Keesokan harinya ketika aku bangun, sudah tengah hari.Ketika aku turun ke bawah, aku mendapati sudah ada dua orang duduk di meja makan.Alvaro duduk di kursi utama meja makan, terlihat dingin dan diam.Ibunya Alvaro tiba entah kapan, mengaduk kopi dengan garpu perak yang halus.Mendengar langkah kakiku, ibu mertuaku mendongak.Tatapannya tertuju pada pinggangku dengan tatapan ambigu, lalu berkata dengan penuh arti, “Raina, semalam kamu pasti kelelahan, ‘kan? Ayo duduk.”Aku berhenti berjalan dan tanpa sadar menatap Alvaro...Dia bahkan tidak melirikku sedikit pun.Secercah kepahitan terlintas di mataku.Sebelum aku sempat menjelaskan, ibu mertuaku mendesak, “Raina, kamu sudah menikah dengan Alvaro selama setahun, tapi masih belum ada tanda-tanda kehamilan! Aku sudah tidak sabar mau menggendong cucuku!”“Aku sudah berusaha...” kata-kataku terputus oleh Alvaro di tengah jalan.“Bu, jangan khawatir. Kami... akan segera punya anak. Bersabarlah.”Setelah menerima jaminan dari Alvaro, ibu m
Read more