FWB (Friend with Bonus)

FWB (Friend with Bonus)

last updateHuling Na-update : 2025-08-01
By:  NanasshiIn-update ngayon lang
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
1 Rating. 1 Rebyu
9Mga Kabanata
34views
Basahin
Idagdag sa library

Share:  

Iulat
Buod
katalogo
I-scan ang code para mabasa sa App

Juan dan Giva adalah sahabat karib. Mereka dekat sejak kecil, tumbuh bersama, saling ada untuk satu sama lain. Juan dan Giva bertolak belakang. Juan yang playboy dan suka bergonta-ganti pasangan, sedang Giva orang yang tidak suka sentuhan. Suatu hari, kedua manusia yang bertolak belakang itu memutuskan untuk menikah kontrak demi kepentingan satu sama lain.

view more

Kabanata 1

Bab Pembuka

-- SETAHUN SETELAH PERNIKAHAN--

Waktu bergulir dengan menyenangkan. Hubungan Juan dengan sang istri pun sangat baik. Mereka akhirnya hidup bahagia setelah aral melintang di mana-mana. Giva sudah belajar mengatasi rasa trauma, Juan berubah menjadi budak cinta. Mereka melakukan ini dan itu, menikmati waktu demi waktu. Berjanji mengatasi segalanya berdua.

Lalu keajaiban muncul dalam kehidupan mereka setelah hampir satu tahun pernikahan. Kala Giva menyadari bahwa ia melewatkan masa menstruasinya setelah seminggu. Bergegas ia memesan testpack dari aplikasi online, mencobanya dengan degupan jantung menggila ia di dalam toilet kamarnya.

Hari yang mengejutkan itu ia lalui sendirian, sebab Juan sedang lembur di kantornya. Setelah mencobanya hampir dengan sepuluh testpack berbeda dan merasa yakin, Giva yang dipenuhi gelenyar gembira itu menyiapkan sebuah kejutan untuk Juan. Berupa testpack-testpack yang dimasukkan di dalam kotak. Ia juga memesan sebuah cake red velvet kesukaan Juan dengan tulisan 'selamat menjadi ayah' sebagai pelengkap. Sehingga setelah semuanya siap, tersisa Giva menunggu waktu datangnya sang suami dengan perasaan excited yang tak bisa dideskripsikan.

Tapi, ketika jam di dinding sudah menunjuk dengan pongah pada angka 11, Juan masih tak nampak batang hidungnya. Ponselnya jelas mati ketika Giva berusaha menghubunginya. Hadir rasa khawatir nan gelisah, menggeser kegembiraan beberapa saat lalu. Sebab tak biasanya Juan seperti ini. Sekalipun Giva pulang lebih dahulu dari kantor dan Juan harus menghadapi tumpukkan tugasnya sebagai bagian dari orang-orang atas di Kita Moelya, ia tetap tak pernah pulang lewat dari pukul 9 malam.

"Ibu, Juan ada di rumah?"

Giva menghubungi langsung ke rumah mertuanya, harapannya laki-laki itu ada di sana. Namun jawaban yang ditunggunya ternyata berbeda dengan kenyataan.

"Juan nggak ke sini, sayang. Memangnya dia belum pulang dari kantor?"

"Belum, bu."

"Biar ibu coba minta ayahmu hubungi pegawainya di kantor. Kamu jangan khawatir ya."

Tak melegakan juga ucapan sang mertua. Bagi Giva, hal-hal ganjil selalu terasa mencurigakan. Ia punya banyak kenangan buruk, dan kesemuanya bermula dari hal-hal remeh. Ia takut sekarang kalau-kalau Tuhan masih belum puas memberikannya sebuah ujian.

Sudah sepuluh menit berlalu namun pesan dari ibunya hanya berisi kalimat penenang. Menyuruh Giva untuk tidak khawatir sebab ayah Juan sudah meminta orang-orangnya untuk menyebar mencari sang anak bungsu. Tapi ... mana mungkin Giva tak khawatir, kan? Ia jelas mengalami banyak hal belakangan ini selayaknya dalam film-film. Bagaimanapun, ia masih merasa trauma.

Lalu sebuah pesan masuk tiba-tiba terasa meruntuhkan dunia milik Giva. Itu hanya sebuah pesan singkat dari nomor tak dikenal yang memberitahukan keberadaan suaminya.

