melihat adiknya. "Aku tadi di ruang tunggu bersama Ari. Mereka baru saja memperbolehkanku untuk kembali." Xavier menariknya untuk berangkulan dan kemudian melepaskannya. "Bagaimana keadaanmu?""Aku baik-baik saja." Grayson menghela napas. "Bagaimana dengan Ari?"Xavier memiringkan kepalanya ke satu sisi. "Khawatir." Xavier duduk di salah satu bangku. "Kami tadi sama-sama menunggu ." Ia menyeringai. "Opsir itu tidak percaya bahwa Ari adalah istrimu. Polwan itu sampai-sampai meminta surat pernikahannya.""Benarkah?" Grayson menggelengkan

Grayson menyusuri lorong menuju rumah elitenya yang sekarang dia tempati bersama Ari. Dia mencoba mengingat untuk mencari tempat lain bersamanya. Mereka butuh tempat bersama. Tempat di mana Ari akan merasa di rumah.Ketika dia berjalan masuk, dia tidak melihat Ari, jadi dia berjalan ke bar dan menyiapkan minuman untuk dirinya sendiri. Kemudian dia membungkuk, dan memegang gelas di depan kepalanya, mencoba untuk tenang.Kemudian dia mendengar sesuatu di lorong, dan hatinya gundah.Grayson meletakkan gelasnya, saat kenangan tentang Dima dengan pria lain di tempat tidurnya melintas di benaknya.Dia mulai menyusuri lorong dan membuka pintu kamar tidur ... tapi tidak ada seorang pun di sana. Dia menghela napas lega.Tapi ketika dia berbalik, Sam dan Ari berjalan keluar dari kamar tidur cadangan sambil tertawa.Greyson membeku. "Apa yang sedang terjadi?"Sam mendongak dan tersenyum. "Kami mendengar suara dari belakang, dan saya menyuruh Ari untuk tetap di sini, tetapi dia tetap