Di bawah cahaya lilin yang temaram, tubuh Laura bagai terlepas dari kendali. Setiap ototnya menegang, menari mengikuti irama jari Reve yang semakin menjadi. Kasur berderit lembut menahan gerakan mereka. Keringat membasahi pelipis Laura, rambutnya menempel di dahi yang berkerut. Bibirnya yang merah terbuka, mengeluarkan desahan-desahan pendek yang putus-putus. “Tolong ... hentikan ... aku tidak sanggup …” Reve hanya tersenyum, senyum kecil penuh kendali. Matanya yang gelap tak lepas dari wajah Laura yang tersiksa kenikmatan. “Kau mau apa, Sayang?” bisiknya, sementara jari tengahnya terus bergerak memutar dengan tekanan sempurna tepat di titik paling sensitif. Laura menggeleng liar, tangannya mencengkram lengan Reve. “Langsung saja ... Reve ... tolong …” “Ulangi,” desaknya. Napas Reve membelai telinga Laura. “Aku suka mendengar suaramu seperti ini.” “Ahh, Reve, kumohon,” erang Laura, punggungnya melengkung. “Kumohon ... aku menginginkannya ….” “Menginginkan apa?” godanya, m
Last Updated : 2025-11-17 Read more