Karena tahu bahwa Ashley ada di dalam kamar, hati Noah tak lagi dilanda gelombang kecemasan, kerinduan, dan penyesalan seperti biasanya. Sebaliknya, dia justru merasa tenang, sangat tenang.Melihat Noah bersikap sekeras batu, Ashley pun tak ingin membuang energi untuk berbicara lagi. Dia mengabaikannya sepenuhnya, seolah-olah Noah hanyalah udara yang bisa dilewati begitu saja.Tanpa berbicara, dia turun ke lantai bawah dan menelepon tim konstruksi yang dihubungi semalam. Dia pergi ke Gunung Yasoda untuk memindahkan makam orang tuanya.Melihat itu, Noah panik dan buru-buru mengejarnya. "Ashley, kamu mau apa ini?"Ashley menatapnya dengan dingin, bibirnya menyunggingkan senyuman sinis. "Bukankah kamu yang dulu mengancamku dengan makam orang tuaku? Sudah lupa?""Ashley, bukan begitu ...." Noah terdiam di tengah kalimat. Dia sangat mencintai Ashley, bagaimana mungkin dia sampai hati benar-benar menyakitinya?Rencana menggali makam itu bukan berasal darinya, melainkan dari ibunya. Namun, di
Baca selengkapnya