Todos os capítulos de Cahaya Bulan yang Merindukan Masa Indah: Capítulo 11 - Capítulo 20

Kolam renang itu sedalam dua meter. Ditambah lagi saat itu sudah memasuki musim hujan, kedua orang tua Silvia yang sudah renta itu tidak mungkin bertahan satu hari satu malam. Tidak sampai satu jam pun, mereka mungkin sudah akan mati di sana.Pada saat itu, naluri untuk bertahan hidup mengalahkan segalanya. Nyonya Handoko berteriak memanggil nama Bimo dengan suara melengking penuh keputusasaan."Di pesta waktu itu, Riana sengaja dijebak dan diberi obat!"Mata Bimo membelalak."Kamu bilang apa?""Orang yang beri obat pada Riana bukan orang lain, melainkan Silvia sendiri! Bukan hanya itu, para preman yang berniat memperkosa Riana adalah orang-orang yang sudah disewa Silvia sejak awal!"Atas isyarat Bimo, kedua orang tua Silvia ditarik naik dari kolam dengan keadaan berantakan.Silvia sudah gemetar hebat, tetapi dia masih menggertakkan giginya dan bersikeras membantah, "Nggak! Wanita tua itu membohongimu! Kak Bimo, kamu harus percaya padaku! Kalau aku benar-benar yang menaruh obat dan men

Belum sempat Riana bereaksi, Nyonya Hastanta sudah melepas gelang giok di tangannya yang sekilas saja tampak sangat mahal dan langsung memakaikannya ke tangan Riana. Wajahnya dipenuhi senyum bahagia yang sulit disembunyikan."Calon menantu ini ternyata jauh lebih cantik daripada di foto! Ibu benar-benar suka!""Bukan begitu, Tante, saya bukan ...."Pikiran Riana sudah benar-benar kacau. Dia bahkan tidak sempat memahami maksud ucapan Nyonya Hastanta "lebih cantik daripada di foto". Dia hanya berusaha menjelaskan hubungannya dengan Brian.Namun, dia sama sekali tidak diberi kesempatan bicara. Nyonya Hastanta menggenggam tangannya, memandangnya dari kiri ke kanan dengan wajah penuh kasih dan kekhawatiran."Gadis secantik ini kenapa terlihat begitu lemah? Apa anakku yang nakal itu memperlakukanmu dengan buruk? Setelah kamu nikah dengannya, kamu akan jadi anak Ibu. Kalau dia berani menyakitimu, bilang saja pada Ibu, Ibu pastikan dia nggak bisa bangun dari tempat tidur sebulan penuh!""Lihat

Demi menikahi Riana, Bimo berlutut di aula leluhur keluarga selama tujuh hari tujuh malam. Dia berlutut hingga tubuhnya dehidrasi dan akhirnya pingsan di bawah terik matahari.Ketika para tetua Keluarga Ganendra menjatuhkan hukuman keluarga, Bimo tidak sedikit pun merasa takut. Dia dengan tegar menanggung seluruh hukuman itu. Saat terbaring di ruang ICU, satu-satunya pikiran yang tersisa dalam benaknya adalah selama dirinya bisa bersama Riana, dia tidak takut apa pun.Namun, setelah menikah, Bimo dan Riana tidak juga dikaruniai anak. Dokter mengatakan bahwa secara fisik keduanya tidak memiliki masalah, hanya saja kondisi tubuh mereka tidak cocok, yang menyebabkan kemungkinan kehamilan menjadi sangat kecil.Apa yang Riana tidak tahu adalah dokter pernah diam-diam memberitahu Bimo bahwa ketidakcocokan itu kemungkinan besar berkaitan dengan sifat posesifnya yang sudah berada pada tingkat patologis.Bimo tidak berani memberitahu Riana.Seluruh kepercayaan dirinya hancur saat itu juga. Bimo

Begitu pintu dibuka, dinding di dalam ruangan itu penuh dengan foto-foto Riana.Ada foto ketika dirinya berdiri di depan kelas mengerjakan soal, dirinya yang sedang sibuk menulis di kelas, dirinya yang tersenyum di upacara kelulusan sambil membuat tanda V ke arah kamera, bahkan juga ada foto-foto ketika Riana mengikuti kegiatan organisasi di masa kuliah ....Hampir seluruh masa sebelum pernikahan Riana terangkum dalam foto-foto itu.Bukan hanya itu, di atas meja pun tersusun rapi barang-barang yang pernah digunakan Riana seperti buku catatan lamanya, setengah penghapus yang dulu sempat hilang, bahkan penggaris rusak yang pernah dia buang."Ini semua ...."Riana hampir tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.Nyonya Hastanta tersenyum dan berkata, "Semua ini tentu saja dikumpulkan oleh si bocah itu, Brian. Waktu kecil, aku dan ayahnya sama-sama sibuk, jadi dia tinggal bersama bibinya di Kota Obria. Sejak pertama kali melihatmu, dia langsung jatuh hati, tapi karena terlalu penakut, dia

Riana tertegun.Dia semula mengira orang yang masuk adalah Brian. Riana bahkan sudah lebih dulu menyiapkan senyum di wajahnya. Namun, sosok yang muncul di hadapannya justru adalah orang yang bahkan seumur hidup ini tidak ingin dia temui lagi, yaitu Bimo.Senyum di wajahnya seketika membeku, disertai kewaspadaan yang jelas terlihat.Namun, Bimo tidak menyadari apa pun.Dia begitu ingin bertemu Riana, hingga hampir membuatnya gilaSebelum berangkat, Bimo sudah membayangkan hasil terbaik yang mungkin terjadi hanyalah mendapatkan sedikit petunjuk tentang Riana. Namun, dia sama sekali tidak menyangka keberuntungan luar biasa itu benar-benar datang. Sekarang, dia benar-benar melihat Riana di depan matanya sendiri!Naluri tubuhnya bergerak lebih cepat dari pikirannya. Bimo langsung memeluk Riana erat-erat ke dalam dekapannya."Riana, Rianaku, apa kamu tahu, aku merindukanmu sampai hampir gila! Aku benar-benar ... benar-benar sudah nggak sanggup lagi bertahan ...."Baru pada saat itu Bimo mera