Share

Perawatan Khusus untuk Ibu Hamil
Perawatan Khusus untuk Ibu Hamil
Author: Forsythia

Bab 1

Author: Forsythia
Namaku Anya Warsudi. Demi mengumpulkan biaya untuk membesarkan bayiku, aku menyembunyikan kehamilan ini dan datang bekerja di rumah seorang wanita kaya.

Pekerjaan ini bukan pekerjaan biasa. Aku ditugaskan untuk merawat suaminya. Kabarnya, suaminya itu mengalami kelumpuhan dan hampir seperti vegetatif akibat kecelakaan mobil. Hanya pendengarannya yang masih berfungsi normal, tubuhnya sama sekali tidak bisa digerakkan.

Di ruang tamu vila yang megah, aku berdiri kikuk di depan sofa, jemariku meremas ujung baju tanpa sadar. Majikanku, Mia Arkanza, duduk santai di hadapanku. Dia tampak anggun, cantik, dan berbalut kemewahan yang seolah bawaan lahir. Di hadapan wanita seanggun itu, aku tampak begitu sederhana, bahkan terasa tak pantas berada di tempat semewah ini.

"Berputarlah, biar kulihat."

Dia menatapku dengan ekspresi angkuh, matanya menelusuri tubuhku dari kepala hingga kaki seperti mesin pemindai. Baru setelah itu, dia berbicara pelan dengan nada memerintah.

Hatiku yang sudah tegang sejak tadi langsung berdegup keras. Namun, aku tak punya pilihan, hanya bisa menuruti perintahnya dengan hati-hati. Aku perlahan memutar tubuh, berusaha tetap tenang, sementara rasa cemas menekan dadaku, takut pakaian longgar ini tak cukup menutupi perutku yang mulai tampak dan rahasiaku terbongkar.

Gimanapun, wanita di depanku ini memang luar biasa kaya dan berkuasa. Gaji yang dia tawarkan mencapai 100 juta per bulan, gaji yang mustahil bisa kutemukan di kota ini!

Karena itu, aku benar-benar tak ingin kehilangan kesempatan ini. Sekarang, aku hanya bisa diam-diam berdoa semoga semuanya berjalan lancar.

"Baiklah. Di atas meja ada daftar tugasmu dan hal-hal yang perlu diperhatikan. Bacalah dulu, lalu kamu bisa langsung tinggal di sini dan mulai bekerja."

Untung saja, Mia tidak menanyakan hal lain. Sikapnya seperti orang yang baru selesai memeriksa barang dagangan dan nada bicaranya terdengar sedikit puas.

"Baik."

Aku membungkuk sopan di hadapannya, lalu diam-diam menghela napas lega.

Demi bisa merawat pasien dengan lebih baik, aku harus tidur di lantai kamarnya setiap malam.

Itu salah satu aturan yang tertulis di kertas tadi.

Awalnya, aku merasa tidak pantas berbagi ruangan dengan pria asing, bahkan sempat ingin menolak. Namun, setelah kupikir lagi, dengan gaji sebesar ini, wajar saja kalau mereka menuntutku siaga dua puluh empat jam. Lagi pula, pria itu hanya terbaring tak berdaya di tempat tidur, sepertinya tak ada yang perlu dikhawatirkan.

Mia menunjuk ke arah kamar di ujung lorong, memberi tanda bahwa itulah tempat kerjaku. Melihat dia tak berniat berdiri, aku pun melangkah ke sana sendiri.

Ini pertama kalinya aku melihat pria yang akan kurawat. Jujur saja, aku terkejut melihat betapa tampannya pria itu.

Meskipun pria itu terbaring tak bergerak, wajahnya yang tegas dan tubuhnya yang tegap masih memancarkan pesona maskulin.

Untuk pertama kalinya aku begitu dekat dengan pria setampan dan sekaya ini. Aku tak bisa menahan rasa gugup, tanganku bergetar halus saat membuka kancing kemejanya.

"Jangan mikir yang aneh-aneh, aku cuma mau lap badannya, biar dia merasa lebih nyaman."

Saat handuk hangat itu menyentuh dadanya, aku bisa merasakan betapa keras dan kuat ototnya. Aku menarik napas dalam berkali-kali, mencoba menenangkan diri.

Siapa sih yang tidak suka lihat pria ganteng?

Namun, aku punya profesionalisme sendiri. Aku membuka bajunya hanya demi melakukan tugasku dengan benar.

Aku terus menenangkan diri, berulang kali meyakinkan bahwa ini hanya pekerjaan.

Setelah selesai mengelap tubuhnya, aku merapikan kamar dan bersiap untuk tidur.

"Sekali lagi… Aku mau lagi…"

Malam itu sangat sunyi!

