Pintu kokoh yang berdiri tegak setinggi dua meter itu terbuka dalam sekali tendangan dari kaki panjang Sakha. Langkahnya disusul dua wanita yang terus mengutuk keberuntungan Calluna hari ini. Berbagai pertanyaan mengapa, kenapa, dan bagaimana mungkin, harta warisan yang diberikan oleh mendiang Cakra Dewandaru resmi jatuh ke tangan wanita itu padahal, wasiat yang diberikan hanya berupa wasiat verbal.Sakha menghempaskan tubuhnya di sofa, kedua tangannya terlipat di depan dada. Wajahnya muram, rambut hitam legam itu kehilangan ketegasannya sebab sepanjang perjalanan pulang, dia tak henti menjambak rambut itu sebagai pelampiasan emosi. “Ini semua karena kamu, Sakha,” hardik Shanaz. Duduk di sofa single di depan sang adik. “Kenapa menyalahkanku? Kakak dan Ibu menuntutku untuk bercerai, aku sudah menuruti mau kalian.” “Salahmu hanyalah kau membiarkan dia mengungkap tentang warisan ayah yang seharusnya dibungkam, Sakha.” Nyonya Mahestri menimpali. Atmosfer diantara tiga orang itu langsun
Last Updated : 2025-09-03 Read more