Kelap-kelip lampu yang mengambang di kolam renang mengalihkan perhatian Prita yang baru saja masuk.
Mulutnya menganga melihat kemewahan acaranya. Ternyata Zain ini benar-benar keturunan orang kaya.
"Zai!" panggil seorang gadis yang tampak cantik dengan gaun putih selutut.
Tiba-tiba gadis itu bergelayut pada tangan Prita.
"Kamu datang, Zai?" Joy tersenyum.
Prita kaget setengah mati mendapati Joy yang sedang memeluk tangannya.
Prita tampak bingung sendiri saat Joy membawanya ke hadapan orang-orang berpakaian serba rapi dan gelamour.
"Anak Papa tampan sekali," kata pria yang entah siapa, Prita tidak mengenalinya.
Yang lebih membuat Prita terhenyak adalah kehadiran Danu. Cowok itu berdiri di belakang Delon dengan wajah sinis. Lalu, perempuan di sebelahnya juga nampak tak suka dengan Prita yang bertubuh Zain.
Sesaat kemudian, Delon melambaikan tangan kepada seseorang di belakang Prita. Prita menoleh dan lagi-lagi
Bersedekap dada dengan wajah ditekuk, itulah yang sedang Pinka lakukan ketika melihat sosok Prita berjalan melewatinya.Tak butuh waktu lama, Pinka langsung menarik tubuh Prita dari belakang. Ia dan kedua temannya menyeret gadis itu ke dalam toilet."Ngapain si lo, akhh ... lepasin!" rontak Zain brutal.Plak!"Kurangajar! Dasar cewek gak tau malu! Apa maksud lo hancurin acara pertunangan Kak Joy dan Zain?" tanya Pinka galak.Zain menyunggingkan bibirnya lalu meludah. "Cuih, peduli apa lo?"Zain tahu Pinka tidak suka dengan dirinya, ia tidak pernah berpihak padanya dan buktinya Pinka tidak mau mengakui Zain sebagai saudaranya, karena Zain tahu Pinka malu mempunyai saudara anak haram seperti dirinya.Pinka makin dibuat geram dengan tingkah Prita yang sebenarnya adalah Zain. Ia menjambak rambut panjang cewek itu dan memberikan tatapan tajam."Makin hari lo makin berani ya, sama gue!" Tekan Pinka."Dev, ambilin a
"Mau kemana? Sekarang lo gak bisa kemana-mana.""Mau ngapain si lo pada, gak ada kerjaan banget bully gue terus. Kurang kapok gue Jambak? Apa perlu gue buat darah keluar dari tubuh kalian?" Sorot Zain tajam.Mereka semua malah tertawa tanpa rasa takut. "Tutup bacot lo, ada seseorang yang ingin ketemu sama lo!""Siapa?" Sinis Zain."Kak Joy!" Pink tersenyum miring. Setelah Joy masuk pink cees keluar. Joy mendekati Zain di pojokan sana, ia sedang memerhatikan Joy yang tidak bisa ditebak."Ngapain lo ke sini?" Jutek Zain.Joy mengukir senyum di bibirnya."Kenapa si Pria? Kamu ada dendam apa?" Joy tampak mengelus rambut Zain.Beberapa saat kemudian Joy menjambaknya."Akkk, sakit bangsat!" ronta Zain. Tawa dari Joy mulai terdengar."Sakit ya, lebih sakit mana saat lo hancurin acara tunangan gue sama Zain. Lo itu siapanya Zain si? Lo gak berhak masuk ke kehidupan Zain anak kampungan!"Zain menyunggingkan seny
Mulai saat ini Cici menjauh dari Prita. Ia yakin cewek di sampingnya ini sebutnya adalah Zain. Karena dari sejak beberapa Minggu yang lalu sikap Zain yang menghawatirkannya sama persis dengan Prita.Zain menoleh pada Cici yang sedang memperhatikannya. Ia melotot tajam membuat Cici segera melihat ke papan tulis lagi."Mimpi apa gue harus satu bangku sama ni monster," batin Cici merasa takut.Di sisi lain, Prita tidak masuk sekolah, karena ia sedang mendatangi tempat kecelakaan antara dirinya dan Farel waktu lalu."Perasaan tempat ini gak keramat. Terus penyebab jiwa gue nyasar kenapa?" Prita melihat hanya melihat beberapa pohon yang sekarang di isi oleh pedagang.Refleks Prita melihat seorang wanita yang tampak berpakaian aneh sedang melihatnya sambil tersenyum miring.Wanita itu segera menyebrang jalan saat terciduk oleh Prita."Hei! Mau ke mana?" teriak Prita. Ia segera mengejar wanita tersebut.Wanita itu tetap berjalan cepat