Loh?

Bukankah Giva harusnya merasa senang karena kini ia tahu keberadaan suaminya?

Seharusnya demikian, bila saja pesan itu tak menunjukkan posisi siapa perempuan yang sedang makan malam bersamanya.

Mungkin Giva seperti orang gila sekarang. Meraih boleronya secara asal, tak lupa juga ponsel dan berlari menuju pak Dul di samping rumah. Meminta laki-laki berbadan tinggi itu untuk mengantarnya ke sebuah alamat hotel mewah tempat Juan menikmati makan malamnya.

"Ngebut ya Pak," pinta Giva. Ia tak ingin kehilangan momen yang menyakitkan itu tanpa penjelasan. Terlebih sebuah penjelasan yang didapatkan langsung di tempat kejadian perkara.

Sayangnya, 30 menit perjalanan itu telah membuat si tersangka yang ingin ia cecar tak berada di tempatnya. Sehingga sekalipun Giva celingukan mencari, tak kunjung ia dapati di sana; suaminya.

Anehnya, lagi dan lagi, pesan masuk dari nomor tak dikenal itu masuk ke ponselnya.

 

'Juan masuk ke kamar no. 190 dengan seorang perempuan'

 

Giva seharusnya belajar dari pengalaman soal rasa penasarannya seringkali mencelakakan. Tapi, ia tidak punya pilihan lain. Ia ingin memastikan bahwa suaminya bukanlah Juan Dirangga Moelya yang dulu, ketika ia masih sebagai sahabatnya, menjadi saksi betapa nakal dan brengseknya Juan.

Ia ingin menyanggah itu dengan mata kepalanya sendiri.

Terlebih, dalam perutnya kini, seseorang sedang tumbuh.

Tak butuh waktu lama, Giva yang bergegas dengan kalang kabut itu sudah berada di depan pintu kamar yang dimaksud. Tangannya bergetar, keringatnya memenuhi jari jemari hingga pelipis. Jantungnya berdetak dengan suara talu yang membumbung.

Jemarinya yang terkepal itu, mengambang di udara. Ia tak jadi mengetuk, justru jatuh tersimpuh ia di depan sana. Di belakangnya, Pak Dul memburu, mencoba membantu. Namun Giva menggeleng, ia meminta waktu sendirian. Sehingga beringsut laki-laki berkepala botak itu, menjauh, menjaga jarak aman.

Giva menangis dengan tubuh gemetar. Ia merasa ketakutan bahkan sebelum benar-benar membuktikan kebenarannya. Di dalam hatinya, riuh suara memintanya untuk percaya pada Juan. Laki-laki yang bahkan hampir mati demi menyelamatkannya. Sahabat hampir seumur hidupnya, sekaligus suami yang ia cintai dengan sepenuhnya.

Setelah berhasil menguasai diri, Giva bangkit. Ia mengusap air matanya kasar dengan punggung tangan, membulatkan tekad lantas mengetuk pintu tersebut dengan kuat.

Cukup lama, pintu itu bergeming. Suara ketukan jemari Giva yang riuh beradu dengan pintu seperti sengaja tak didengar, seolah mereka yang di dalam, terlalu asik untuk sekedar peduli pada orang gila yang mengetuk pintu mereka di pukul 12 malam. Meski begitu, Giva tak menyerah. Sebab kalaupun ternyata ia salah, ia akan dengan sukarela memberikan kompensasi bagus atas ketenangan mereka yang terganggu.

Tapi, itu pukul 12 malam yang lebih lima menit, hari yang telah berganti dengan kecamuk di dalamnya, berdiri seorang perempuan yang sangat familiar dalam balutan baju tidur terbuka berbahan satin halus dengan renda-renda. Matanya mengantuk namun cukup cerah untuk menemani senyumannya. Ia hanya menatap Giva sambil bersedekap, cukup lama diam dan saling memandang.

"Apa ada suamiku di dalam sana?"

Giva bertanya tepat pada point-nya. Tak punya banyak waktu untuk ia berbasa-basi. Lagi pula, perempuan yang sebelumnya tersenyum dalam foto makan malamnya dengan Juan pun adalah perempuan yang sama.

"Ada. Kamu mau lihat langsung?"

