"Kamu tahu sejak awal bagaimana semua ini akan berjalan, Kirana," seloroh Bima menohok. Begitu singkat, tapi cukup untuk menghancurkan sedikit harapan yang tersisa dalam diri Kirana."Apa saya salah?" tandas pria itu kembali melanjutkan, bersamaan dengan kilat mata tajam khasnya dan dua tangan bersedekap di dada. "Kamu tahu benar hasil akhir dari keputusan yang dipaksakan, tapi kamu tetap menyanggupinya, kamu bersikeras melakukannya."Kemudian, tanpa menunggu balasan, Bima melangkah pergi, masuk ke kamar dan menutup pintu tanpa suara. Namun Kirana tidak menyerah, teriakannya kembali terdengar—kali ini, lebih keras dan penuh emosi."Lalu kenapa kamu menikahiku kalau kamu bahkan tidak mau menganggapku ada, Bima?" geram wanita itu menggebu–gebu.Bima mengurungkan niat beristirahat di kamar dan memilih untuk keluar, setidaknya dia ada jika Kirana memang berniat bicara padanya.Sedang Kirana sendiri buru–buru bangkit dari sofa dengan hati yang terasa sesak. Seumur hidup dia tidak pernah se
Terakhir Diperbarui : 2025-09-03 Baca selengkapnya