"Rumah sakit menagih biaya, tapi Kakak nggak bisa dihubungi ....""Apa?" Kakak mengernyit. Belum sempat berkata lebih jauh, Merry sudah berjalan mendekat."Nadia, cepat masuk. Sudah agak baikan? Harus bayar, 'kan? Biar aku yang transfer untukmu.""Biar aku saja," ujar Kakak, lalu langsung mentransfer 200 juta ke rekeningku. "Cukup, 'kan?"Aku mengangguk, lalu bersiap keluar untuk menebus kalungku."Kamu mau ke mana lagi?""Ambil kalungku, aku jadikan jaminan di rumah sakit."Baru melangkah beberapa langkah, Merry menahanku. "Di luar sebentar lagi hujan, kamu baru keluar dari rumah sakit, jangan sembarangan. Biar sopir yang ambilkan."Aku tidak ingin menyetujuinya, tetapi tatapan Kakak membuatku terdiam. Aku tahu, begitu aku menolak Merry, Kakak pasti marah.Namun, sopir pergi lama dan kembali tanpa membawa kalungku. Perawat mengatakan kalung itu hilang."Gimana bisa hilang? Kok bisa? Baru dua jam, kenapa bisa hilang? Aku jelas sudah bilang akan menebusnya dengan uang!""Orang di rumah
Baca selengkapnya