Giva tentu ingin sekali melakukan apapun yang sering ia lihat ketika para istri sah melabrak pelakor. Sialnya, di kenyataan, Giva bahkan tak punya daya untuk melakukan itu. Yang ia lakukan hanya menghambur masuk dengan tergesa ke dalam kamar hotel untuk membuktikan ucapan perempuan itu dengan kedua matanya langsung.

Anjing!

Giva ingin meneriakkan umpatan itu dengan keras sekarang, namun ditahannya sekuat tenaga. Juan sang suami yang sudah ia siapkan kejutannya, cake dan kabar bahagia soal janin yang ada di perutnya, iya ... laki-laki itu, ada di sana, di atas ranjang king size dengan hanya mengenakan dalaman bagian bawah. Terpejam matanya, terdengar dengkuran halusnya. Laki-laki itu terlelap dengan tanpa rasa berdosa. Dengan banyak tisu yang terserak di bawah tempat tidur, bekas bungkus kondom dan juga set bra + g-string kepunyaan si perempuan.

Pemandangan yang menjijikkan!

Giva merasakan air matanya sibuk mendorong-dorong bilik pertahanannya. Namun, enggan ia tumpahkan. Di hadapan perempuan itu, ia tak mau lagi terlihat lemah. Sehingga yang dilakukan Giva justru berbalik meninggalkan Juan yang masih terlelap, menemui perempuan itu yang masih bersandar di depan pintu.

"Sebegitu inginnya kamu dengan suamiku?" tanya Giva dengan suara bergetar, dipenuhi sel-sel amarah. "Sampai-sampai kamu ... merendahkan dirimu begini?" Giva menunjuk perempuan itu dengan ekspresi jijik. "Ambil saja kalau kamu memang seingin itu. Aku tidak butuh laki-laki yang mengkhianati istrinya sendiri."

Giva melangkah, bersiap meninggalkan tempat itu. Namun saat itu baru dihitung ketiga, ia berbalik lagi. Melepaskan sebuah tamparan dengan sepenuh tenaga yang tersisa. Membuat perempuan itu sampai terhuyung, berteriak kesakitan. Tercetak jelas di sana, di pipinya yang memerah.

"Sialan kamu!"

Perempuan itu meledak; marah. Seolah menjadi tak punya harga diri belum juga cukup, ia menambahkan nilai tak tahu malu untuk melengkapinya.

Namun Giva tak menanggapi. Ia berniat pergi meski sialnya, tangan perempuan itu menarik rambut Giva dan menjambaknya dengan kuat. Tentu saja itu tidak akan berakhir mudah, Giva melakukan hal yang sama dengan si perempuan. Pada rambutnya, pda baju kurang bahannya, pada apapun yang bisa Giva genggam dan jambak.

Itu pukul setengah satu malam, ketika keributan itu akhirnya menarik banyak orang keluar dari kamar mereka sebab waktu istirahatnya terganggu. Sehingga kemudian, selain Pak Dul, datang pihak keamanan dan yang berusaha melerai.

Dan setelah semua keributan itu, Juan baru membuka mata. Mengucek matanya bingung, melihat sekeliling. Itu ruangan yang asing, dengan banyak mata memandang serta tubuh yang kedinginan.

Dan ketika matanya bersirobok dengan Giva yang sudah sembab, pun tubuhnya yang hanya mengenakkan celana dalam, ditambah si perempuan yang terduduk di lantai dengan lingerie yang robek separuh, barulah Juan tahu bahwa ia harus menerima konsekuensi yang berat.

^^^

(Selamat datang di kisah Juan dan Giva. Kisah ini akan dimulai dari sisi pertengahan, ketika rumah tangga yang manis itu akhirnya retak dan hancur. Bab setelah ini, kita akan flashback dari awal dimula kisah keduanya. Sepasang sahabat yang bertolak belakang, namun harus terikat dalam pernikahan hanya demi sebuah kepentingan)

SELAMAT MEMBACA

Palawakin
Susunod na Kabanata
I-download

Pinakabagong kabanata

Higit pang Kabanata

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Mga Comments

user avatar
wafiqas
Bukunya seru bangetttt, manis, lucu, bucin, tapi ada Angst dan trauma story-nya huhuhu RECOMMENDED!!!!!
2025-07-31 15:34:56
1
9 Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status