Semua Bab Begin Again With You: Bab 101 - Bab 110

"Satu ditambah satu, sama dengan dua. Aku ditambah kamu sama dengan sempurna," ucap Elang saat mengajari Lean untuk bernyanyi di dalam pesawat malam hari ini.Mendengar cara Elang mengajari Lean membuat Hanna ingin mengadu kuat kepalanya dengan tembok. Rasa malu yang timbul karena kepergok sedang berpelukan dengan Adit tadi siang di tepi pantai kalah dengan rasa gemasnya kepada Elang karena telah mengajari Lean dengan hal-hal yang nyleneh seperti ini."Kamu kenapa, Han?" tanya Adit yang duduk di hadapan Hanna."Teman kamu benar-benar dipertanyakan kemampuannya untuk menjadi orangtua yang baik buat Lean."Adit hanya bisa tertawa mendengar perkataan Hanna. Sudah sejak awal mereka bertiga menyadari jika Elang

Sinar matahari yang menyapa wajah Hanna membuatnya membuka matanya pelan-pelan. Saat ia menoleh ke sampingnya, ternyata sosok Adit sudah tidak ada di sana. Pelan-pelan ia turunkan pandangannya dan helaan napas lega tidak bisa Hanna sembunyikan lagi kali ini. Pakaian yang ia kenakan masih utuh. Ini sudah cukup menjadi bukti jika Adit tidak macam-macam kepadanya. Kini Hanna segera turun dari atas ranjang dan berjalan menuju ke kamar mandi. Takut jika Adit ada di dalam sana, Hanna mengetuk pintunya terlebih dahulu namun tidak ada jawaban dan pelan-pelan Hanna membuka pintu itu. Sepi. Tidak ada Adit di sana yang membuat Hanna berani melangkahkan kakinya untuk masuk dan segera melakukan aktivitas paginya. Di waktu yang sama di dapur penthouse-nya, Adit sedang sibuk membuat sarapan pagi untuknya dan Hanna. Bagaimanapun juga sebagai tuan rumah yang baik, ia harus menjamu tamuny

Beberapa menit sebelumnya...Indah cukup terkejut dengan kedatangan Adit pagi ini ke kantor. Tidak... ia tidak akan membiarkan Adit masuk ke ruangan Hanna karena kemungkinan besar kedatangan Adit bisa memicu perang dunia diantara ibu dan anak yang ada di dalam sana. Pandangan beberapa orang di kantor ke arah Adit dan tentunya dirinya membuat indah tahu bahwa tidak perlu menunggu hingga jam pulang kerja nanti, pasti ia akan mendapatkan pertanyaan dari para biang gosip di kantor mengenai tujuan Adit datang ke tempat ini. Baiklah, sepertinya makan siang ini harus ia habiskan di pantry kantornya saja. "Bisa saya bertemu ibu Hanna?" tanya Adit yang tentunya dijawab Indah dengan cukup bijak dan sopan."Ibu Hanna sedang bersama ibu Shinta. Jadi sebaiknya Bapak menunggu dahulu jika ingin bertemu.""Berapa lama saya harus menunggu?""Saya tidak bisa memastikan semuanya. J

Kemarahan Hanna kepadanya karena membela Raga membuat Adit siang ini memilih sekalian menjemput Raga untuk diantar ke tempat les. Ia biarkan Hanna marah kepadanya karena memang mereka berbeda pandangan mengenai masalah Raga. Sambil menunggu Raga, Adit mencoba membuka handphonenya yang sejak tadi tidak berhenti berbunyi. Seperti dugaannya, kali ini group-nya bersama Gavriel, Wilson dan Elang sudah begitu ramai sekali.Group Lapak DosaElang : *sending picture*Elang : Gue kira dapat undangan ulang tahun Raga, ternyata yang ada malah undangan Omanya Raga.Wilson : Gue belum dapat. Lo dapat dari siapa?Elang : Jalur Reguler sama VVIP lain lah, Bro. Ini tadi dikirim sama asisten bonyok gue ke rumah. Gavriel : Ceritanya Elang lagi menyombong

Pukul delapan malam akhirnya Hanna sampai di rumah Rodi. Saat sampai di sini, ia langsung disambut oleh istri Rodi. Niat hati ingin langsung mengambil barang-barang sewaannya, istri Rodi justru memintanya untuk menunggu saja karena Rodi sedang keluar sebentar. Awalnya Hanna masih mencoba mengorek informasi mana yang merupakan tas yang dipersiapkan untuknya karena ada beberapa tas yang akan diambil malam ini oleh penyewa lain. Istri Rodi yang tidak diberitahu mana bagian Hanna tetap tidak berani memutuskan, takut tertukar dan terkena omel suaminya. Mau tidak mau Hanna menunggu di ruang tamu rumah Rodi malam ini ditemani dengan secangkir teh dan kue brownies buatan istri Rodi. Hanna tidak tega jika membiarkan istri Rodi yang sedang mengajari anaknya belajar justru harus menemaninya mengobrol. Sambil menunggu Rodi datang, Hanna membuka handphonenya. Pesan pertama yang ia buka adalah pesan dari Pradnya.Pradnya : lo beneran ke sini? Kok enggak sampai-sampai, Han? lo on the way dari mana?