Share

Bab 2

Author: Forsythia
Aku seorang wanita sehat secara fisik, tetapi sejak hamil, suamiku khawatir akan memengaruhi janin, sehingga dia bersikeras untuk menahan diri dari berhubungan intim. Kalau dipikir-pikir, sudah beberapa bulan aku tidak merasakan sensasi yang begitu menggairahkan itu.

"Ah… Cepat! Aku nggak tahan lagi…"

Nada suara Mia menggema penuh gairah. Dia melampiaskan hasratnya dengan gila, seakan lupa kalau ada dua orang yang mendengar dari kamar sebelah atau barangkali justru karena sadar ada yang mendengar, dia jadi makin bersemangat.

Seolah tiba-tiba teringat sesuatu, aku segera bangkit dari lantai, mengambil earphone dari tas, dan menyambungkannya ke ponsel untuk dipakai tuan rumah.

Sejujurnya, saat itu aku merasa kasihan padanya...

Tidak ada pria yang sanggup menanggung aib diselingkuhi istrinya, apalagi ketika mereka begitu angkuh dan sengaja mempermalukannya.

'Sepertinya, satu-satunya yang bisa kulakukan hanyalah membuatnya tidak mendengar apa pun.'

Keesokan paginya, Mia keluar dari kamar dengan wajah merah berseri. Pria yang semalam berduel dengannya tampak santai memeluk pinggang Mia. Saat melihat aku menatap pria itu, pria itu membungkuk dan mencium Mia dengan mesra.

Saat melihat tatapanku, mereka tetap santai, sebaliknya malah aku yang merasa canggung dan perlahan mundur.

Mungkin karena suaminya kini dalam kondisi koma, Mia merasa kesepian. Bagaimanapun, ini urusan keluarga majikanku, aku tidak ingin ikut campur.

Aku tetap sadar sepenuhnya, menyelesaikan tugas dengan baik dan menerima upah adalah hal utama bagiku.

Hingga malam tiba, Mia belum pulang. Aku menyiapkan air hangat dan berencana membersihkan dan merawat tuan rumah sebelum tidur.

Namun, tepat saat itu, pintu depan terbuka, dan Mia pulang!

Dia tidak sendiri, ada seorang pria bersamanya, tetapi pria itu bukan pria yang aku lihat tadi pagi.

"Anya, kelak kalau nggak ada urusan, jangan keluyuran di ruang tamu!"

Pria di samping Mia memang memeluknya, tetapi tatapannya mengamatiku dengan niat tidak baik. Mia tampaknya menyadari hal itu dan dia menegurku dengan nada kesal.

"Baik."

Aku memang berharap tidak bertemu dengan mereka. Baguslah, aku pun cepat kembali ke kamar dan menutup pintu.

"Sayang, dia cuma pelayan yang kubayar. Di rumahku, pandanganmu harus dijaga! Kalau nggak, aku akan marah."

Tak lama kemudian, suara Mia yang tidak senang terdengar.

"Tentu saja, dia nggak sebanding denganmu! Nggak ada yang seseksi dan menawan sepertimu! Nanti biarkan aku memanjakanmu dengan baik."

Pria itu mengiakan dengan nada manis.

"Ayo cepat, aku sudah nggak sabar. Lakukan dengan lebih kuat, yang penting jangan sampai aku terluka. Aku sudah menunggu momen ini."

Suara Mia yang tanpa malu terdengar sangat menggoda, aku bisa membayangkan betapa bergairahnya dia saat ini.

Padahal vila ini sangat mewah, tetapi kualitas isolasi suaranya buruk sekali. Sungguh membingungkan!

Tak lama kemudian, dari kamar sebelah terdengar jelas suara Mia yang terengah-engah, bercampur dengan bunyi ranjang bergoyang. Suara itu begitu jelas, membuatku seolah benar-benar ada di sana, menyaksikan semuanya secara langsung.

Aku berusaha sebisa mungkin untuk tetap fokus merawat pasien.

Setelah memeras handuk, aku perlahan-lahan menyeka wajahnya yang tegas dan menawan. Dalam hati, aku berpikir, kalau saja kecelakaan itu tidak terjadi, dia pasti termasuk pria langka yang punya segalanya, kaya dan tampan.

Mungkin dia tak pernah mengira istrinya akan berselingkuh. Namun, saat ini, setiap hari dia harus menanggung rasa malu dari orang yang tak setia. Memang, musibah bisa datang kapan saja dan pada siapa saja.

Aku tak kuasa menghela napas dalam hati.

Suara dari kamar sebelah makin terdengar jelas, membuatku tersipu. Walau mencoba mengabaikannya, hasrat yang tersimpan dalam hati perlahan bangkit.

"Apa yang sedang kupikirkan!"

