Kubalas Pengkhianatan Suamiku

Kubalas Pengkhianatan Suamiku

last updateLast Updated : 2025-07-07
By:  ApsarasswatamaOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Not enough ratings
9Chapters
13views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Sebuah surat wasiat membangkitkan konflik lama yang selama ini tersembunyi. Rani dipaksa menghadapi suaminya sendiri, warisan keluarga yang direbut, dan sosok bayangan dari masa lalu, Arka Satyawira. Kini, demi anak dan harga diri, ia tak bisa lagi diam.

View More

Chapter 1

1. Namaku di Surat Wasiat

“Bun, ini tadi diantar kurir. Katanya dari kantor notaris. Penting.”

Aku mendongak dari dapur, melihat Lita berdiri di ambang pintu sambil memegang amplop putih dengan logo kantor hukum di sudutnya.

“Kurir?”

“Iya, kurir biasa. Tapi amplopnya tulisannya ‘pribadi dan rahasia’.”

Aku mengusap tangan dengan serbet dapur lalu berjalan mendekat. Jantungku berdetak aneh ketika melihat tulisan tanganku sendiri di sudut kanan atas amplop itu:
Untuk Rani. Pribadi.

Deg.

Itu… tulisanku. Tapi aku tak ingat pernah menulisnya.

Kubuka amplop perlahan. Di dalamnya, ada beberapa lembar salinan surat wasiat dengan cap resmi. Namaku tertera di halaman pertama: Rani Kartika, ahli waris utama dari Hartono Sasmita.

Hartono Sasmita.

Ayah dari suamiku.

Mertua yang tak pernah benar-benar menganggapku sebagai bagian dari keluarga.

“Bun… itu apa?” tanya Lita pelan. Anak itu menatapku penuh rasa ingin tahu. Suara film kartun dari ruang tengah masih terdengar, kontras sekali dengan dentuman yang terasa di dalam dadaku.

“Cuma surat dari notaris. Nggak penting kok,” jawabku cepat, mencoba tersenyum.

Aku segera mengambil ponsel dan membuka kontak kantor notaris yang tertera di surat. Tanganku sedikit gemetar saat mengetik.

Halo, saya Rani Kartika. Saya baru menerima salinan surat wasiat dari Pak Hartono melalui kantor Anda. Apa surat ini benar?

Beberapa menit kemudian balasan masuk.

Benar, Bu Rani. Surat itu sah dan sudah melalui proses legalisasi. Sesuai permintaan terakhir almarhum.

Aku mendadak sulit bernapas. Rasanya seperti ditarik keluar dari tubuhku sendiri.

Kenapa aku? Kenapa bukan Bayu, anak kandungnya? Kenapa aku yang dipilih?

Aku duduk di kursi ruang makan, menatap surat wasiat itu tanpa berkedip. Kertasnya masih hangat karena baru saja keluar dari amplop, tapi pikiranku sudah membeku.

“Bun, kok diem aja? Bun... kamu nangis ya?” Lita mendekat, suaranya mengiris lamunanku.

Aku cepat-cepat menyeka ujung mata. “Nggak, sayang. Bunda cuma... kaget aja.”

Kaget adalah kata yang terlalu lembut untuk menggambarkan perasaanku saat ini. Lebih tepat kalau disebut panik. Bingung. Dan jujur saja—takut.

Tak lama kemudian, deru mesin mobil terdengar dari luar.

Bayu pulang.

Aku langsung menyembunyikan surat itu ke laci meja dapur dan menutupnya rapat.

“Assalamualaikum,” sapa Bayu sambil melepas sepatu.

“Waalaikumsalam,” jawabku datar. Mataku menatap wajahnya—wajah yang dulu kupercaya sepenuhnya, sebelum semua jadi membingungkan seperti ini.

Bayu mencium keningku lalu memeluk Lita.

“Tumben pulang cepat?” tanyaku mencoba biasa.

“Meeting dibatalkan. Pak Dimas katanya sakit.”

Aku hanya mengangguk, walau hatiku mulai menyusun tanda tanya.

“Bunda lagi ngapain?” tanya Bayu sambil membuka lemari es.

“Nggak, tadi ada kurir nganter surat dari notaris.”

Bayu menoleh cepat. “Surat apa?”

“Entah. Katanya salah alamat. Aku udah sobek juga tadi, nggak penting,” kataku berbohong setengah.

Wajah Bayu menegang sesaat. Lalu ia tersenyum, tapi senyum itu terasa dipaksakan.

“Kurirnya bilang apa?”

“Kamu kenapa nanya terus?” balasku cepat. “Kok kayak... panik?”

“Enggak. Cuma aneh aja. Notaris mana sih? Ngapain juga ngirim ke sini?”

Aku tersenyum tipis. Kali ini aku yang menggenggam kendali.

“Kalau emang nggak penting, ya nggak usah dibahas lagi. Mau makan sekarang atau nanti?” tanyaku, mengalihkan.

Bayu tak menjawab. Ia berjalan ke kamar dan menutup pintu. Kencang.

Tak lama, ponselku berbunyi. Sebuah nomor tak dikenal muncul di layar.

 “Jangan percaya siapapun, termasuk suamimu. Kamu terlibat dalam sesuatu yang lebih besar dari yang kamu tahu.”

Aku menelan ludah.

“Kalau kamu ingin tahu kebenaran, datang malam ini ke Restoran Jambu Lantai 2. Sendiri. Jam 9.”

Tanganku gemetar memegang ponsel.

Aku hanya ibu rumah tangga biasa. Aku tidak pernah mengusik siapa pun. Tapi entah kenapa, malam ini, hidupku seolah baru saja digeser masuk ke dalam cerita lain. Cerita yang tidak pernah aku pesan.

Sebuah cerita di mana aku... ternyata bukan hanya istri dari Bayu.

“Baik. Aku akan datang.”

Dengan satu ketukan balasan, aku tahu tidak ada jalan mundur.

Dan jika Bayu menyembunyikan sesuatu dariku—seperti yang kurasakan akhir-akhir ini—aku akan mengetahuinya malam ini.

Atau semuanya akan berakhir.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
9 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status