Share

Part 2 - Death Claw

Sekarang waktunya pulang sekolah, di Sekolah Menengah Atas 1 Nusa (SMANSA), anak dari Malika yang bernama Sumelika dirundungi oleh para teman-temannya di gudang sekolah. Sumelika Prameswari adalah remaja perempuan cantik dan sangat modern yang periang, ia juga cukup pintar, akan tetapi Sumelika sangat pelit dalam memberikan jawaban-jawaban ke teman-temannya, hingga beberapa orang yang sangat pemalas merundunginya. Rundungan fisik dan verbal ia terima, hal ini sudah biasa menurutnya, ia tak melawan, tetapi jika ada suatu rundungan yang sudah melewati batasannya, maka ia akan murka. 

"Heh, Lik! Lo ini ya, jadi orang pelit banget! Tadi kita cuman minta jawaban matematika malah kagak dikasih! Padahal cuman 1 nomor doang, dasar lo!" bentak Fanny, remaja perempuan dengan rambut dikepang. 

"Tau nih, gara-gara lo ya, kita dimarahin habis-habisan sama bu Beti!" teriak Kevin, penuh dengan luapan emosi. Kevin ialah remaja lelaki yang sangat tampan, dirinya kerap berpenampilan hits mengikuti model era sekarang, tak jarang banyak siswi perempuan yang mengejar-ngejarnya. Meski wajahnya tampan, tetapi hatinya bengis, tak berguna memang. 

"Woy, inget kalo lo pelit, kuburan lo auto sempit!" Fanny, melotot kepada Sumelika.

Sumelika hanya tertunduk, tak menganggap cacian dari Fanny dan Kevin. Ia tak peduli temannya mencacinya, mereka berdua hanya membicarakan omong kosong. Mereka bagaikan seorang anak kecil, jika dilawan akan membalas, jika dibiarkan terus melakukannya sampai puas. 

Tak ada gunanya jika Sumelika memberikan jawaban hasil pemikirannya kepada mereka, toh siapa mereka? Mikir? Tidak! Membantu? Tidak! Merundungi? Iya! Mereka hanyalah manusia yang datang di saat ada butuhnya saja, ia tak sudi memberikan jawabannya kepada mereka, kecuali kepada sahabat-sahabatnya. Kepada sahabatnya ia selalu memberikan jawaban, karena sahabatnya selalu membantunya dan ikut berpikir. Nah mereka? Mereka hanyalah ingin mendapatkan jawaban untuk mendapatkan nilai dari guru dari hasil pemikiran Sumelika yang terkuras, sudah itu saja. Tak tahu diri bukan?

Sumelika tak takut dengan mereka, sekarang yang ia pedulikan hanyalah kebahagiaan kedua orang tuanya, sahabatnya dan dirinya sendiri. Di saat mereka berdua sedang mencaci maki sekaligus mencela Sumelika, Sumelika malah asyik-asyikan menghapal rumus kimia di otaknya. Memang, Sumelika sangat menyukai pelajaran kimia, sekarang dia sedang persiapan untuk mengikuti olimpiade kimia yang akan dilaksanakan besok di kota Bandung. 

"Woy, ngemeng lu! Kagak usah diem aja, jangan-jangan lu bisu ya! Atau lu ini kagak bisa denger?" maki Kevin, sang mulut setan. 

"Hahaha, takut? Bilang, Karyawan!" Fanny, menambahkan makian dari Kevin. 

"Huuu, ortunya kagak bisa didik anak kali ye, makannya jadi penakut plus pelit kaya gini anaknya, ck! Hahaha!" Kevin semakin membabi buta, amarah mulai menyelimuti pikiran dari Sumelika yang kedua orang tuanya mulai dihina di depannya secara langsung. 

Sumelika mengepalkan tangannya, ia marah, sangat marah!

"Sekarang mending kita kunciin dia di sini, biar tau rasa. Nanti Ibu sama bapaknye nangis-nangis, hahaha." Fanny.

"Ayoo! Hahaha!"

"Tunggu lo berdua!" 

Sekarang kesabaran Sumelika habis, kepalan tangan yang ia tahan, seketika muncul bulu yang sangat lebat, dan kuku yang tajam bagaikan pisau. Sekarang kedua tangan Sumelika menjadi tangan serigala! Sontak, Kevin dan Fanny kaget setengah mati, mereka ketakutan. Mereka berdua mencoba untuk keluar dari gudang, akan tetapi pintu gudang malah tertutup secara sendirinya dengan cukup kencang. 

Brakkk!

"Lo berdua ya, kurang ngajar! Didiemin makin ngelunjak! Lo pada boleh ngehina gue! Tapi jangan orang tua gue, kalo lo berdua tetep nekat, gue bakalan buat kalian berdua nyesel sekarang juga!!" 

"Auuuuu!" Entah mengapa, tiba-tiba saja dengan refleks Sumelika mengaung layaknya seekor serigala, hal itu membuat Fanny dan Kevin semakin ketakutan sekaligus bergemetar hebat. 

Sumelika mencakar mereka berdua dengan cakaran maut serigala. 

Srett!

Sret!

Srett!

Srett!

