บททั้งหมดของ (Not) One Night: บทที่ 61 - บทที่ 70

Hari ini, tepat hari ke-12 sejak Evelyn sadar dari komanya. Dokter bilang Evelyn harus dirawat selama dua minggu, dan itu berarti lusa Evelyn sudah bisa pulang ke rumah. Evelyn tentu senang dengan fakta tersebut, karena dia sudah bosan berada di rumah sakit. Dan tentu Alan lah yang paling senang dengan fakta tersebut. "Alan berencana akan menikah denganmu lima hari lagi, itu berarti tiga hari setelah kamu keluar dari sini. Kamu siap, Eve?" Karina bertanya pada Evelyn yang sekarang sedang duduk di kursi roda. Karina sedang mengajak Evelyn jalan-jalan ke taman rumah sakit agar tidak jenuh terus berada di dalam ruangan. "Lima hari lagi? Sepertinya aku belum bisa berdiri dengan benar saat itu," jawab Evelyn. "Hanya akad saja. Alan ingin bebas bersamamu di dalam rumah, dan ingin merawatmu sendirian saat malam hari. Jelas dia tak akan bisa melakukan itu sebelum menikah denganmu. Ada Kak Tiana yang mengawasinya." Karina menjelaskan. Evelyn terdiam mendengar itu. "Alan juga merencanakan

Evelyn duduk di atas sebuah kursi berbahan plastik. Dia terlihat sangat cantik dengan sebuah kebaya berwarna putih dan riasan yang natural namun terlihat indah. Di sampingnya ada Alan yang memakai setelan berwarna putih juga. Ya, hari ini adalah hari akad pernikahan Alan dan Evelyn. Seperti rencana awal, akad pernikahan mereka akan dilaksanakan di KUA secara sederhana. Sedangkan pesta resepsi akan dilaksanakan setelah Evelyn sembuh sepenuhnya. Di dalam ruangan tersebut, ada beberapa petugas KUA yang melihat dari jarak cukup jauh. Sedangkan pihak keluarga duduk di belakang Evelyn dan Alan. Mereka semua berpakaian rapi dan formal. Walau acara akad ini dilaksanakan secara sederhana, tetap harus ada dokumentasinya sebagai kenangan. Di depan Alan dan Evelyn ada satu penghulu sebagai orang yang akan menikahkan mereka. Surat penyerahan wali dari Darren diterima, apalagi sekarang posisinya Darren juga sudah meninggal dunia. Dan akan agak susah dan panjang urusan jika harus mencari saudara

Alan kini sedang berada di dapur, menyiapkan dua gelas air putih untuk di bawa ke kamar. Dia dan Evelyn tetap menempati kamarnya yang ada di lantai atas. Jelas itu menyulitkan Evelyn sebenarnya karena Evelyn belum bisa naik turun tangga. Namun Alan siap dengan konsekuensinya, yaitu dia harus menggendong Evelyn setiap naik ke lantai atas maupun turun ke bawah. Alan tak akan keberatan melakukan itu setiap hari demi Evelyn. "Apa Evelyn sudah tidur, Om?" Alan menengok sesaat pada Zara yang baru masuk ke dapur dan langsung bertanya padanya. Zara sudah memakai piyama tidurnya yang berwarna navy. "Belum. Dia sedang membaca novel di kamar," jawab Alan dengan nada yang sangat tenang. Zara menyandarkan pinggulnya pada meja makan, melihat Alan dari kejauhan. "Kira-kira kapan Evelyn akan sembuh dan bisa berjalan lagi?" Zara bertanya. "Aku belum tahu. Aku harap secepatnya juga. Evelyn sepertinya juga sudah bosan di atas kursi roda terus. Tapi sepertinya memang masih lama," jawab Alan. Dia ber

Delapan bulan kemudian.Bulan demi bulan terlewati, dan tak terasa semuanya sudah berlalu cukup lama sejak kecelakaan waktu itu terjadi. Hukuman sudah diberikan pada Citra dan suaminya, juga pada supir minibus yang mengaku di bayar oleh pasangan suami istri tersebut.Sebagaimana yang Alan katakan di awal, dia puas karena sudah berhasil menghajar suami Citra di kantor polisi, dan jelas tak ada yang membela pria itu. Dan yang Alan katakan tentang Citra pun benar terjadi. Satu bulan Citra dalam penjara, dia habis di siksa dan dipukuli oleh teman satu selnya. Kenapa bisa begitu? Simple saja. Alan punya banyak uang agar setiap yang dia inginkan bisa terlaksana.Setelah bulan demi bulan terlewati, kondisi kaki Evelyn pun terus membaik. Dokter bilang tulangnya yang patah sudah menyatu kembali. Evelyn sudah mulai bisa berjalan, walau begitu dokter menyarankan agar tidak terlalu lama saat berjalan. Namun, untuk kegiatan di rumah sekarang sudah bisa dilakukan."Eve, harusnya kamu istirahat saja

Evelyn mengakui diri sendiri kalau setelah menikah dengan Alan, terutama setelah patah kakinya sembuh dan dia bisa bergerak bebas, dia sendiri yang sering meminta jatah pada Alan. Entah itu malam, atau siang. Kalau siang hari, Evelyn jelas meminta hanya saat Alan libur kerja dan Zara tak ada di rumah saja. Dulu, Evelyn suka malu-malu walau akhirnya menikmati juga. Namun setelah menikah, dia berani mengikuti Alan mengeksplor lebih jauh lagi tentang seks yang bisa membuat hubungan suami istri semakin harmonis dan intim. Saat Alan bekerja, Evelyn sering membuka internet. Mencari bacaan tentang berbagai macam nasehat dan cara agar hubungan suami istri tetap harmonis, dan seks yang terjadi tak terasa membosankan. Berbagai gaya hubungan intim selalu Evelyn cari tahu, dan pada malam harinya dia meminta pada Alan untuk mempraktekkan. Evelyn melakukan itu karena satu hal saja sebenarnya. Dia ingin Alan puas dengan semua pelayanan yang dia berikan. Dia ingin memberikan kepuasan yang maksimal