Semua Bab Tanpamu, Hidupku Makin Bersinar: Bab 11 - Bab 20

Darren sudah sepenuhnya panik. Dia mencengkeram ponsel hingga buku-buku jarinya memutih. Wajahnya juga langsung memucat.Rebecca sudah ganti semua data identitasnya? Apakah Rebecca ingin meninggalkannya sepenuhnya? Tidak, itu mustahil. Mereka begitu saling mencintai, bagaimana mungkin Rebecca tega meninggalkannya?Darren membanting ponselnya dan matanya memerah. Dia tidak percaya Rebecca benar-benar akan meninggalkannya. Dia berdiri dan meninggalkan vila, tetapi malah bertemu dengan Cecilia. Cecilia sedang memegang sebuah kotak dengan berlinang air mata."Kak, ini dikirim Kak Rebecca. Apa maksudnya?" Cecilia membuka kotak itu dengan gemetar. Di dalam kotak itu, terdapat sebuah boneka bayi yang berlumuran darah.Ada juga sebuah perekam suara di dalamnya dan suara kejam Rebecca bergema berulang kali. "Cecilia, kamu sudah merayu Darren. Kamu dan anakmu yang belum lahir itu pantas mati! Aku nggak akan berhenti balas dendam. Kali ini, aku nggak akan biarkan Darren menangkap orang-orangku."

Darren mengepalkan tangannya erat-erat. Matanya terlihat sangat merah karena marah. Dia tidak mampu mengendalikan emosinya dan membanting laptop itu ke lantai.Darren juga menendang menara anggur hingga roboh dan menghantam layar besar sampai hancur. Dia meraih dokumen-dokumen yang bercampur pecahan kaca dan meremasnya. Darah mengotori kertas putih itu dan menetes ke lantai.Kemudian, Darren tiba-tiba tertawa. Dia tertawa hingga air mata menggenang di matanya."Sayang, kamu pasti sangat membenciku, 'kan? Kamu nggak akan pernah maafkan aku, 'kan? Kenapa aku bisa begitu percaya diri sampai berpikir aku bisa sembunyikan hal ini darimu?"Darren terhuyung-huyung mundur beberapa langkah, hatinya terasa bagaikan diiris dengan pisau tumpul. Rasa sakit itu menjalar ke seluruh tubuhnya dengan mengikuti aliran darahnya dan membuatnya sangat tersiksa.Cecilia yang berada di samping sudah sepenuhnya tercengang. Darren yang biasanya begitu tenang ternyata bisa kehilangan akal sehatnya dan menjadi gi

Pada saat ini, Rebecca terbaring di rumah sakit yang ribuan kilometer jauhnya. Ketika pergi, dia masih belum pulih total. Selama perjalanan, pendarahan di tubuh bagian bawahnya terus berlanjut dan dia pingsan beberapa kali karena anemia berat. Dia pun mau tak mau menghentikan perjalanannya dan mencari perawatan di rumah sakit.Pada hari ketiga di rumah sakit, Rebecca menerima kabar dari pengacaranya yang mengatakan bahwa dokumen-dokumen itu telah diserahkan kepada Darren. Darren seperti sudah gila dan mencarinya ke mana-mana.Rebecca tidak merasakan apa pun. Dia tidak lagi mencintai atau membenci Darren. Apa pun yang dilakukan Darren tidak dapat membangkitkan emosinya lagi."Terima kasih, Pak Patrick. Kelak, kamu nggak perlu ceritakan tentang Darren lagi kepadaku.""Bu Rebecca, kamu baik-baik saja? Kalau kamu butuh bantuanku, beri tahu saja aku." Nada bicara Patrick menyiratkan kekhawatiran yang sulit disadari. Rebecca tersenyum tipis dan menjawab, "Aku baik-baik saja, terima kasih.

Setelah Patrick selesai berbicara, Rebecca pun tertegun untuk sejenak. Kemudian, dia menggeleng dan menghibur, "Pak Patrick, jangan menyalahkan diri. Masalahku itu nggak ada kaitannya denganmu. Meski itu bukan Cecilia, pasti akan ada orang lainnya."Hati Darren terlalu besar hingga mampu menampung Rebecca dan orang lain. Cinta Darren yang tidak cukup murni dan tidak cukup abadi."Baguslah kalau kamu nggak menyalahkanku. Mulai sekarang, jangan panggil aku Pak Patrick lagi. Panggil saja aku Patrick." Patrick berkata dengan berpura-pura santai, "Aku nggak mau jadi pengacara lagi. Aku mau terjun ke bidang sosial sepertimu. Mulai sekarang, aku akan jadi pengikutmu.""Kamu nggak perlu berbuat begitu. Keadaanku sekarang sangat baik," tolak Rebecca dengan halus."Aku tahu kamu sangat baik. Aku ingin belajar darimu dan berkontribusi." Patrick berpura-pura tidak mengerti penolakan Rebecca. Dia tersenyum, lalu mengambil buku pelajaran dari tangan Rebecca dan lanjut mengajari anak-anak.Patrick ju

Ketika industri pariwisata desa resmi diluncurkan, Rebecca mengundang para blogger pariwisata dan kuliner untuk berkunjung. Sebagian besar rumah di desa masih dipertahankan struktur aslinya. Hanya dindingnya yang diperkuat. Beberapa telah dibuka menjadi penginapan, sedangkan yang lain menjadi restoran.Seluruh desa telah direnovasi untuk mencerminkan keindahan alam setempat. Mereka membangun banyak dek observasi, merekonstruksi kemegahan jalan perdagangan kuno, dan bahkan mengajak para nenek untuk mengajarkan kerajinan tenun dan teknik cetak tradisional warisan budaya kepada para wisatawan.Kelompok blogger pertama yang mengunjungi desa ini merasa sangat gembira. Mereka menghabiskan sekitar dua sampai tiga hari untuk bersantai dengan nyaman dan tenang.Dengan meningkatnya promosi di internet, wisata santai di desa ini pun perlahan-lahan menjadi makin populer. Kelompok kedua yang tiba adalah karyawan dari perusahaan ternama yang sedang melakukan liburan akhir tahun. Semua orang mendapa