Drrtt! Drrtt!Zain meloncat ke kasur untuk mengambil ponselnya yang sedari tadi berdering.Hep!Zain berhasil menangkap benda tersebut. Ia melepas handuk di kepala yang melilit rambut panjangnya. Zain baru saja habis keramas.Saat Zain hendak mengangkat panggilan dari Prita, Resti malah tiba-tiba datang dan segera merebut ponsel miliknya."Ketahuan kamu ya, Pri! Jam segini masih main hape. Pake teleponan segala lagi! Ibu sama kamu kan sudah sepakat bahwa kamu di jam segini belajar dan lanjut tidur! Apa gak puas seharian main hape?"Rasanya ubun-ubun Zain ingin meledak mendengarkan omelan dari Resti barusan. Di rumahnya tidak ada yang seberani ini padanya. Tidak ada seorang pun yang berani membentak. Tidak ada seorang pun yang berani memarahinya. Apalagi karena soalan sepele seperti ini."Kenapa si ibu marah-marah terus!" Zain berteriak membuat Resti semakin naik pitam."Eh, kamu! Anak gadis makin berani sama i
"Ngapain lo di sini?" sinis Zain."Maksudnya?" Joan mengangkat kedua alisnya."Gue tanya ngapain lo ke warung butut ini?" sentak Zain kasar. Membuat Joan bertambah bingung."Hah?"Plak!Resti tiba-tiba datang. Ia langsung menjitak belakang kepala Zain seenak jidat. Kala Zain menengok ke belakang, Resti menatapnya penuh kobaran api."Aduh!" ringis Zain seraya menjamah kepalanya yang tadi kena pukul Resti."Apa-apaan kamu Pri? Ngatain warung sendiri butut?" protes Resti.Perasaan Resti semakin janggal kala melihat tingkah Prita yang semakin hari semakin aneh. Resti menelisik tubuh Prita dari bawah ke atas. Resti melihat dengan lekat. Kemudian mengembuskan napas berat kala tersadar wajah Prita tetaplah wajah Prita.Zain baru sadar ia sudah bukan lagi Zain. Ia adalah seorang gadis."Haha. Bercanda, Bu." Tawa Zain dengan tangan menggaruk lehernya."Nih, pempeknya. Silakan di nikmati ya, Tuan mu
Prita mengikuti langkah Zeno masuk ke salah satu ruangan kosong. Dindingnya terlihat putih bersih. Tak ada bercak noda maupun lumut.Di sudut paling kiri terdapat beberapa lukisan anak kecil yang terpanjang rapi.Prita mendongak melihat empat lukisan besar yang berjejer di atas sana.Prita membidikkan matanya."Meraka siapa?"Mendengar pertanyaan itu Zeno menoleh dan menghampiri Prita."Ada Zai? Lo lupa sama orang-orang yang ada di lukisan itu?"Deg!Prita menggaruk tengkuk lehernya. Kemudian tertawa."Ahaha! Bercanda, Kak," alibi Prita. Dalam hati ia terus merutuki dirinya.***Banyak orang yang singgah di kedai Yumarijomblo. Sampai-sampai Zain kewalahan mengantar banyak pesanan.Tak berapa lama kemudian ada Cici yang mengambil alih nampan yang ada di pangkuan Zain.Zain lekas pergi ke dapur dan mengistirahatkan dirinya. Ia duduk santai sambil mengipasi dirinya dengan
Zain berjalan santai menuju rumah. Ia ditemani Cici. Akan tetapi, mereka masih enggan membuka suara."Pri?" panggil Cici untuk memastikan.Zain menoleh."Hhmm?""Lo Prita bukan si?" tanya Cici masih bingung dengan semua perubahan Prita."Aneh lo! Gue Prita kali!" Zain tertawa. Dan tawa itu seperti dipaksakan."Tapi akhir-akhir ini--""Apa? Mau bilang gue aneh?" sela Zain."Lo tau kan Ci, kepala gue pernah kebentur pas kecelakaan.""Oh iya ya."***Prita turun dari motornya. Ia meminggirkannya di perempatan jalan itu lagi. Tak tahu kenapa, Prita sering sekali melihat wanita misterius itu berkeliaran di dekat sini. Akan tetapi cepat sekali wanita itu juga menghilang.Di saat yang tak disangka-sangka, Prita berjumpa kembali dengan wanita aneh itu. Prita berdiri tepat di depannya."Sebetulnya kamu siapa?" tanya Prita dengan rasa penasaran yang beranak pinak.Lagi-lagi wanita itu
Usai makan malam, Zain pergi ke kamarnya. Tak lupa wanita paruh baya itu juga mengikuti langkahnya. Zain mengambil beberapa hasil ulangan dari tasnya. Kemudian ia menunjukkan itu pada Resti satu per satu."ni ulangan matematika," kata Zain sembari memperlihatkan nilainya pada beliau.Melihat angka yang sangat tinggi itu, membuat Resti tercengang. Dan mungkin ini kalo pertama Resti melihat nilai mata pelajaran matematika sang anak begitu baik."Ini bahasa Inggris." Zain kembali memperlihatkan nilai berikutnya."Dan terakhir, biologi," ucap Zain semakin membuat mata Resti membulat."Wah, ini nilai, anak gua?" Tatap Resti tak percaya. Sungguh sempurna nilai yang di dapat sang anak."Nilaimu ini, Pri?" tanya Resti masih tidak bisa menelan salivanya sendiri. Ia masih belum percaya dengan apa yang dilihatnya."Iya." Zain mengangguk mantap."Pinter kali anak emak!" Heboh Resti seraya mengusap kepala Zain penuh cinta."Bia