Sumelika mencakar tangan Fanny dan Kevin bertubi-tubi sampai-sampai tangan mereka berdarah-darah karena cakaran Sumelika. Sumelika tak menyangka ia mendapat kekuatan super yang bisa melukai orang yang menindasnya seperti ini, ini terjadi secara mendadak dan sangat tiba-tiba. Sumelika berusaha untuk tenang, tenang dan tenang. Lalu ia mulai memarahi Fanny beserta Kevin agar mereka berdua bisa jera, dan tidak akan merundungi Sumelika dan kedua orang tuanya lagi. Fanny dan Kevin terlihat menangis histeris di sana, memalukan!

"Jangan main-main lagi ya! Kalau kalian berdua main-main lagi sama gue, habis riwayat lo berdua!" Sumelika melotot. sebari merauk telapak tangan mereka berdua. 

"Gue bisa ngelakuin apa aja yang lebih parah dari ini! Paham?" ancam Sumelika, hingga mereka berdua pipis di celana karena sangking ketakutannya. 

"A-Ampun! Ampun." Cakap Kevin yang sangat ketakutan dengan kemurkaan Sumelika. 

"Maaf ..." ucap Fanny, sebari menangis kesakitan. 

Darah terus mengucur,  beberapa lama kemudian mereka berdua malah pingsan dengan kondisi kedua tangan yang bersimbah darah. 

Sumelika melawan para teman-temannya sampai kulit tangan mereka semua berdarah dan harus segera dilarikan ke rumah sakit.  Entah bagaimana ceritanya ia bisa mempunyai kekuatan super seperti ini, hal ini sangat aneh baginya, sangat-sangat aneh! Setelah pergi dari sana, tangan Sumelika berubah menjadi tangan manusia normal kembali. 

Malam pun tiba, sang purnacandra menerangi cakrawala menggantikan sang surya, tampak bintang-bintang menerangi cakrawala juga, menambahkan penerangan pula di malam hari yang sangat gelap nan sepi. Di rumah keluarga Sumelika yang berada di perumahan Majalengka Asri, Malika dan Sumedh berkumpul di ruang keluarga, menonton acara talk show yang bernuansa komedi. Di sana, Malika membicarakan rencana kepergiannya selama beberapa hari ke Desa Tengkorak untuk memeriksa kondisi kesehatan manusia serigala kepada sang suami, yaitu Sumedh. Sumedh adalah seorang guru IPA di SMPN 1 Nusa, jaraknya hanya beberapa langkah dari sekolah Malika yaitu SMAN 1 Nusa. 

"Hah? Jangan deh, Sayang. Nanti kalau kamu kenapa-kenapa gimana? Kan bahaya! Apalagi kamu enggak mengira kah, kalau itu cuman modus penipuan? Soalnya setauku manusia serigala cuman ada di film-film doang, di dunia nyata enggak ada tuh." Duga Sumedh, dugaan Sumedh sama seperti dugaan Suster Anna dan Suster Amalia yang khawatir di rumah sakit tadi siang. 

"Hmm, ayolah, Suamiku. Jangan berpikiran aneh-aneh. Sebelum aku memutuskan untuk pergi ke sana, aku juga udah mikirin soal ini kok supaya aku yakin. Lagian kalau aku di sana, misalkan mati atau kenapa-kenapa, aku ikhlas dan pasrah kepada Sang Kuasa, karena niatku ke sana baik, hanya untuk membantu saja." Tutur Malika, yang lagi-lagi menjelaskannya kepada orang yang tak mempercayainya. 

"Kalau benar, pasti manusia serigala itu manusia yang kena penyakit dan sangat butuh pertolongan rumah sakit, lalu alasan Ibu tadi memanggil Dokter karena mereka yang tak bisa menjangkau rumah sakit."

"Kamu tau kan Desa Tengkorak? Ternyata Desa Tengkorak bertepatan dengan tempat panti asuhanku, jadi aku bisa mampir dulu ke bu Aminah dan mas Galang, hehe." Ucap Malika, lagi. Demi membujuk Sumedh untuk menyetujuinya ke Desa Tengkorak. 

"Kalau gitu, yaudahdeh, Sayang. Semangat buat kamu."

"Makasih ya, Yang."

Akhirnya Sumedh mengizinkan istrinya pergi ke Desa Tengkorak. Malika sangat bahagia mempunyai suami yang sangat pengertian seperti Sumedh. Setelah mendapatkan izin, tiba-tiba saja Sumelika datang dan bercerita kepada kedua orang tuanya, kalau tadi di sekolah tangannya berubah menjadi tangan serigala untuk melawan teman-temannya. Alih-alih khawatir, Sumedh dan Malika malah terkekeh dan menganggap itu sebagai lelucon yang biasa disebut prank oleh anak jaman sekarang. 

"Hahahahaha!" kekeh Sumedh sebari memegang perutnya.

"Ya ampun, Mel! Mel! Ada-ada aja kamu, kamu pikir orang tua seperti kita ini bisa diprank aja? Hadeh, enggak bisa atuh, karena tua-tua begimi, kami tetap hits, hahaha."

"Mah, Pah, Sumelika enggak ngeprank kok, beneran deh." Ujar Sumelika, yang agak sedikit kesal.

"Aduh, Mel. Mana ada ya kamu punya kekuatan super jadi serigala, paling-paling cuman ngehalu, haha." Malika, yang tak henti-hentinya tertawa.

Sumelika akhirnya kembali ke kamarnya untuk melanjutkan menghapal rumus-rumus kimia, daripada semakin kesal.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status