Aku hampir kehilangan akal, tampaknya orang yang seharusnya memakai earphone justru aku sendiri!

Aku tersenyum pahit, menepuk kepala sendiri, lalu meletakkan handuk dan bangkit untuk mengambil earphone.

Tepat saat itu, tubuhku tiba-tiba tertarik oleh suatu kekuatan. Aku tidak siap sama sekali, dan karena tarikan, aku terjatuh ke tempat tidur. Tubuhku menempel erat pada dada yang kuat itu.

Aku masih terkejut hingga belum sempat bereaksi. Detik berikutnya, aku buru-buru berusaha bangkit, tetapi tubuhku sudah terkurung erat dalam pelukannya.

"Kamu… bagaimana bisa?"

Aku menatap wajahnya yang begitu dekat dengan panik.

Bukankah dia vegetatif?

Namun, pria di depanku kini tampak sangat berbeda dibanding siang tadi yang hanya berbaring tak bergerak di tempat tidur.

"Iri dengan kamar sebelah, ya? Apa kamu juga ingin mencobanya?"

Sebuah suara dalam dan berkarisma, mengabaikan kepanikanku, mulai membisikkan kata-kata yang memikat di telingaku.

Napas hangatnya menyapu leherku, membuat bulu kudukku meremang.

Kemudian, sepasang tangan menyentuh punggungku dengan lembut, dari balik pakaianku.

Aku ketakutan dan tak berani bergerak, hanya bisa menarik napas dalam-dalam sambil melawan perasaan yang mulai sulit diabaikan.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Perawatan Khusus untuk Ibu Hamil   Bab 9

    Pada akhirnya, aku tetap tak bisa menghindarinya. Aku pasrah, asal hatiku bisa tenang."Ikut aku baik-baik. Kalau nggak, anak dalam kandunganmu akan mati bersamamu!"Saat Mia mendekatiku, aku sama sekali tak menyangka kalau dia memegang pisau!Kini, ujung pisau itu menekan punggungku. Dia menyamarkan gerakannya dengan jaket di tangannya, sehingga meski kami berada di tempat umum yang ramai, tak seorang pun menyadari keanehan ini."Tenang... jangan sakiti bayiku!"Kelemahanku telah menjadi senjata andalannya. Meski tak ingin menuruti ancamannya, aku tak berani bertindak gegabah.Tak punya pilihan lain, aku pun menurut, berjalan keluar dari kafe bersamanya.Aku tak tahu ke mana dia hendak membawaku, tetapi aku yakin dia berniat mengurungku sampai anakku lahir, lalu merebutnya dariku."Mengingat aku pernah menyelamatkanmu, tolong lepaskan aku."Aku hanya bisa memohon dengan putus asa, tak ada cara lain."Cukup! Anakmu akan kujadikan syarat untuk dapat warisan. Sejujurnya, aku harus berter

  • Perawatan Khusus untuk Ibu Hamil   Bab 8

    Sudah jelas, ledakan ini bukan kecelakaan biasa!Polisi pun tiba. Kami berdua akhirnya selamat!Mia segera dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan, sedangkan aku, dengan tubuh yang sangat lelah, ikut polisi untuk memberikan keterangan.Ketika suamiku akhirnya tiba, aku duduk di bangku panjang kantor polisi, tampak lusuh dan lelah. Begitu melihatnya, aku tak kuasa menahan tangis."Maafkan aku, Sayang… Ini semua salahku. Ponselku aku setel ke mode senyap. Aku nggak tahu kamu sudah berkali-kali meneleponku. Aku sangat menyesal."Suamiku menampar dirinya sendiri berkali-kali. Di wajahnya terlihat jelas rasa sedih dan sesal. Kami saling berpelukan erat, barulah hati kami sedikit tenang.Untung saja, kejadian itu tidak membahayakan bayi dalam perutku.Aku dirawat di rumah sakit selama beberapa hari. Setelah yakin aku membaik, suamiku pun pergi dengan enggan, kembali ke proyek tempat dia bekerja.Setelah kejadian ini, aku tak berani lagi mencari pekerjaan dengan gaji tinggi. Ak

