“Kak, bagian bawahmu membesar lagi. Apa kamu merasa sakit?”Dia mengulurkan tangan dan menyentuh alatku, lalu berseru, “Ah, panas banget!”Saat tangan mungilnya yang lembut dan halus menyentuhku, darahku berdesir, seluruh tubuhku seperti terbakar.“Jangan, jangan sentuh.” Sensasi itu hampir membuatku kehilangan kendali. Aku pun langsung menepis tangannya.Luna menatapku dengan sedih, seperti kelinci kecil yang menyadari kesalahannya. “Maaf, Kak. Aku nggak bermaksud menyakitimu.”Melihat tatapan polosnya, aku sangat gembira, memutuskan untuk merayunya.“Kamu menyakitiku, jadi menurutmu apa yang harus kamu lakukan?”Luna merasa terpojok. “Aku nggak sengaja, Kak. Menurut Kakak, apa yang harus aku lakukan?”Aku pun memberanikan diri untuk melepas celanaku, menyisakan celana dalam.“Kakak punya tumor di sini. Kalau kamu bisa bantu isap, Kakak nggak akan merasa sakit lagi.”Setelah mendengar perkataanku, Luna menatap selangkanganku dengan penuh penasaran, lalu berkata, "Tumor Kakak besar sek
Baca selengkapnya