Malam semakin larut, namun nyala lampu rumah sakit tak pernah padam. Setelah dipaksa duduk di bangku panjang oleh Amira dan diberi sedikit roti tawar yang entah dari mana datangnya, Arafah mulai tampak lebih tenang.Farel yang semula sibuk dengan pasien–pasiennya tiba–tiba mengambil tempat dan duduk di samping Arafah, masih memegang botol air mineral yang kini sudah setengah kosong. Lelaki berbadan tinggi lagi berisi itu melirik Arafah dengan napas lega, lalu memecah keheningan dengan nada menggoda."Kamu tahu nggak, kamu hampir bikin saya serangan jantung."Arafah mengerjapkan mata, menahan senyum. "Kamu perawat, Rel. Harusnya sudah biasa lihat orang hampir pingsan."Farel menoleh, menaikkan alis. "Iya, tapi biasanya bukan kamu, biasanya pasien. Sekarang malah perawat paling keras kepala yang nyaris tumbang di depan mata."Arafah tersenyum tipis, menyandarkan kepalanya ke dinding. "Maaf ya, jadinya merepotkan.""Bukan merepotkan, cuma bikin jantung kerja lembur," jawab Farel, separuh
Huling Na-update : 2025-09-07 Magbasa pa