Di toko buku terbesar di Alveron, sebuah poster raksasa dari bukuku yang baru terpajang di tengah ruangan."Selamat ya, Nona Valentina, cetakan pertama seratus ribu salinan sudah habis terjual," kata manajer toko itu dengan wajah berseri-seri. "Ini jelas fenomena sastra terhebat tahun ini."Aku menandatangani nama terakhir, meletakkan pena, dan menggosok pergelangan tanganku yang agak pegal.Lima tahun lalu, aku tidak pernah membayangkan bisa punya momen semegah ini, apalagi sebagai penulis buku terlaris Valentina Wijaya.Harus kuakui, rasanya memegang penuh kendali atas nasibku sendiri itu begitu menggairahkan.Aku hampir berdiri untuk pulang, ketika sosok kecil tersandung masuk dan memanggilku pelan, "Valentina..."Aku menoleh, dan gerakanku terhenti.Adriel hampir tujuh tahun sekarang, dan lebih tinggi. Setelan kecilnya rapi, dia memegang erat bukuku yang baru terbit.Namun, dia tidak terlihat baik.Pangeran kecil yang dulu arogan kini tampak rapuh, dengan lingkaran gelap di bawah m
Baca selengkapnya