Saat kembali ke vila, terdengar suara desahan intim dari kamar utama.Tawa manja wanita dan desahan rendah Franky, bercampur menjadi satu, diselingi beberapa erangan rendah dan permohonan ampun.Aku langsung naik ke lantai atas, kembali ke kamar tidur dan mengambil paspor, serta kartu bank yang sudah kusiapkan, lalu mengganti pakaian bersih.Saat membawa koper turun, aku berpapasan dengan Franky yang merangkul Vivian keluar dari kamar utama.“Astaga, kakak sudah pulang?” tanya Vivian pura-pura terkejut.“Kok baru pulang sudah mau pergi lagi?”Franky mengerutkan kening dan menatap koperku, “Mau ke mana?”“Pergi dari sini,” jawabku langsung menuju pintu utama.“Berhenti!” Dia mencengkeram lenganku, “Ibumu tahu kamu….”“Dia sudah meninggal,” ujarku memotongnya dengan tenang.“Dia menghembuskan napas terakhir tadi malam saat kamu mengurungku.”Vivian tertawa dan berkata, “Astaga! Sekarang bahkan sampai mengutuk ibu kandung sendiri?”Raut wajah Franky pun memuram, “Irene, kamu….”“Awas.” Ak
Read more