Setelah kunjungan dari rumah Viola, Azam tak henti-hentinya memikirkan kehidupan Viola yang memprihatinkan. Setiap kali ia mengingat tatapan lelah gadis itu, setiap kali ia membayangkan bagaimana Viola berjuang sendirian, menafkahi diri sendiri dan adiknya, hanya tinggal berdua saja tanpa orang tua, hatinya terasa nyeri.Azam tahu, rasa ini bukan sekadar iba. Ada sesuatu yang lebih dalam, sesuatu yang selama ini sulit ia akui. Azam berdiri di balkon, pandangannya lurus ke depan, tapi tatapan matanya kosong. "Lagi mikiin apa, Zam?" Azam spontan menoleh, sedikit terkejut mendengar suara Bu Sandra dari belakang. Wanita paruh baya itu tersenyum lembut. "Bagaimana menurutmu Viola?" Bu Sandra penasaran, apa putra tunggalnya tertarik dengan gadis pilihannya. Azam terdiam sejenak sebelum menjawab, "Viola gadis baik dan sederhana, Ma. Tapi dia memikul beban yang sangat berat. Aku merasa ... kasihan."Bu Sandra mengamati wajah putranya dengan saksama. "Hanya kasihan saja?" tanyanya pelan.A
Last Updated : 2025-07-09 Read more