All Chapters of Gadis Hina Penakluk Hati Suamimu: Chapter 11 - Chapter 20

"Jangan sok akrab!" ucap Ikhsan yang masih gengsi untuk berteman dengan Nayla. Nayla pun ditinggal begitu saja oleh Ikhsan, dikarenakan ia masih jengkel dengan Nayla. Gara-gara Nayla ia dianggap tidak berkompeten dalam bekerja. Edwin sampai tertawa melihat tingkah ikhsan yang gengsian itu, bisa-bidanya ia malah bersikap seperti anak-anak. ***** Ditempat lain, Miska baru saja sampai dikantor milik Papanya dengan diikuti oleh beberapa ajudan papanya. Dengan wajah cemberut ia pun duduk disamping papanya, tanpa mempedulikan sosok wanita yang ada disebelahnya. "Papa, ajudan yang papa kirimkan semuanya tidak bisa diandalkan!" adunya. Pria dewasa itu langsung menatap para ajudan nya, matanya terhenti saat melihat kening salah satu ajudannya. "Dia kenapa?" tunjuk Adam — Papanya Miska yang merupakan seorang jaksa. Miska pun menjelaskan pada papanya secara panjang lebar mengenai apa yang tadi terjadi disekolah nya. "Pokoknya Aku mau Papa mengeluarkan anak itu! Aku tak mau dia s

Sindy tak dapat mengelak lagi, apalagi saat Devan mengancamnya untuk melaporkan semuanya pada kedua orang tua, Sindy. Sindy pun langsung berlutut di kaki Devan agar ia tak memberitahukan hal tersebut kepada kedua orang tuanya. Ia tak tega harus merusak nama baik orang tuanya lagi, baginya ini semua adalah persoalannya sendiri. "Jangan katakan pada orang tuaku, Devan! Aku tak mau mereka hancur seperti aku." Devan tersenyum congkak, pikirannya langsung bekerja dengan cepat. "Baiklah, kalau begitu izinkan aku untuk tinggal di sini!" Sindy buru-buru bangkit, dan menatap sengit wajah Devan yang ternyata cukup licik juga. "Tidak! Aku tidak izinkan kau untuk tinggal di sini. Enak aja kau mau numpang hidup gratisan denganku, pergi sana! Terserah kau mau melaporkan apa pada ke dua orang tuaku. Aku pastikan kau juga tak akan berani menemui orang tuaku!" Sindy yang tadi bertekuk lutut itu pun seketika mengeluarkan sumpah serapanya, ia mengamuk sejadi-jadinya demi untuk bisa mengusir

Sindy menjadi gelisah atas ancaman yang di lontarkan oleh anak buah Rizal, ia tak menyangka ada yang berani membongkar semua kebiasaan yang pernah ia lakukan sewaktu menjadi dtaf kesehatan di puskesmas tersebut. "Ini pasti ulah anak miskin itu! Argh, bagaimana ini? bagaimana bila aku masuk penjara?" ujarnya yang kono sedang duduk di samping Adam. Adam mengetahui keresahan apa yang menyelinap di relung hati Sindy, ia pun menggenggam tangan Sindy dengan begitu lembut. "Jangan khawatir, aku akan membuka semua jajaran kepolisian." Sindy menoleh ke arah Adam yang sudah tersenyum menyeringai. Ia pun paham apa yang di inginkan oleh Adam. "Baiklah, aku tak ada jalan pilihan lagi! lebih baik berlindung pada dia. Semoga saja dia juga mau membiayai hidupku." bathin Sindy. Kali ini, Adam membawa Sindy jauh keluar kota. Sebab Adam sendiri memiliki beberapa kasus yabg harus di tanganinya di berbagai daerah. Maka selama itu pula, Sindy yang selalu menjadi teman tidurnya. Selama b

Di kamar Bu Dina, Nayla begitu antusias menata semua barang bawaan Bu Dina. Ia begitu bahagia bisa bertemu kembali dengan Bu Dina. Sebab hanya dia lah yang baik kepada Nayla. "Aku tidak menyangka kita akan bertemu lagi, Bu!" ucap Nayla sambil tersenyum menata pakaian Bu Dina. "Ibu juga begitu, Nay! Tetapi jujur Ibu begitu bahagia sekali mendapatkan pekerjaan ini. Setidaknya di masa tua, Ibu tidak lagi berada di jalanan untuk mencari rongsokan lagi. Dan yang membuat ibu bahagia, ternyata ada kamu disini." Bu Dina memeluk erat tubuh Nayla, "Terima kasih ya, Nay. Sudah mau memberikan ibu pekerjaan." Nayla terdiam sejenak dengan ekspresi wajah yang bingung. Sebab ia merasa tidak pernah tahu perihal Bu Dina akan bekerja di rumah tersebut. Ia merenggangkan pelukan tersebut dan menatap Bu Dina dengan begitu lekat sambil memegang kedua lengan wanita tua tersebut. "Tetapi aku tak melakukan apapun, Bu! Aku disini hanyalah mengurus Pak Rizal saja. Itu pun aku lakukan karena Dia

Saat jam istirahat berlangsung, Nayla yang hendak ke kantin, tiba-tiba di samperin oleh beberapa siswi. Ia pun terus memperhatikan ke empat siswk tersebut dengan pandangan penuh selidik. "Oh, kamu ya orang yang telah mengeluarkan Miska dari sini! Hebat juga kamu ya, siapa rupanya orang tuamu? Presiden kah?" Nayla menekuk keningnya, dan menatap tak mengerti ke arah mereka. "Aku tak mengerti maksudmu!" sahut Nayla yang memilih untuk berjalan melewati keempatnya. "Belagu banget itu orang!" sungut salah satu diantara mereka dengan bersedekap dada. Di saat Nayla melewati keempat orang tersebut, ia pun penasaran melihat beberapa siswa yang sedang berkerumun di mading sekolah. Akhirnya ia pun turut berjalan kearah sana dan membaca sebuah pengumuman perlombaan sains. ia tersenyum mereka dengan mata berkaca-kaca. Seolah teringat kembali peristiwa sebulan yang lalu, saat di mana ia di keluarkan dari sekolah pertamanya dulu. Bahkan nanya dicoret dari peserta lomba. Tetapi