Pagi itu, aku bangun dengan kepala berat. Bukan karena kurang tidur, tapi karena terlalu banyak yang harus kupikirkan. Di meja, ada tiga berkas yang belum sempat kubaca. Di ponsel, ada lima pesan dari Nindya, dua dari tim legal, dan satu dari nomor tak dikenal yang hanya menulis: “Kita belum selesai.”Aku menatap layar lama. Lalu mematikan ponsel.Di dapur, Lita sedang menggambar sambil makan roti. Ia menggambar gedung tinggi dengan awan di atasnya. Di bawah, ada tulisan kecil: “Rumah Papa.”Aku duduk di sebelahnya, mencoba tersenyum. “Kenapa kamu gambar ini?”“Karena Bunda sekarang kerja di sana,” jawabnya polos. “Jadi itu rumah Bunda juga.”Aku memeluknya pelan. Tapi di dalam, aku merasa seperti penyusup. Gedung itu bukan rumahku. Dunia itu bukan milikku. Aku hanya... terlempar ke dalamnya.Setelah mengantar Lita ke sekolah, aku kembali ke mobil. Sopir bertanya, “Langsung ke kantor, Bu?”Aku menggeleng. “Ke kantor hukum lama Hartono Group.”Hari ini, aku harus menyerahkan satu berkas
Last Updated : 2025-08-18 Read more