บททั้งหมดของ Malam Terlarang : Mengandung Anak Presdir Dingin: บทที่ 111 - บทที่ 120

Aryana menggigit kukunya dengan rasa panik yang terus menghantui dirinya, gejala-gejala yang dialami anaknya sama seperti ibu hamil pada umumnya.Ia meremas kedua tangannya, ia takut dugaannya benar. Berulang kali Aryana menghembuskan napasnya dengan kasar, Jessica pasti akan merasa terpuruk kembali jika hamil tanpa seorang suami.“Ya Tuhan, anakku tidak hamil, kan? Semoga saja Elena hanya masuk angin biasa,” gumam Aryana berdo'a di dalam hati.Suara pintu terbuka membuat Aryana tersentak, raut wajahnya yang begitu panik terbaca oleh Arthur yang baru saja pulang dari kantor.Suara langkah kakinya terdengar terus mendekat ke arah istrinya.“Sayang, kamu kenapa? Apa ada sesuatu yang mengganggu pikiran kamu?” tanya Arthur berjongkok di hadapan sang istri yang duduk di tepi ranjang.“Perasaanku gak enak, Mas. Ini menyangkut Elena,” jawab Aryana dengan lirih.Arthur mengernyitkan dahinya. Ada apa dengan anak mereka?Kenapa istrinya terlihat begitu panik dan gelisah?“Ada apa dengan anak ki

“Tunggu situasi aman dulu ya, Nak. Baru kita akan pergi dari sini diam-diam dan jangan sampai ada yang tahu kepergian kita,” jawab Jessica dengan pelan.Aland mengangguk paham, ia akan mengikuti instruksi dari Mamanya, walaupun ia betah di sini, tetapi sebagian hatinya memberontak karena berpisah dari Papanya.“Oke, Ma. Kalau begitu Aland tidur di kamar Mama aja.”“Iya, Sayang. Sebaiknya memang seperti itu, kita gak usah bawa pakaian, biar nanti beli baru saja, di rumah Papa juga masih banyak pakaian kamu. Kamu hanya perlu bawa buku-buku sekolah saja ya,” instruksi Jessica.“Siap, Ma.”Jessica mulai membantu anaknya berkemas, jika nanti malam suasana memungkinkan untuk mereka pergi, maka keduanya akan langsung pergi dari rumah ini.Jessica maupun Aland tidak sabar menunggu malam tiba, Jessica sengaja tidak memberitahu Damian soal kepergiannya, ia takut jika Damian tidak akan mengizinkan dirinya terlebih saat ini ia sedang hamil muda, suaminya itu pasti akan sangat protektif sekali, wa

Damian menyentil dahi Jessica dengan pelan, ia tidak habis pikir dengan Jessica yang terus menggodanya, istrinya ini terlihat lebih genit dari biasanya.Apakah ini karena hormon kehamilannya?“Usia kehamilan kamu masih sangat muda, Sayang. Bercinta bisa membuat anak kita kenapa-napa di dalam perut kamu. Nanti kita akan konsultasi ke dokter kandungan terbaik, di usia kapan bercinta aman untuk kandungan,” ucap Damian dengan tegas.Ia harus bisa menahan diri untuk tidak menyentuh Jessica walaupun di dalam dirinya sangat ingin melakukannya.Jessica cemberut, ia gagal menggoda Damian. Tetapi apa yang dikatakan suaminya sangat benar, mereka harus menahan rasa ingin menyentuh satu sama lain demi kandungannya.Jessica memeluk Damian, menenggelamkan wajahnya di dada Damian yang kancing kemejanya terbuka, ia begitu nyaman bahkan kantung mulai menyerang dirinya saat ini.“Ini sudah malam sebaiknya kita tidur, Sayang.”Damian mengelus rambut Jessica dengan lembut, terasa begitu halus di tangannya

Mendengar kabar anak dan cucunya menghilang, lalu sang istri masuk rumah sakit. Arthur langsung memilih untuk kembali ke rumah walaupun pekerjaannya masih sangat banyak, ia menyuruh asistennya untuk melanjutkan semua pekerjaannya perusahaan miliknya yang ada di luar negeri.Sesampainya di rumah sakit, Arthur berjalan dengan cepat untuk segera menemui istrinya, ia sangat mencemaskan keadaan Aryana, pikirannya bercabang antara memikirkan sang istri, serta anak dan cucunya yang dikabarkan menghilang dari rumah.Bau obat-obatan khas rumah sakit langsung tercium di indera penciumannya, langkahnya terdengar begitu tergesa-gesa hingga akhirnya ia sampai di ruangan istrinya.“Sayang,” panggil Arthur dengan lirih.Mendengar suara sang suami, Aryana membuka matanya dengan perlahan. Air matanya kembali menyeruak keluar memeluk Arthur hingga ia terisak.“Ssstt… Mas akan mencari Elena dan Aland sampai ketemu, Sayang. Kamu jangan terlalu khawatir ya pasti anak dan cucu kita baik-baik saja,” ucap Ar

Jessica menggigit bibir bawahnya, matanya memerah siap menumpahkan lelehan bening yang terasa panas.Kepergiannya sudah menimbulkan masalah baru yang merepotkan suaminya.Jessica merasa bersalah, tetapi keinginannya begitu kuat, ia hanya ingin bersama dengan Damian, menentang keputusan kedua orang tuanya dengan berani.Apakah itu salah?“Iya, Sayang. Tidak apa-apa kamu jangan memikirkan kedatangan Papa kamu ke kantor, Mas. Itu bukan masalah yang besar, Mas bisa mengatasinya,” jawab Damian dengan lembut.Melihat Jessica yang sebentar lagi ingin menangis, ia segera mengusap mata sang istri dengan perlahan memakai ibu jarinya.“T-tapi, Mas. Bagaimana kalau Papa menghajar Mas seperti waktu itu?” tanya Jessica dengan lirih.Membayangkan Damian dipukul tepat di hadapannya ia kembali mengalami sesak di dadanya.Ketakutannya begitu besar, senyuman Damian tidak lagi mampu menenangkan batinnya yang gelisah, ia meremas ujung pakaiannya, keringat dingin muncul di sela-sela telapak tangannya.“Jan