Pada akhirnya, aku tetap tak bisa menghindarinya. Aku pasrah, asal hatiku bisa tenang."Ikut aku baik-baik. Kalau nggak, anak dalam kandunganmu akan mati bersamamu!"Saat Mia mendekatiku, aku sama sekali tak menyangka kalau dia memegang pisau!Kini, ujung pisau itu menekan punggungku. Dia menyamarkan gerakannya dengan jaket di tangannya, sehingga meski kami berada di tempat umum yang ramai, tak seorang pun menyadari keanehan ini."Tenang... jangan sakiti bayiku!"Kelemahanku telah menjadi senjata andalannya. Meski tak ingin menuruti ancamannya, aku tak berani bertindak gegabah.Tak punya pilihan lain, aku pun menurut, berjalan keluar dari kafe bersamanya.Aku tak tahu ke mana dia hendak membawaku, tetapi aku yakin dia berniat mengurungku sampai anakku lahir, lalu merebutnya dariku."Mengingat aku pernah menyelamatkanmu, tolong lepaskan aku."Aku hanya bisa memohon dengan putus asa, tak ada cara lain."Cukup! Anakmu akan kujadikan syarat untuk dapat warisan. Sejujurnya, aku harus berter
Read more