All Chapters of Terperangkap Dalam Siklus Waktu : Chapter 31 - Chapter 40

Malam hari telah tiba, Arthur dan Elise berada di kamar yang sama. Karena kematian palsu Arthur, Elise tidak jadi diberikan kamar baru untuknya. Alhasil, Elise dan Arthur satu kamar bersama, karena identitas Arthur adalah Juliet Claire yang merupakan seorang gadis. Elise merasa tidak masalah dengan itu, karena ia ingin mengenal Arthur lebih dekat. Tapi sebaliknya Arthur merasa tidak nyaman karena satu kamar dengan seorang wanita. Meskipun begitu, mereka tidur di dua kasur yang berbeda. Saat ini, Arthur dan Elise sedang mengobrol di saat semua orang sudah tertidur. "Arthur, kemarilah! Tidur di sampingku!" ucap Elise yang ingin Arthur tidur satu kasur dengannya. Arthur terkejut dan tersipu malu, "Tidak akan! Meskipun penampilanku seperti ini, aku tidak akan memanfaatkan kesempatan ini. Memangnya kau tidak takut denganku jika terjadi sesuatu padamu?" tanya Arthur yang menjaga jarak dengan Elise. Elise tersenyum dan tertawa kecil melihat wajah Arthur yang tersipu malu. Hehe, kalau

Sinar matahari terasa begitu hangat dan menenangkan. Angin berhembus dengan lembut dan suara dedaunan membuat suasana menjadi lebih baik. Suara gemericik air yang mengalir terasa lebih naturan dan tenang. Arthur membuka matanya dan mendapati dirinya sedang tertidur di bawah sinar matahari. Ia bangun dan menatap sekitar, menyadari bahwa dirinya sedang berada di alam bebas. Sebuah kain besar, beberapa persediaan makanan tergeletak di dekatnya. Arthur terlihat sangat heran mengapa dirinya berada di tempat seperti ini. "Tempat apa ini? Dimana aku? Ugh, kepalaku terasa sakit, aku tidak bisa mengingat apa yang terjadi padaku sebelumnya." gumam Arthur. Ia hanya seorang diri di alam bebas itu, melihat barang-barang yang ada di sekitar, sepertinya ia sedang melakukan piknik. Rasanya tempat ini tidak asing, terasa sangat familiar. Hanya saja pikirannya terus bertanya-tanya dimana? Tempat apa ini? Mengapa aku di sini? Sampai akhirnya seseorang dari kejauhan datang sambil membawa keranjang

Setelah beberapa bulan berlalu, dan sudah saatnya anak-anak kelas 2 naik kelas 3. Meskipun Arthur tidak bisa mengikuti menghadiri pembelajaran di sekolah. Sekolahnya mengadakan belajar online khusus untuknya, jadi selama beberapa bulan ini sampai kenaikan kelas, Arthur belajar dari rumah sakit. Sampai akhirnya Arthur sudah dalam kondisi baik, dan diperbolehkan untuk memulai aktifitas sehari-harinya. Meskipun begitu, tidak ada yang berubah dari Arthur, ia masih saja seperti robot atau lebih disebut sebagai mayat hidup. Penderitaan ini bukan hanya dirasakan pada Arthur saja, tapi juga dengan Aiden dan rekan-rekannya. Arthur pulang ke rumah di antara oleh Elise. "Claire! Akhirnya kau kembali! Ayah dan ibu terkejut dan juga heran karena kau pergi mendadak, pihak sekolah juga tidak memberitahukan apapun tentang acaranya." ujar ayah Arthur yang terlihat senang. Tapi Arthur tak bereaksi apapun terhadap sambutan hangat orang tuanya. Elise merasa sedikit panik karena Arthur tidak merespo

Elise pergi berjalan kaki seorang diri di jalanan pada malam hari. Jalanan tampak begitu kosong, sepi dan sangat sunyi sekali. Elise tidak peduli jika ada bahaya yang akan datang, hati dan pikirannya saat ini benar-benar sangat kacau karena perilaku Arthur akhir-akhir ini. Elise terus berjalan dan untungnya tidak ada bahaya yang datang selama perjalanannya. Sampai akhirnya Elise tiba di atas bukit, sebuah bukit besar di kota ini. Sebuah bukit yang di mana ini adalah bukit terkutuk bagi Arthur. Elise duduk di pohon besar, bersandar, lalu menatap langit. "Apakah jika aku duduk bersandar di sini pada malam hari. Aku akan mendapatkan kemampuan untuk mengulang kembali kehidupan seperti Arthur?" gumam Elise yang melamun menatap langit. Pikirannya melayang-layang di antara sadar dan ketidaksadaran. Arthur hanya menceritakan sedikit tentang dirinya mengenai kemampuannya yang dapat mengulang kehidupan. Elise mencoba untuk mengingat kembali dan bagaimana perasaannya jika ia menjadi sepert

Arthur telah memutuskan untuk mencari dan membunuh pelaku pembunuhan itu. Meskipun ia tidak tahu siapa, pasti ada suatu petunjuk untuk menemukan pelakunya. Malam hari itu Arthur pergi keluar rumah dan mengendarai sepeda motor ke kota sebelah tepat di balik bukit besar yang membatasi dua kota. Arthur merasa geram dan sangat marah, sampai-sampai yang ia pikirkan hanya untuk membunuhnya. Arthur sampai di depan sebuah restoran yang sebentar lagi akan segera tutup. Seorang pria sedang bersiap-siap untuk menutup restorannya. Arthur menghampiri orang itu dan pria itu terlihat terburu-buru dan pergi meninggalkan Arthur. "Finn, tunggu sebentar. Thomas Finn!" bentak Arthur padanya. Finn berhenti dan menghadap Arthur. "Apa lagi yang kau inginkan setelah mengakhiri hubungan dengan kami?" ketus Finn yang wajahnya terlihat sangat kecewa pada Arthur. Arthur tidak peduli dengan perkataannya, meskipun ia sadar bahwa ia tak tahu diri. Setelah memutuskan hubungan dengan seseorang seenaknya lagi ke