Bahkan suara jarum jatuh pun mungkin akan terdengar.

Tiba-tiba dari kamar sebelah, setelah terdengar suara-suara samar yang tak bisa dijelaskan, aku mendengar suara Mia.

Suaranya saat ini sangat berbeda dari siang tadi, ada nada napas tersengal manja di dalamnya. Jelas, aktivitas intens barusan masih membuatnya belum puas.

Dalam cahaya bulan yang masuk lewat celah tirai, aku refleks menoleh ke arah tempat tidur sang tuan rumah.

Dia masih terbaring di sana tanpa ekspresi, tetapi aku tahu suara-suara barusan pasti juga terdengar olehnya.

Padahal kamar di vila ini ada banyak, tetapi Mia malah memilih kamar sebelah untuk tidur dengan penuh gairah dengan pria lain. Sepertinya dia memang sengaja ingin mempermalukan suaminya sendiri.

Aku hanya bisa menebak-nebak dalam hati.

"Dasar penggoda! Cepat tengkurap, biar aku bisa menikmati tubuhmu lagi!"

Suara seorang pria terdengar kasar dan congkak, disertai tawa puas.

Sangat jelas kalau mereka tak lagi menghormati pria yang menjadi tuan rumah ini.

Ucapan-ucapan tak senonoh dari kamar sebelah membuat wajahku memanas dan jantungku berdebar. Di sela rasa malu itu, ada kegelisahan samar yang mulai tumbuh dalam diriku.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Perawatan Khusus untuk Ibu Hamil   Bab 9

    Pada akhirnya, aku tetap tak bisa menghindarinya. Aku pasrah, asal hatiku bisa tenang."Ikut aku baik-baik. Kalau nggak, anak dalam kandunganmu akan mati bersamamu!"Saat Mia mendekatiku, aku sama sekali tak menyangka kalau dia memegang pisau!Kini, ujung pisau itu menekan punggungku. Dia menyamarkan gerakannya dengan jaket di tangannya, sehingga meski kami berada di tempat umum yang ramai, tak seorang pun menyadari keanehan ini."Tenang... jangan sakiti bayiku!"Kelemahanku telah menjadi senjata andalannya. Meski tak ingin menuruti ancamannya, aku tak berani bertindak gegabah.Tak punya pilihan lain, aku pun menurut, berjalan keluar dari kafe bersamanya.Aku tak tahu ke mana dia hendak membawaku, tetapi aku yakin dia berniat mengurungku sampai anakku lahir, lalu merebutnya dariku."Mengingat aku pernah menyelamatkanmu, tolong lepaskan aku."Aku hanya bisa memohon dengan putus asa, tak ada cara lain."Cukup! Anakmu akan kujadikan syarat untuk dapat warisan. Sejujurnya, aku harus berter

  • Perawatan Khusus untuk Ibu Hamil   Bab 8

    Sudah jelas, ledakan ini bukan kecelakaan biasa!Polisi pun tiba. Kami berdua akhirnya selamat!Mia segera dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan, sedangkan aku, dengan tubuh yang sangat lelah, ikut polisi untuk memberikan keterangan.Ketika suamiku akhirnya tiba, aku duduk di bangku panjang kantor polisi, tampak lusuh dan lelah. Begitu melihatnya, aku tak kuasa menahan tangis."Maafkan aku, Sayang… Ini semua salahku. Ponselku aku setel ke mode senyap. Aku nggak tahu kamu sudah berkali-kali meneleponku. Aku sangat menyesal."Suamiku menampar dirinya sendiri berkali-kali. Di wajahnya terlihat jelas rasa sedih dan sesal. Kami saling berpelukan erat, barulah hati kami sedikit tenang.Untung saja, kejadian itu tidak membahayakan bayi dalam perutku.Aku dirawat di rumah sakit selama beberapa hari. Setelah yakin aku membaik, suamiku pun pergi dengan enggan, kembali ke proyek tempat dia bekerja.Setelah kejadian ini, aku tak berani lagi mencari pekerjaan dengan gaji tinggi. Ak

