All Chapters of Terperangkap Dalam Siklus Waktu : Chapter 11 - Chapter 20

Saat ini Oscar sedang dibawa di dalam mobil polisi ke kantor polisi terdekat. Tangannya di borgol di belakang badannya, dan seorang polisi duduk di sebelahnya untuk mengawasinya. Oscar tersenyum dan tertawa kecil, hal itu membuat polisi disampingnya heran kepadanya. Polisi itu bertanya kepadanya, "Hei, bocah! Apa yang membuatmu tertawa? Apa kau sudah kehilangan akal sehatmu?" cetus polisi itu dengan wajah kesal. Oscar menatap polisi itu sambil berkata, "Maaf pak polisi. Tiba-tiba saja aku teringat sesuatu yang lucu, apa kau mau mendengarnya?" tanya Oscar. Polisi itu penasaran dengan apa yang akan dikatakan oleh Oscar. Pada akhirnya mereka berdua tertawa terbahak-bahak dengan sangat kencang. Polisi yang mengendarai mobil sampai tidak bisa fokus dan juga ikut penasaran dengan lelucon apa yang dibuat oleh Oscar. "Kalian yang ada dibelakang! Lelucon apa yang membuat kalian tertawa seperti itu?" Tanya polisi satunya yang penasaran. Mata polis yang menjaga Oscar sampai berair karen

Niuuu! Niuuu! Suara sirene mobil polisi sudah semakin dekat. Semua barang yang terlihat menonjol disingkirkan untuk sementara agar tidak dicurigai. Di saat mobil-mobil polisi itu melewati markas mereka, saat itulah Charles melesat maju menggunakan mobil polisi yang telah dicuri. "Kejar mobil itu!" Teriak salah satu polisi sambil keluar dari jendela. Charles dengan keahlian yang ia miliki sebagai mantan pembalap. Bisa melewati jalanan yang sulit dan penuh rintangan dengan sangat mudah melalui pengalaman yang ia miliki. Para polisi kesulitan mengejarnya karena tidak biasa melewati jalanan sempit yang becek. Di saat semua polisi itu pergi mengejar Charles, semua orang berkumpul di lantai teratas. semua orang melakukan rapat mendadak untuk mengatasi masalah ini selanjutnya. Arthur ditunjuk sebagai orang yang memimpin rapatnini karena semua orang berpikir bahwa Arthur tahu banyak hal. "Jadi Arthur, apa saja yang kau ketahui? Sepertinya banyak hal yang kau ketahui di luar sana." Ujar

Di pagi hari yang cerah, Arthur kembali memakai seragam sekolahnya. Dengan hati yang siap untuk menerjang seluruh rintangan, Arthur kembali melihat sekolahnya kembali. Bersama dengan Aiden yang juga ikut menyamar sebagai murid pindahan. "Pendaftaran anda, dan juga identitas palsu anda sudah aman, Aiden." ucap si kepala koki yang mengantar mereka berdua dengan mobil mewahnya. Keberadaan mereka berdua yang baru saja turun dari mobil mewah menjadikan mereka sebagai pusat perhatian. Semua mata menuju ke arah mereka, dan mengagumi mobil dan juga sosok mereka berdua. Arthur menjadi merasa tidak enak dan tidak nyaman dilihat oleh banyak orang seperti ini. "Sudah kubilang untuk tidak menarik perhatian. Cepat pergi!" teriak Aiden sambil menendang mobil si kepala koki itu. "Mobilku! baik, aku akan pergi sekarang! Sialan awas saja kalau mobilku penyok!" balas si kepala koki yang kesal. Arthur dan Aiden berjalan bersama menuju sekolah mereka. Thomas Finn sudah mengatur segalanya, termasu

Di ruang bawah tanah, tempat yang menjadi markas Aiden dan juga komplotannya. Finn dan Aiden sedang duduk di ruang diskusi menunggu kedatangan Arthur. Arthur datang setelah selesai membersihkan dirinya dari make up yang ia pakai sebelumnya. Arthur memasuki ruangan dan duduk di salah satu bangku. "Arthur, bisa kita mulai solusi untuk menghadapi permasalahan tentang orang yang bernama Felix itu. Salah satu temanku sudah menyelidiki tentang Felix. Dia berasal dari orang yang sangat kaya, ayahnya pemilik perusahaan dan ibunya pemilik tambang emas." cetus Aiden dengan wajah serius. "Apakah informasi itu dari Audrey Helen? Dia memang sangat pandai mencari informasi. Tapi ada yang kalian tidak ketahui sepertinya, keluarga mereka yang sebenarnya adalah para mafia." jawab Arthur. Aiden menggaruk-garuk kepalanya dengan kesal dan berkata, "Aku juga akan menyelidiki tentangmu, Arthur. Keberadaanmu di sini benar-benar mengejutkan." balas Aiden. Arthur tersenyum, "Cari saja, aku yakin bahwa k

Beberapa Minggu telah berlalu begitu saja, hubungan Grace dengan Arthur kini semakin dekat. Meski Grace mengenal Arthur sebagai Claire, tapi itu sudah cukup untuknya. Begitu juga dengan hubungan Felix dengan Arthur yang kini mulai semakin dekat. Malam harinya setelah pulang sekolah, Arthur pergi menemui keluarganya yang sedang sibuk bekerja di restoran. Semua orang terlihat baik-baik saja dan mulai terbiasa dengan kehidupan baru mereka. Meski awalnya masih ada yang tidak suka dengan kehidupan ini, tapi mereka bisa menerima dengan lapang dada. Noah datang sambil menyiapkan masakan andalannya. "Bagaimana masakanku? Bukankah itu terlihat luar biasa?" tanya Noah yang sedikit sombong dan membanggakan. Bella juga datang dengan masakan favoritnya. "Tampilan makananku bahkan lebih terlihat menarik dari pada milik si tua Noah, haha!' tawa licik Bella. Arthur menggelengkan kepalanya seraya berkata, "Dasar kalian ini, seharusnya seseorang menilai makanan begitu mencicipinya. Bukan karena