Pintu terbuka, wajah Maura masih terlihat sangat buruk. Dia mengenakan jubah wol warna karang berdiri di dalam pintu, melihatku datang, dengan suara lemah berkata, "Ranaya, aku baik-baik saja. Tidur saja nanti juga sembuh.""Bagaimana bisa baik-baik saja, kamu bahkan tidak sadar wajahmu seperti apa sekarang." Aku menutup pintu, menopang lengannya masuk. "Duduk, aku sudah suruh seseorang ke apotek di kota beli obat untuk meredakan gejala altitude sickness. Kamu berbaring dulu, aku akan ambilkan air."Maura duduk bersandar di tepi tempat tidur, aku menyalakan ketel air panas."Aku sudah ambilkan dua kantong penghangat, besok kita akan ke daerah tak berpenghuni, suhunya lebih dingin, sebelum berangkat, tempelkan di badan, biar kamu merasa lebih nyaman."Dia mengucapkan terima kasih, lalu menatapku penuh makna berkata, "Ranaya, Raynard diperhatikan olehmu, tidak heran dia... susah melepaskan."Aku curiga dia sedang menguji hubungan antara aku dan Raynard.Tentu saja itu tidak boleh diakui.
Baca selengkapnya