Semua Bab Mencuri Calon Suami Adikku: Bab 141 - Bab 150

Suri mengerutkan kening, meski masih penasaran, ia juga ingin fokus pada rencana yang berikut, karena akan lebih besar.“Tapi lebih sulit,” gumam Suri. Bukan hanya mekanisme, tapi Suri belum bisa mengatur detail karena kemungkinan Leland akan ada di dekatnya. Variable yang tidak bisa dihindari.“Bukan penipuan barang antik lagi? Aku masih bisa menemukan beberapa barang dari daftar yang diinginkan oleh ayahmu itu,” kata Connor.Suri menggeleng. “Cara itu lebih mudah memang, tapi ayahku tidak bodoh. Dia tidak akan tertipu hal yang sama kedua kali.” Suri sangat amat meragukan Mark akan mau membeli barang antik dalam waktu dekat.“Lalu apa yang ingin kau ambil?”“Aku akan memikirkan detailnya dulu. Aku belum sampai di sana.” Suri mengaku kalau detail rencana yang berikutnya belum terpikirkan dengan baik, karena Suri sejujurnya tidak pernah membayangkan akan sampai pada tahap ini.Bisa melewati tahap 1 dengan selamat saja sudah merupakan keajaiban bagi Suri. Tanpa Connor hal itu tidak mungk

Karena Leland tidak menutup pintu dengan sempurna, Taylor bisa melihat pemandangan jarum pukul 06.00 itu dengan detail jelas. Tentu membuatnya jengah dan mundur lagi.“Kenapa kau menggangguku? Aku bahkan belum bernapas!” Leland langsung memprotes, masih dalam posisi yang sama.“Sir Martell memanggil Anda.” Taylor menyebut niatnya dari balik separuh daun pintu yang masih menutup.“Nanti.” Leland berguling ke arah pintu, dan memakai kakinya untuk menutup. Taylor memanggil sekali, lalu menyerah.Tawa Suri terpecah lagi, saat Leland kembali dengan berguling, menempatkan posisi persis seperti tadi, dan menangkup kepala Suri dengan kedua tangannya.“Kau ti–tidak berniat memperbaiki posisi?”Leland menggeleng. “Ini sudah sempurna. Aku mendapatkan semua yang aku inginkan.”Leland menghujani Suri dengan kecupan lagi—lengkap kali ini, bersama ciuman yang mendesak, untuk melampiaskan keinginan yang tertahan berminggu-minggu.Suri? Sama saja. Tawa dan segala rasa menyenangkan, telah menyeret Suri

“Karena aku ingin melindunginya—setidaknya ada yang bisa aku lindungi.” Itu saja, Leland berbalik dan keluar.Martell pun menutup mulutnya, sampai Leland menutup pintu. “Karena ibunya…” gumamnya. Alasan yang agak mengejutkan, tapi tidak mengherankan setelah mengerti. “Taylor, panggil Parker,” kata Martell.Taylor menolehkan kepala dengan sangat cepat, terkejut. “Kenapa, Sir?”Parker adalah nama dari pengacara Martell, salah satu dari sekian banyak yang mengurus seluruh legalitas yang menyangkut York. Masalahnya, Parker adalah orang yang mengurus legalitas warisan York.Pemanggilan Parker tidak normal. Martell bukan orang yang plin-plan, dan sudah lama tidak mengusik surat warisannya itu.“Apa kau perlu tahu?” desis Martell, sambil melotot padanya. Taylor boleh bertanya apapun, tapi tidak tentang isi warisannya.“Tidak, Sir.” Taylor menggeleng dengan cepat, dan bergegas mengambil ponsel untuk menghubungi Parker.***Leland tidak langsung kembali ke kamarnya, tapi berhenti di depan kama

Leland membuka rak, menyingkirkan beberapa pajangan kaca tidak penting, juga buku, lalu meraba di belakangnya. Seharusnya ada botol di sana, tapi Leland hanya menyentuh permukaan kayu keras.“Kenapa tidak ada?!” Leland mendesis, lalu menampar semua pajangan kaca itu.Suara denting saat suara seluruh pajangan kaca itu terjatuh, membahana terdengar jelas karena memang tengah malam sangat sunyi. Hanya ada Leland di ruang tengah bernuansa remang itu.Ruangan itu biasa dipakai Martell untuk menjamu tamu, tapi sudah lama tidak dipakai—karena Martell tidak pernah ingin menemui tamu lagi, ruangan itu hanya ada saja sekarang.Menurut ingatan Leland, ia masih punya sebotol whiskey di balik pajangan kaca itu aneka planet itu. Persembunyian yang menurut Leland akan sangat aman, tidak mungkin ada yang tahu, tapi rupanya ada yang tahu karena botol itu tidak ada.“BRENGSEK!” Leland memaki dan menarik turun semua buku yang ada di sana, masih ingin mencari, siapa tahu hanya bergeser. Tapi setelah semua

Suri bingung. Sikap dingin itu bukan yang pertama dilihatnya hari ini. Suri tidak bertanya-tanya saat tadi malam mendapati Leland sudah tertidur setelah dirinya kembali dari bermain bersama Maxi. Ini wajar karena Leland pasti lelah setelah melakukan perjalanan panjang.Tapi Suri mulai merasakan titik keanehan saat mereka mendarat di Portugal. Suri baru menyadari kalau sepanjang perjalanan ia tidak mendengar suara Leland sedikitpun— tidak satu patah kata pun terucap dari bibirnya.Suri tidak amat menyadari yang sebelum itu, karena terlalu sibuk menyiapkan segala perlengkapan liburan–dibantu oleh Leila. Lalu keributan saat berangkat—dibantu oleh Silas, sampai mereka terbang.Suri masih ditemani Silas yang menyerahkan aneka brosur kegiatan yang bisa dilakukan di hotel. Silas juga yang menjelaskan tentang kapan waktu yang tepat untuk ke pantai, dan bagian mana yang aman untuk berenang.Silas… Silas lagi dan hanya Silas yang bicara padanya. Suri baru merasakan kesunyian saat tiba di kamar