Aku masih ingat jelas saat pertama kali bertemu Bimala. Aku masih remaja, baru menginjak usia 18 tahun, begitu polos dan naif. Saat itu, kami diperkenalkan di sebuah acara makan malam keluarga yang mewah dan penuh intrik. Bimala, dua tahun lebih tua dariku, terlihat dewasa dan percaya diri, pesonanya begitu memikat. Saat itu, perkenalan kami tidak terlalu intens. Yang lebih aku ingat adalah obrolan orang tua kami, terutama ayahku dan Pak Gatot Arkatama, ayah Bimala. Ada pembicaraan tentang rencana perjodohan kami, sebuah upaya kolaborasi bisnis yang besar antara Jaya Pharma milik ayahku dan perusahaan milik Pak Gatot. Saat itu, aku belum mengerti sepenuhnya intrik bisnis di balik senyum ramah mereka yang penuh kepalsuan. Belakangan aku tahu, niat Pak Gatot lebih dari sekadar kolaborasi. Keserakahannya mengincar Jaya Pharma, dan perjodohan ini adalah cara licik untuk mengakuisisi perusahaan ayahku. Aku hanyalah pion dalam permainan kotor mereka.
Last Updated : 2025-08-19 Read more