All Chapters of Permaisuri yang Diabaikan: Chapter 61 - Chapter 70

"Apa kau tidak menjawabku? Apa kau menolak instruksi seniormu sekarang?""...Mengerti.""Bagus. Latih seratus kali."Meskipun ia pasti sangat sibuk dengan persiapan gelar ksatrianya bulan depan, Carsein sangat bersemangat untuk menjadikanku ksatria berstatus reguler sesegera mungkin. Aku tidak tahu bagaimana ia mengetahui jadwalku. Setiap kali ia bisa menemukan waktu luang, ia tiba-tiba muncul dan menarikku ke lapangan latihan untuk latihan intensif, jadi aku tidak bisa berpikir untuk beristirahat sama sekali.Berkat pelatihan satu lawan satu darinya, aku membuat kemajuan nyata dalam keahlianku. Tetapi aku benar-benar mengalami masa sulit karena latihannya yang ketat selama seminggu terakhir.Setelah mengayunkan pedangku seratus kali dan mengatur napas, ia menepuk bahuku seolah aku melakukan pekerjaan yang baik. Aku meliriknya seperti itu. Aku akan menghargai bantuannya secara normal, tetapi karena aku sangat kelelahan sekarang, aku merasa kesal pa

Sementara aku mengobrol dengan mereka, petugas protokol mengumumkan giliran berikutnya untuk menemui kaisar. Giliran berikutnya adalah keluarga kami, yang merupakan keluarga paling kuat ketiga di kekaisaran.Ketika aku hendak meninggalkan ruang tunggu bersama ayahku, aku tiba-tiba merasa seseorang menatapku dengan tatapan tidak setuju. Mereka tidak lain adalah seorang pria tua berambut abu-abu dan seorang pria paruh baya berambut ungu."Ada apa, Tia?""...""Jangan lihat mereka. Ayo pergi."Ayahku, yang menatap mereka, berbicara dengan suara tidak senang. Suaranya bahkan mengancam.Aku membuka mataku lebar-lebar dan menatap ayahku. Keluarga kami, pusat faksi pro-kaisar, dan keluarga Duke Jena, pemimpin faksi anti-kaisar, tidak bisa bergaul bersama, tetapi aku tidak berpikir ayahku menunjukkan reaksi yang begitu bermusuhan kepada mereka."Selamat datang, Marquis Monique dan Nona Monique.""Saya merasa terhormat untuk melihat Yan

Aku berdiri dengan tatapan kosong menatap Carsein yang seragamnya bersinar cemerlang. Aku senang dengan pencapaiannya yang luar biasa, dan aku sangat iri. Entah bagaimana, aku merasa tertekan oleh perasaan yang saling bertentangan.'Bisakah aku berdiri di sana suatu hari nanti? Akankah ada hari ketika aku bisa berdiri di sana untuk mengucapkan sumpah dan keluar dari jaring yang mengikatku?'Ditemani oleh kepala Pengawal Kerajaan dan kapten Divisi Ksatria ke-1, kaisar pergi, diikuti oleh para ksatria yang menghadiri upacara tersebut. Aku tetap di sana. Entah bagaimana aku merasa sedikit tertekan.Berapa lama aku berdiri di sana? Aku tersadar ketika seseorang menepuk bahuku. Seorang pemuda dengan rambut merah dengan cepat mendekat dan menatapku."Mengapa kau berdiri di sana?""...Carsein."Sebagai salah satu tokoh utama hari ini, ia pasti sangat sibuk, tetapi Carsein sendirian untuk beberapa alasan. Ia berkata sambil tersenyum, "Hei,

"Oh, saya pikir saya harus memanggil Anda Sir Carsein mulai sekarang. Saya selalu berterima kasih kepada Anda, dan sekarang Anda telah membuat pencapaian yang luar biasa. Saya tidak tahu bagaimana memuji Anda dengan benar.""...Saya sangat merasa terhormat, Yang Mulia.""Tahun lalu saya memberi tahu Anda bahwa saya akan menantikan Anda menjadi ksatria dalam dua tahun. Anda telah menjadi ksatria padahal baru berusia enam belas tahun. Sungguh kejutan! Memang, itu adalah berkat kekaisaran. Yang Mulia juga sangat senang dengan pencapaian Anda."Ia melangkah maju dan memeluk Carsein dengan ringan.Ketika ia memeluk Carsein, terdengar suara bisikan di sana-sini.Dengan memeluknya, ia ingin menunjukkan kepercayaannya pada Carsein. Meskipun ia mungkin terancam risiko keamanan sejenak dengan melakukan itu, pelukannya melambangkan kepercayaannya pada seseorang. Ia sekarang menunjukkan kepada semua orang bahwa ia memercayai Carsein.Setelah menepuk bah

"...Bukan apa-apa. Jangan pedulikan.""Apa kau pikir saya tidak tahu perasaanmu? Pikirkan tentang berapa banyak waktu yang saya habiskan denganmu!""Tidak ada yang terjadi."".... ""...Apa kau serius?"Aku tidak bisa memberitahunya apa yang aku dengar di ruang tunggu. Sebagai seseorang yang baik kepadaku, Allendis pasti akan berbagi kemarahanku, tetapi itu adalah masalah pribadiku. Aku tidak ingin melibatkannya.Seolah-olah ia memperhatikan niatku, ia tiba-tiba mendesah, melotot."Apa-apaan ini?"Aku tanpa sengaja melihat ke bawah ke telapak tanganku. Mungkin karena aku mengepalkan tinjuku terlalu keras, ada bekas kuku di tanganku.Aku mencoba menyembunyikan tanganku, mengatakan aku baik-baik saja, tetapi ia menghentikanku dan menarik pergelangan tanganku dengan lembut.Kemudian, ia menundukkan kepalanya perlahan. Aku menegang ketika aku merasakan sesuatu yang hangat dengan lembut menyentuh telap