Ekspresinya datar, tidak bisa dibedakan sedang marah atau bahagia. Namun, karena ini, rasa takut di hatiku makin menjadi-jadi."Memang aku berpikir seperti apa?" Raynard bertanya padaku.Saat seperti ini, semua penjelasan tidak ada artinya. Raynard hanya percaya pada apa yang dia lihat.Kepalaku kacau. Aku hanya ingin segera membawa Raynard pergi, agar tidak menyulitkan Bernard."Raynard, aku jelaskan semuanya setelah pulang, oke?"Raynard tiba-tiba tersenyum. "Panggil aku Raynard?"Aku langsung terdiam. Karena aku hanya memanggil namanya ketika berada di ranjang.Dengan kata lain, memanggil namanya adalah bentuk paling ekstrem dari rayuan dan penyerahan diri.Ranyard menunduk, seperti sedang menonton pertunjukan. Dia menunggu penjelasanku, tetapi aku sama sekali tak bisa mengatakan sepatah kata pun.Raynard bertanya padaku, "Kamu takut aku ke sana, ya? Sepertinya kamu memang menggoda orang lain.""Tidak, sungguh tidak," Aku untuk pertama kalinya menggenggam tangannya di depan umum. La
Read more