“Siti rela, Tuan.”Kata-kata Siti itu masih bergema di telingaku, memutar berulang-ulang seperti mantra yang mengerikan. Anehnya, aku tidak lagi merasa jijik pada diriku sendiri. Tidak ada lagi gelombang penyesalan yang memuakkan yang biasanya menghantamku setelah setiap tindakan ‘buruk’ yang kulakukan. Kali ini, tidak. Yang kurasakan hanyalah kelegaan yang aneh, seolah ada beban berat yang terangkat dari pundakku. Aku menemukan pelarian, dan Siti adalah pintu gerbangnya.Aku tidak lagi peduli dengan monster di dalam diriku. Sebaliknya, aku merangkulnya. Monster itu adalah diriku yang baru, dan Siti, si gadis lugu itu, telah menerimanya. Dia adalah budakku, pengikut setiaku, dalam neraka pribadi yang kubangun sendiri.Hari itu juga, tanpa pikir panjang, aku memanggil semua pembantu dan sopir, termasuk kepala pelayan, dan memberikan mereka cuti panjang. “Pulanglah ke kampung halaman kalian. Nikmati waktu bersama keluarga. Gajih kalian akan tetap berjalan,” kataku, membuat mereka terkeju
Last Updated : 2025-08-12 Read more