Andini menggeliat pelan di bawah selimut ketika merasakan matanya mulai terbuka. Ruangan masih dalam nuansa lembut—dinding bercat hangat, jendela terbuka menyuguhkan bias cahaya pagi yang baru saja menyentuh permukaan lantai kayu.Di sebelahnya, Hannan masih lelap. Napas pria itu teratur, lengan panjangnya masih melingkar di pinggang Andini dengan posesif yang khas. Seolah dunia tak boleh menyentuh calon istrinya—selain dia.Andini menyentuh pipi Hannan pelan, kemudian bangkit hati-hati. Namun, belum juga dia berdiri, jemari Hannan menangkap pergelangan tangannya."Mau kemana?" suara itu berat, baru bangun, tapi tetap terdengar dominan. "Mau mandi. Badanku lengket banget, Mas. Kamu masa nggak ngerasa?""Saya juga mau mandi," jawabnya sambil membuka satu matanya.Andini tertawa pelan, menepis tangan Hannan. "Kalau gitu kamu mandi duluan, aku mau cek Lingga. Gantian."Namun Hannan malah menarik selimut, dan dalam satu tarikan lembut namun pasti, Andini sudah kembali bersandar di dadany
Last Updated : 2025-08-15 Read more