Tous les chapitres de : Chapitre 11 - Chapitre 20

Saat Jiang Jingyu turun ke lantai bawah, sang ibu baru saja pulang dari luar.Sama seperti ayahnya, begitu melihat putranya, Ibu Jiang menanyakan beberapa hal ringan tentang kabar selama Jiang Jingyu di luar negeri dan perkembangan perusahaannya. Namun tak lama kemudian, arah pembicaraan berbelok tajam—membuat Jiang Jingyu sedikit tak siap—langsung menyinggung soal menantunya.Karena Ibu Jiang baru saja pulang dan belum sempat berbicara dengan sang suami, tentu saja ia belum tahu hasil pembicaraan antara Jiang Jingyu dan ayahnya tadi.“Kau dan Zhizhi… sekarang sampai pada tahap hendak bercerai?”Jiang Jingyu mengangkat sedikit kelopak matanya, menatap ibunya. “Tentu saja tidak, siapa yang bilang begitu?”Ibu Jiang menyipitkan mata. “Perlu ada yang bilang? Aku juga tidak buta.”Ia menaruh ponselnya di meja depan. “Kemarin kejadian itu sudah menyebar ke seluruh internet. Kau kira aku tidak tahu?”Jiang Jingyu menghela napas pelan, nada suaranya penuh kelelahan. Ia baru hendak menjelaska

Kediaman keluarga Chi. Aula leluhur. Begitu Chi Zecheng melangkah masuk, suara marah yang dalam langsung menggema di ruangan. “Berlutut!” Tuan Chi menumpu pada tongkatnya, punggung tangan bergetar halus. Seandainya bukan karena masih mempertimbangkan bahwa Chi Zecheng adalah pewaris paling layak di keluarga Chi, mungkin tongkat itu sudah mendarat keras di tubuhnya hari ini. Chi Zecheng tidak berkata apa pun, hanya berlutut di depan altar leluhur keluarga Chi. Melihat cucu yang telah ia didik dengan hati-hati selama bertahun-tahun, dada Tuan Chi sesak oleh amarah. Tatapannya yang keruh namun tajam menancap lurus pada sosok di hadapannya. “Masih ingat siapa dirimu?!” “Keluarga Nan dan keluarga Jiang itu apa kedudukannya di kota ini—kau berani menyinggung keduanya sekaligus?!” Saat mendengar kabar tentang ulah Chi Zecheng di acara lelang kemarin, Tuan Chi hampir saja pingsan karena marah. Apalagi dengan kondisi keluarga Chi yang kini mulai merosot—bahkan di masa jayanya dua

“Kau tidak jadi pergi?” Suaranya terdengar heran.“Mm.” Jiang Jingyu menjawab santai.Begitu suara itu jatuh, sudut bibirnya terangkat sedikit, dan dengan nada menggoda ia bertanya,“Istriku tampak sangat kecewa?”Heh.Wajah Nan Shiyu menegang.Bagaimana ia tidak kecewa?Dulu, sebelum menikah, siapa yang bilang setelah menikah ia akan tinggal di luar negeri, dan mereka akan hidup terpisah, masing-masing menjalani hidup sendiri?Sekarang baru setahun berlalu, dan dia… sudah tidak perlu pergi ke luar negeri lagi?Kalau begitu, bukankah artinya mereka akan tinggal bersama setiap hari mulai sekarang?Beberapa hari terakhir, Nan Shiyu bahkan sempat berpikir Jiang Jingyu kembali hanya untuk mengurus “perjanjian cerai” itu.Ia sempat mengira, beberapa hari lagi, pria itu akan kembali pergi.Menekan kekacauan di hatinya, ia mendongak menatap pria berpostur tinggi di depannya, dan

Tempat yang akan didatangi Nan Shiyu adalah perusahaan milik keluarga Nan.Meski ia seorang perempuan, Nan Shiyu memiliki separuh hak waris dan kepemilikan atas harta keluarga Nan.Ayah dan ibu Nan hanya memiliki dua anak — Nan Yuheng dan Nan Shiyu. Selama bertahun-tahun, mereka selalu memperlakukan keduanya dengan adil tanpa membeda-bedakan.Bagi banyak orang tua dari keluarga kaya, anak perempuan umumnya akan menempuh jalan pernikahan politik. Asal-usul mereka menjadi modal utama dalam menjalin hubungan antarkeluarga besar, serta menjadi pengikat untuk mempertahankan kepentingan keluarga masing-masing.Namun bagi ayah dan ibu Nan, dibandingkan dengan masa depan dan keuntungan keluarga, mereka jauh lebih memperhatikan posisi serta kekuasaan putrinya setelah menikah.Dalam lingkaran kelas atas, hanya mereka yang memiliki kekuatan dan pengaruh cukup besar yang bisa memiliki kedudukan serta harga diri yang sepadan — baik di dunia

Setengah jam kemudian, Nan Shiyu akhirnya tahu apa maksud Jiang Jingyu menyisir rambutnya malam itu.Di ruang utama, Nan Shiyu berada dalam pelukan Jiang Jingyu di sofa.Pria itu duduk tegak dengan postur sempurna, bahkan ujung bajunya pun tak berantakan sedikit pun.Namun Nan Shiyu yang dipeluk erat di pinggang dan ditindih kedua kakinya itu, matanya sudah tampak memerah.“...Jiang Jingyu!” Ia mendorong bahunya, berusaha melepaskan diri. “Lepaskan aku!”Kedua lututnya bertumpu pada sofa kulit, baru saja hendak mengumpulkan tenaga untuk melompat menjauh—Namun detik berikutnya, pria itu justru mencubit pinggangnya dengan sedikit kekuatan.“Ah!”Nan Shiyu tidak sempat bereaksi.Tubuhnya melemas dan ia kembali jatuh ke dalam pelukannya.Yang lebih parah, Jiang Jingyu memanfaatkan momen itu untuk menyelipkan kakinya di antara kedua lututnya.Alhasil, posisi mereka sekarang tampak amat menggoda—Nan Shiyu seperti tengah duduk di pangkuannya.“Ka—”Belum sempat ia bicara, suara rendah pria