Pagi itu, langit Livy dibalut awan tipis yang bergerak malas. Udara membawa aroma roti panggang dari jalanan, tapi Alice tak sempat menikmatinya. Ia melangkah cepat menuju butik Lady Meriana, langkah sepatunya terdengar tegas di trotoar batu.Begitu pintu kaca butik terbuka, aroma kain baru dan harum teh melati langsung menyambut. Meriana, dengan gaun krem sederhana tapi elegan, menoleh dari balik meja penerimaan dan tersenyum.“Lady Alice, kau datang tepat waktu,” ujarnya sambil menunduk hormat, meski nada suaranya tetap hangat.“Aku butuh bantuanmu,” kata Alice tanpa basa-basi, berjalan langsung menuju ruang kerja di belakang butik di lantai dua. Mereka duduk berhadapan di meja kayu panjang, gulungan kain, sketsa, dan pita pengukur berserakan di sana.Alice mencondongkan tubuh. “Aku butuh pedagang gandum, pemasok gula, dan… satu lagi pemilik toko roti kecil. Yang kuenya benar-benar enak. Aku ingin kau sendiri yang mencicipinya sebelum aku memutuskan.”Meriana mengerutkan kening. “Ku
Last Updated : 2025-08-20 Read more