All Chapters of Dibeli oleh Pangeran Milyarder: Chapter 51 - Chapter 60

Ketika Ari dan Grayson tiba di lantai tempat Henley dirawat, para dokter dan suster berpakaian jas lab putih bergegas keluar masuk ruangan Henley."Tidak!" Ari memekik, berlari menyusuri lorong dengan Grayson dan Vickie mengikuti di belakangnya, namun ibunya menghentikannya. Seketika itu, dia merasa seolah nyawanya ikut melayang."Ari! Dia baik-baik saja!" kata ibunya sambil mencengkeram pundaknya."Apa?" Ari memandang ruangan Henley dari balik air matanya, tiba-tiba merasa kehilangan akalnya."Ari, tatap aku!" teriak ibunya sambil meletakkan kedua tangannya di pipi Ari. "Ini adalah tim dokter yang Grayson hubungi."Ari mengangguk dan terbungkuk lemas, terisak histeris saking leganya. Beberapa saat kemudian, sepasang lengan kuat mengangkatnya dan menggendongnya menyusuri lorong menuju sebuah ruangan."Ssshhhh ...." bujuk Grayson, menyingkirkan rambut dari wajah Ari, mendekapnya dalam pangkuan pria itu dan mengayunnya maju mundur. "Tidak apa-apa, Sayang. Aku di sini ... kita

Sore itu, Grayson masih di rumah sakit bersama Ari dan keluarganya, ketika ponselnya berdering. Tadinya dia tidak ingin mengangkatnya, tetapi ternyata itu adalah ayahnya, jadi dia terpaksa mengangkatnya. Kondisi Henley telah membaik sepanjang malam dan telah makan siang. Jadi, Grayson merasa dia harus berbicara pada ayahnya.Dia menepuk paha Ari dan berdiri tepat ketika deringnya berhenti. Ari ikut berdiri, dan mengusap lengannya. "Ada apa?" "Ayahku menelepon." Grayson mengangkat ponselnya. "Aku akan segera kembali."Ari tersenyum dan mengedikkan kepalanya ke arah pintu. "Pergilah. Angkat teleponnya. Henley baik-baik saja."Grayson menyunggingkan senyum kepadanya lalu keluar menuju lorong.Sang raja langsung mengangkat teleponnya pada dering pertama. "Nak? Apa kau masih di Amerika?""Ya. Kenapa?" Yah, halo juga, Yah, batin Grayson. "Ada apa?""Bagaimana keadaan adik iparmu?" tanya ayahnya, mengabaikan pertanyaan Grayson. "Sudah lebih baik, terima kasih." Grayson me

Beberapa menit kemudian, Grayson menaiki undakan menuju rumah dua lantai milik Xavier yang menempati lahan seluas dua puluh hektar. Grayson tidak tahu kenapa saudaranya membutuhkan lahan seluas itu, kecuali demi privasi. Namun, pada musim semi Xavier biasanya mulai menggarap lahannya di tengah kesibukannya dengan kerajaan, dan pada musim panas tiap senti tanah itu telah dihiasi oleh kebun bunga yang menyebar di sepenjuru lahan. Meskipun Xavier memiliki tukang kebun untuk mengurusnya, kebanyakan desainnya dia lakukan sendiri. Xavier selalu menjadi orang yang pandai merawat tanaman dalam keluarganya, sebuah bakat yang dia dapatkan dari ibu mereka."Meski gelap dan tidak banyak yang bisa kulihat, tapi lahanmu terlihat seindah biasanya." Grayson menampar pelan punggung saudaranya.Xavier tersenyum. "Terima kasih. Begitu musim semi tiba, aku berencana untuk membuat kebun sayur di belakang rumah tahun ini. Aku ingin membawa beberapa sayurannya ke kastel, jika semuanya berjalan lancar."

Dengan mengenakan setelan jas dengan sepatu hak, Ari berjalan memasuki Bandara Internasional J.F.K. bersama empat orang pengawal, pulang menuju rumah ... rumahnya yang sekarang. Berhubung kini adiknya telah stabil, sudah waktunya dia pulang pada suaminya dan melanjutkan hidupnya di Estrea. Waktu penangguhan hukumannya dari Kerajaan memang singkat, tetapi ini adalah saatnya untuk pulang dan memberi dukungan pada suaminya.Selain itu, dia tidak sabar kembali ke kehidupan normalnya, apa pun arti normal tersebut. Ari menyeringai. Versi "normal" bagi Grayson serta keluarga pria itu sangatlah berbeda.Kehadirannya di bandara menarik perhatian-perhatian yang tidak diinginkan, tetapi dia tidak punya pilihan. Jet pribadi Keluarga Kerajaan ada di Estrea."Anda baik-baik saja?" Arnold, salah satu pengawalnya, bertanya.Begitu Ari menghubungi Grayson untuk mengatakan bahwa dia sudah siap pulang, segalanya berlangsung dengan cepat. Arnold dan Ralph, beserta dua orang pengawal lain yang belu

Ari tidak pernah sebahagia itu merasakan pesawat mendarat seperti yang dia rasakan saat ini ketika mendarat di Estrea. Karena masalah Marcus dan terpisah cukup lama dari Grayson, Ari sudah tidak sabar untuk pulang ke rumah.Rumah. Perkataan kecil yang mengandung begitu banyak makna. Rasanya janggal bahwa kini dia sudah menganggap Estrea sebagai rumahnya. Seumur hidupnya, Queens selalu merupakan rumahnya, tetapi kini sudah tidak. Sama sekali bukan. Bukan lagi sejak dia menikahi Grayson.Bahkan meski pria itu bukanlah seorang pangeran, Ari masih tetap ingin menikahinya. Jika dia bisa memilih pria mana pun di dunia ini untuk dia nikahi, pilihannya masih tetap pria itu. Ari hanya berharap mereka sanggup menghadapi segalanya. "Silakan." Pramugari pesawat menyerahkan jaket pada Ari. Meski Ari tidak paham alasannya, pramugari tersebut menjadi sedikit lebih ramah pada Ari sepanjang penerbangan. Mungkin pramugari tersebut mengasihaninya saat melihat Ari menendang Marcus keluar dari ar