Pagi itu, mentari menyapa lembut melalui jendela kamar mereka. Suasana rumah masih sunyi. Alya terbangun lebih dulu, duduk di tepi ranjang sambil menatap wajah Damar yang masih terlelap. Lelaki itu tampak lelah, namun damai. Ada garis-garis halus di bawah matanya, sisa begadang dan tekanan kerja yang makin padat. Alya menghela napas pelan. Dalam hati, ia berdoa agar Damar diberi kekuatan, bukan hanya untuk pekerjaannya, tapi untuk terus menjaga cinta yang sedang mereka bangun—pelan, namun penuh perjuangan. Ia turun ke dapur, menyiapkan sarapan sederhana. Telur dadar, roti panggang, dan teh manis hangat. Di sela memasak, Alya mengecek notifikasi di ponselnya. Ada email masuk dari platform penulis: naskahnya sedang dipertimbangkan untuk kontrak eksklusif. Alya hampir menjatuhkan ponselnya. “Ya Allah…” bisiknya, senyum merekah di wajahnya. Tak lama, Damar muncul dari balik pintu kamar, rambutnya masih acak-acakan. “Pagi, calon penulis best-seller,” sapa Damar, setengah mengantuk. Al
Last Updated : 2025-11-21 Read more