Todos os capítulos de Permaisuri yang Diabaikan: Capítulo 121 - Capítulo 130

Perangkap dan Manuver Berisiko TinggiRegu kami berjalan mengikutinya untuk menuju jalan tersempit dari enam jalan."...Kami dikepung," kata beberapa anggota dengan erangan.Menurut pendapat Tuan Giss, kami menyusup melalui jalan kecil dan dengan mudah tiba di titik di mana kami dapat melihat Istana Dela lebih cepat dari yang diharapkan. Namun, itu tampaknya menjadi jebakan musuh bagi kami. Itu hampir pasti, mengingat kami diblokir dengan cepat di depan dan belakang.'Apa yang harus kita lakukan? Tidak masuk akal bagi kita untuk menerobos.'Kami kehilangan satu lagi, menyisakan enam orang. Sebaliknya, musuh terdiri dari setidaknya tiga regu. Itu adalah pertarungan yang tidak menguntungkan dari tiga banding satu bagi kami, tetapi untungnya jalan itu cukup sempit sehingga hanya lima orang yang bisa berdiri berdampingan.Aku menggigit bibirku, melihat musuh mendekat dengan cepat. Mereka menerjang kami, bert

Pujian, Hadiah, dan Kencan Ayah-AnakAku menatapnya sejenak dan mengelus lencana berbentuk tombak di kerahku sekali. Tiba-tiba, aku tersenyum meskipun aku tidak mau. Ini adalah pencapaian pertamaku sejak aku memutuskan untuk belajar ilmu pedang.Ketika aku mengingat pujian ayahku, aku tidak bisa berhenti tersenyum.Setelah ia selesai memberikan penghargaan, ia berkata, "Izinkan aku memberikan gaji satu bulan sebagai bonus khusus kepada semua ksatria yang melalui pelatihan keras seperti itu.""Wow!""Hidup Putra Mahkota!"Putra Mahkota melanjutkan, "Selain itu, izinkan aku mentraktir kalian alkohol dan daging. Bersenang-senanglah hari ini. Itu saja."Setelah ia selesai berbicara, ia melihat kembali kepadaku dengan cepat dan turun dari peron. Tampaknya mataku bertemu dengan mata birunya yang dalam, tetapi karena ia berbalik dengan cepat, aku tidak yakin.Ketika aku melihat rambut birunya tengg

Bayangan, Cinta Abadi, dan Kenangan Masa LaluAku diam-diam menutup mulutku karena takut aku mungkin mengganggu ayahku. Tiba-tiba, Allendis terlintas di pikiranku saat aku tetap berdiri di bawah naungan gang abu-abu tanpa sinar matahari. Ketika aku bertanya kepadanya bagaimana menghindari bayangan, ia menjawab bahwa yang harus kulakukan hanyalah masuk ke dalam bayangan.Pada hari terakhir aku melihatnya sebelum delegasi berangkat ke Kerajaan Lua, ia membuat banyak permintaan kepadaku seolah-olah ia tidak akan pernah melihatku lagi. Entah bagaimana, aku merasa tidak enak dengan firasat buruk, jadi aku bertanya kepadanya berulang kali mengapa ia berbicara seperti itu dan kapan ia akan kembali, tetapi ia tidak pernah menjawab. Aku hanya berbalik dengan senyum pahit saat itu.Ketika aku mengingat mata zamrudnya, yang selalu menatapku dengan hangat, aku tiba-tiba tercekat air mata. Aku dengan cepat mengedipkan mataku untuk membersihkan penglihatanku

Kekacauan Takdir dan Kunjungan yang Tidak TerdugaMengapa nasibku begitu kacau? Aku tidak meminta banyak. Aku hanya tidak ingin menjalani kehidupan yang menyedihkan seperti sebelumnya.Aku tahu bahwa karena perubahanku, orang lain juga sedikit berubah. Misalnya, ayahku mulai mengungkapkan perasaan kasih sayang, meskipun ia masih blak-blakan. Putra Mahkota tidak sedingin hati sebelumnya. Allendis dan Carsein menjadi teman dekatku, meskipun mereka benar-benar orang asing bagiku di masa lalu. Aku tidak tahu nama-nama ksatria keluargaku sebelum aku kembali dari masa lalu, tetapi aku sangat akrab dengan mereka sekarang.Namun, aku tidak pernah berpikir bahwa perubahan kecil seperti itu terus bertambah untuk mengubah nasib orang lain begitu banyak. Aku hanya berpikir aku sendiri berubah dan bertindak sedikit berbeda dari masa lalu, tetapi nasib orang-orang di sekitarku dipengaruhi. Bagaimana aku bisa memberi kompensasi kepada orang-orang ini yang masa

Bertahan Hidup dan Penyelamatan Putra MahkotaAlih-alih menghindari pedang, aku melompat ke arah penyerang, mencondongkan tubuh ke depan dengan cepat. Pada saat itu, aku merasakan sakit yang tajam. Sejumlah besar darah menyembur dari luka dalam di lengan kiriku.'Bagaimanapun, aku berhasil memegang pedang, dan aku bisa bertahan.'Aku mengencangkan cengkeramanku pada pedang dengan tangan yang gemetar. Ketika aku mencoba memblokir belati yang terbang ke arahku secara diagonal, bayangan hitam menghentikanku, menghalangi pandanganku.Tidak!Ketika aku bisa melihat lagi, Carsein memblokir pria bertopeng yang hendak memotongku. Carsein memegang pedangnya dengan kedua tangan. Membalas pedangnya, Carsein menusuknya di jantung. Darah dari bahu kiri Carsein menetes ke tanah dan menodai kemejanya dengan lebih banyak darah."Apakah engkau baik-baik saja, Tia?""Bagaimana dengan lengan kirimu yang terluka.