  • Perawatan Khusus untuk Ibu Hamil   Bab 7

    Ketika aku hendak menelepon polisi, aku baru sadar sinyal ponselku tiba-tiba terputus.Seketika, aku merasa benar-benar putus asa."Dia mati karena obat yang kamu berikan. Kamu juga terlibat. Kalau tahu diri, keluarlah. Ambil uang itu dan tutup mulutmu, lalu pergi dari sini!"Kenzi masih terus mengancam, tetapi aku bukan anak kecil. Aku dengar sendiri betapa licik dan kejamnya dia. Mana mungkin aku percaya kata katanya."Kalau kamu punya nyali, teruslah bersembunyi di dalam. Nggak lama lagi akan ada orang yang datang membakar rumah ini!"Kesabarannya sepertinya sudah habis. Aku mendengar suara langkah kakinya menjauh perlahan.Aku tahu dari kata-katanya bahwa aku pasti termasuk dalam daftar orang yang harus disingkirkan. Aku tersadar dan meraih ponsel lagi untuk meminta tolong, tetapi sinyalnya tetap terputus.Aku pun terduduk di lantai dengan putus asa.Bagaimana keadaan Mia sekarang? Benarkah kapsul yang kumasukkan ke gelasnya kemarin itu yang mencelakainya? Apa dia akan mati?Hatiku

  • Perawatan Khusus untuk Ibu Hamil   Bab 6

    Mendengar kata-kata Kenzi, Mia otomatis teringat padaku yang jadi sasaran empuk.Lagi pula, adegan tadi memang sulit membuat orang tidak berpikir demikian!Aku langsung panik dan buru-buru mencari benda apa saja di kamar yang bisa mengganjal pintu, lalu mendorongnya ke sana.Mia sudah sangat terprovokasi. Kalau dia menerobos masuk, aku bahkan tidak akan punya kesempatan untuk berbicara.Aku tak akan membiarkan anakku celaka!"Dia? Dia nggak layak!"Syukurlah, ucapan Kenzi berhasil meredakan krisis yang menimpaku.Aku benar-benar lega!Namun, ucapan berikutnya membuatku merinding lagi."Kamu terlalu gegabah! Aku hanya memanfaatkan bayi yang dikandung Anya supaya cepat dapat alasan di hadapan Tuan Besar!"Aku merasa bulu kudukku berdiri. Kenzi yang terbaring di tempat tidur ternyata telah menyelidikiku begitu dalam, bahkan sampai tahu aku sedang hamil! Aku teringat ancamannya sebelumnya dan diam-diam mulai mengkhawatirkan suamiku.Kalau Kenzi benar-benar berniat menyakitinya, maka dia da

  • Perawatan Khusus untuk Ibu Hamil   Bab 5

    Dia tersenyum tipis, lalu tiba-tiba mencubit pinggangku. Aku menjerit kesakitan, tetapi dalam jerit itu masih tersisa gema hasrat yang tak tertahan.Sadar akan situasinya, aku buru-buru menutup mulutku dan berusaha mendorong Kenzi menjauh dari tubuhku, tetapi sudah terlambat.Suara langkah kaki tergesa-gesa terdengar dan Mia sudah muncul di luar pintu. Dia mengetuk pintu beberapa kali dengan keras, mungkin karena aku masuk tanpa menutupnya, tiba-tiba dia menendang pintu hingga terbuka.Aku ketakutan hingga wajahku pucat pasi. Aku berusaha bangkit, tetapi Kenzi menekanku hingga aku tidak bisa bergerak sama sekali dan entah sejak kapan pakaianku sudah setengah terbuka.Kepergok selingkuh di ranjang!Sepanjang hidupku, aku tidak pernah membayangkan akan menghadapi situasi seperti ini."Kenzi, kalian sedang apa?"Mia tampak sangat terkejut. Dia menuding Kenzi sambil menegurnya dengan keras."Kamu 'kan sudah lihat sendiri, kenapa masih tanya?"Sikap Kenzi benar-benar menyebalkan.Dia tidak

  • Perawatan Khusus untuk Ibu Hamil   Bab 4

    Wajahku seketika pucat pasi. Sejak Kenzi siuman, setiap ucapannya terus mengguncang pikiranku, membuatku kian diliputi rasa takut.Aku terpaksa menghadapi ancamannya. Aku tidak ingin terseret dalam konflik rumah tangga mereka, tetapi aku juga takut pekerjaan ini akan menyeret suamiku, apalagi sampai menghancurkan kebahagiaan kami."Baik, aku setuju… tapi cuma pura-pura, ya!"Aku menyerah. Di bawah ancaman dan iming-imingnya, aku tak punya pilihan selain berkompromi."Besok, cari cara masukkan ini ke gelas air minum Mia!" Melihatku mengangguk, Kenzi langsung mengeluarkan kapsul dan memberikannya padaku.Padahal dia masih berbaring di tempat tidur, tetapi kelihatannya semua sudah dia atur dengan rapi.Naluriku berkata, pasangan ini bukan orang yang bisa dianggap remeh."Apa ini? Aku cuma setuju kita pura-pura, bukan untuk menyakiti siapa pun!"Aku menolak dengan suara keras."Santai saja, itu cuma pil kontrasepsi. Kalau memang harus bersaing, aku nggak akan biarkan dia hamil dan menang

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status