Heidina berdiri di sampingku dan menyaksikan semua kejadian itu. Wajahnya memerah karena marah. Walau begitu, dirinya tidak berkata apa-apa, hanya bertanya,"Kamu benar-benar mau pergi?"Aku mengangguk, lalu membawa proposal proyek yang harus ditinjau Fyan hari ini dan masuk ke kantornya.Begitu masuk, aku melihat Nisella sedang dipeluk erat oleh Fyan.Begitu melihatku, Nisella buru-buru menjelaskan dengan gugup, tetapi Fyan justru memeluknya makin erat."Aku cuma terpeleset tadi, nggak ada apa-apa di antara kami!"Fyan merapikan kerah bajunya yang sudah berantakan.Tujuh tahun pacaran, Fyan tidak pernah mengizinkan aku bersikap mesra di kantor.Namun melihat bekas ciuman di lehernya, mataku terasa perih.Dia begitu tergesa-gesa, bahkan tak bisa menunggu sampai pulang kerja.Aku hanya mengangguk dan berkata,"Nggak apa-apa."Setelah itu, aku menyerahkan dokumen itu ke Fyan yang belum selesai merapikan diri.Wajah Fyan memerah karena malu, dirinya lalu marah padaku,"Civiana, kamu nggak
Read more