  • Perawatan Khusus untuk Ibu Hamil   Bab 7

    Ketika aku hendak menelepon polisi, aku baru sadar sinyal ponselku tiba-tiba terputus.Seketika, aku merasa benar-benar putus asa."Dia mati karena obat yang kamu berikan. Kamu juga terlibat. Kalau tahu diri, keluarlah. Ambil uang itu dan tutup mulutmu, lalu pergi dari sini!"Kenzi masih terus mengancam, tetapi aku bukan anak kecil. Aku dengar sendiri betapa licik dan kejamnya dia. Mana mungkin aku percaya kata katanya."Kalau kamu punya nyali, teruslah bersembunyi di dalam. Nggak lama lagi akan ada orang yang datang membakar rumah ini!"Kesabarannya sepertinya sudah habis. Aku mendengar suara langkah kakinya menjauh perlahan.Aku tahu dari kata-katanya bahwa aku pasti termasuk dalam daftar orang yang harus disingkirkan. Aku tersadar dan meraih ponsel lagi untuk meminta tolong, tetapi sinyalnya tetap terputus.Aku pun terduduk di lantai dengan putus asa.Bagaimana keadaan Mia sekarang? Benarkah kapsul yang kumasukkan ke gelasnya kemarin itu yang mencelakainya? Apa dia akan mati?Hatiku

  • Perawatan Khusus untuk Ibu Hamil   Bab 6

    Mendengar kata-kata Kenzi, Mia otomatis teringat padaku yang jadi sasaran empuk.Lagi pula, adegan tadi memang sulit membuat orang tidak berpikir demikian!Aku langsung panik dan buru-buru mencari benda apa saja di kamar yang bisa mengganjal pintu, lalu mendorongnya ke sana.Mia sudah sangat terprovokasi. Kalau dia menerobos masuk, aku bahkan tidak akan punya kesempatan untuk berbicara.Aku tak akan membiarkan anakku celaka!"Dia? Dia nggak layak!"Syukurlah, ucapan Kenzi berhasil meredakan krisis yang menimpaku.Aku benar-benar lega!Namun, ucapan berikutnya membuatku merinding lagi."Kamu terlalu gegabah! Aku hanya memanfaatkan bayi yang dikandung Anya supaya cepat dapat alasan di hadapan Tuan Besar!"Aku merasa bulu kudukku berdiri. Kenzi yang terbaring di tempat tidur ternyata telah menyelidikiku begitu dalam, bahkan sampai tahu aku sedang hamil! Aku teringat ancamannya sebelumnya dan diam-diam mulai mengkhawatirkan suamiku.Kalau Kenzi benar-benar berniat menyakitinya, maka dia da

  • Perawatan Khusus untuk Ibu Hamil   Bab 5

    Dia tersenyum tipis, lalu tiba-tiba mencubit pinggangku. Aku menjerit kesakitan, tetapi dalam jerit itu masih tersisa gema hasrat yang tak tertahan.Sadar akan situasinya, aku buru-buru menutup mulutku dan berusaha mendorong Kenzi menjauh dari tubuhku, tetapi sudah terlambat.Suara langkah kaki tergesa-gesa terdengar dan Mia sudah muncul di luar pintu. Dia mengetuk pintu beberapa kali dengan keras, mungkin karena aku masuk tanpa menutupnya, tiba-tiba dia menendang pintu hingga terbuka.Aku ketakutan hingga wajahku pucat pasi. Aku berusaha bangkit, tetapi Kenzi menekanku hingga aku tidak bisa bergerak sama sekali dan entah sejak kapan pakaianku sudah setengah terbuka.Kepergok selingkuh di ranjang!Sepanjang hidupku, aku tidak pernah membayangkan akan menghadapi situasi seperti ini."Kenzi, kalian sedang apa?"Mia tampak sangat terkejut. Dia menuding Kenzi sambil menegurnya dengan keras."Kamu 'kan sudah lihat sendiri, kenapa masih tanya?"Sikap Kenzi benar-benar menyebalkan.Dia tidak

  • Perawatan Khusus untuk Ibu Hamil   Bab 4

    Wajahku seketika pucat pasi. Sejak Kenzi siuman, setiap ucapannya terus mengguncang pikiranku, membuatku kian diliputi rasa takut.Aku terpaksa menghadapi ancamannya. Aku tidak ingin terseret dalam konflik rumah tangga mereka, tetapi aku juga takut pekerjaan ini akan menyeret suamiku, apalagi sampai menghancurkan kebahagiaan kami."Baik, aku setuju… tapi cuma pura-pura, ya!"Aku menyerah. Di bawah ancaman dan iming-imingnya, aku tak punya pilihan selain berkompromi."Besok, cari cara masukkan ini ke gelas air minum Mia!" Melihatku mengangguk, Kenzi langsung mengeluarkan kapsul dan memberikannya padaku.Padahal dia masih berbaring di tempat tidur, tetapi kelihatannya semua sudah dia atur dengan rapi.Naluriku berkata, pasangan ini bukan orang yang bisa dianggap remeh."Apa ini? Aku cuma setuju kita pura-pura, bukan untuk menyakiti siapa pun!"Aku menolak dengan suara keras."Santai saja, itu cuma pil kontrasepsi. Kalau memang harus bersaing, aku nggak akan biarkan dia hamil dan menang

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status