Ada rindu, ada sedih, ada bahagia, ada menyesal, ada berdebar-debar, ada sakit, ada luka, ada banyak rasa lain yang sepertinya belum bernama. Bergelung-gelung menjadi satu, menggulung Giva pada suatu tempat bernama tangisan. Giva menghambur pada Juan yang masih terpejam. Ia tak memeluk tubuh itu, melainkan memegang tangannya, menciuminya lama. Bersamaan dengan itu, satu dua buliran berkejaran luruh dengan kawan-kawannya berbondong-bondong. "Maaf karena aku lupa dengan suamiku sendiri," bisik Giva, di sisi ranjang Juan. Mereka kini berdua, sebab ketika ia sampai di sana dengan mata yang siap tumpah, ibu, ayah dan kakak Juan langsung memberikan ruang. "Maaf karena aku lebih percaya orang lain, lebih percaya sebuah foto, dibandingkan suamiku sendiri." Giva masih terisak. Ia menenggelamkan wajahnya di lengan suaminya, tak menatap pada sosok Juan yang sejak tadi sudah membuka mata dan memperhatikan. Ada seulas senyum dengan his dekik di pipi yang terukir di sana; milik Juan. Sekalipun
Terakhir Diperbarui : 2025-08-29 Baca selengkapnya