All Chapters of Penungguan Berakhir Pahit: Chapter 11 - Chapter 20

Kata-kata itu sontak membuat mata Bryan terbelalak lebar dan napasnya terkesiap.Setelah tersadar dari keterkejutannya, Bryan pun menunjukkan ekspresi menghina. "Apa-apaan ini? Kalau mau membuatku marah, nggak perlu pakai cara bodoh seperti ini, 'kan?"Dia mengeluarkan ponselnya hendak menelepon Cecil. Dia ingin memberi tahu Cecil bahwa dia sangat lelah. Dia tidak punya energi maupun minat untuk menuruti tipu daya Cecil yang suka pura-pura tidak tahu.Sayangnya, baterai ponselnya habis. Bryan pun mencolokkan pengisi daya dan hendak pergi ke kamar mandi untuk mencuci mukanya guna menghilangkan rasa lelahnya.Ketika dia masuk ke kamar mandi, Bryan menyadari ada yang aneh. Semua barang pribadi Cecil di wastafel telah hilang, bahkan botol obat kumur di tempat gelas pun hilang. Yang tersisa hanyalah sedikit jejak.Bryan segera menyadari bahwa Cecil tampaknya tidak sedang bercanda dengannya. Dia bergegas masuk ke kamar dengan mata merah.Lemari sudah kosong dan hanya dia yang tersisa di satu

Bryan menghabiskan banyak uang untuk mendapatkan alamat kampung halaman Cecil dari teman-teman kuliah.Bryan awalnya berencana memesan penerbangan ke Kota Muria untuk segera menemui Cecil, tetapi Yovita mengusiknya sebelum pergi.Agar Bryan dapat menikahi Cecil dengan tenang, Dirga memutuskan untuk mengirim Yovita ke luar negeri guna memulihkan diri sejenak.Yovita menolak melakukannya. Dia menelan obat dan menyayat pergelangan tangannya, membuat Paula takut.Yovita membuat keributan di rumah sakit selama tiga hari. Akhirnya, Dirga meminta dokter untuk menyuntik Yovita dengan obat penenang dan wanita itu pun berhenti membuat keributan.Ketika Bryan bergegas menaiki pesawat ke Kota Muria, dia baru tahu bahwa hari ini adalah hari pernikahan Cecil.…Meski tidak punya cukup waktu untuk mempersiapkan pernikahan, Evan tetap mempersiapkan dengan sepenuh hati.Semua detailnya sempurna. Cecil tidak perlu sesibuk pengantin lain karena Evan sudah mengatur semuanya untuknya.Agar Cecil tampil can

Seharusnya Yovita tidak mengatakan apa-apa. Begitu dia membuka mulutnya, amarah Bryan langsung tersulut."Enyah! Jangan sentuh aku! Bagaimana mungkin Cecil meninggalkanku kalau kamu nggak terus menggangguku? Bagaimana mungkin aku berakhir seperti ini kalau bukan karenamu? Ini semua salahmu! Semua ini salahmu!"Napas Bryan menjadi cepat dan berat. Dia bagaikan binatang buas yang tidak terkendali, terus berusaha meluruskan tubuhnya."Keluar dari sini! Aku nggak mau melihatmu lagi. Aku nggak mau melihatmu lagi seumur hidupku!"Sorot tatapan Bryan yang garang membuat Yovita ketakutan hingga mundur beberapa langkah, air matanya mengalir turun.Yovita tergagap, lalu dengan terisak-isak mengungkapkan rahasia yang mengejutkan mereka bertiga, "Kakak, aku hamil! Aku hamil anak Kakak!"Namun, Bryan langsung membantah."Nggak mungkin! Kita nggak pernah melakukan apa-apa, bagaimana mungkin kamu hamil anakku!"Yovita pun terisak pelan, "Aku nggak bohong. Malam itu di Malde, Kakak mabuk dan mengira a

Cecil tidak menyangka Evan akan menyemangatinya menghadiri pernikahan Bryan dan Yovita.Cecil juga tidak mengerti mengapa Bryan mengiriminya undangan pernikahan. Apa untuk pamer padanya?Cecil sudah tidak lagi peduli pada Bryan, jadi masalah ini tidak akan berdampak apa pun padanya.Karena Bryan mengiriminya undangan, justru Cecil akan terkesan belum bisa melupakan masa lalu apabila tidak hadir."Oke, ayo kembali ke Kota Havana untuk bertemu teman lama."Evan menemani Cecil kembali ke Kota Havana dan ada banyak kenalan lama di pesta pernikahan itu.Orang-orang saling berbisik, mengatakan bahwa Cecil dan Bryan adalah pasangan yang sangat malang. Mereka telah menjalin cinta selama enam tahun dan telah menyebar undangan pernikahan, tetapi mereka menikah secara terpisah dalam waktu yang begitu singkat."Awalnya kupikir mereka bisa sampai akhir, tapi ternyata.""Hidup memang nggak terduga. Keluarga Jayadi begitu gila reputasi sampai-sampai mereka membiarkan Bryan menikahi anak tiri. Bukanka

Cecil akhir-akhir ini sering merasa mengantuk dan dia sudah terlambat datang bulan selama hampir sebulan.Evan pun menemani Cecil ke rumah sakit untuk pemeriksaan. Evan sangat gembira ketika menerima hasil pemeriksaan."Sayang, kamu hamil! Aku akan jadi seorang ayah!"Cecil sedikit termangu saat melihat hasil pemeriksaan yang Evan pegang."Aku benar-benar hamil?"Evan menyerahkan laporan itu kepada Cecil. "Tentu saja sungguhan."Cecil membaca hasil pemeriksaan itu dengan tidak percaya.Evan memegang pipi Cecil dan mencium keningnya."Sayang, kamu harus istirahat yang cukup. Serahkan semua pekerjaan rumah padaku. Jaga kesehatanmu baik-baik. Kehamilan memang berat, tapi aku pasti akan menjagamu dengan baik."Meskipun Cecil belum siap menjadi seorang ibu dan anak ini adalah hasil dari sebuah insiden, ketika dia melihat ekspresi bahagia Evan, semua kekhawatiran Cecil langsung lenyap.Ya, dengan Evan di dekatnya, dia tidak perlu khawatir tentang apa pun.Begitu mendengar kabar Cecil hamil,