Share

Part 6 - Sumelika VS Kuntilanak

Malika masuk ke dalam gudang, sesampainya di sana, Malika shock berat karena menemukan banyak sekali bulu-bulu serigala yang berserakan di mana-mana. Ia juga melihat banyak sekali tulang belulang dan kerangka tengkorak manusia serigala yang masih menyatu. Bau di sana sangat tak sedap, pencampuran darah kering, debu dan barang-barang berkarat, membuat Malika batuk-batuk. Tampak lantai di sana dipenuhi banyak darah yang sudah mengering, kemungkinan darah itu adalah darah dari manusia serigala. 

Selain semua itu, di sana terdapat banyak rak yang diisi dengan ribuan buku, terdapat juga kursi, lemari, bahkan batu air mancur yang sudah rusak. Masing-masing barang ditutup kain besar berwarna putih, tentunya setiap barang yang ada di sana dipenuhi hama dan debu. Malika menyesuri gudang, tanpa sengaja Malika menemukan sebuah buku yang sangat tebal di lantai yang kotor. 

"Buku apa ini?" heran Dokter Malika.

Buku yang ia lihat sepertinya sangat menarik. Namun, sayang buku itu dipenuhi debu, sampai-sampai judul bukunya terhalang karena sangking banyaknya debu yang menyelimuti buku tersebut. Dokter Malika menyapu debu itu dengan tangannya sendiri, lalu perlahan-lahan terlihat judul buku itu sekarang!

"Kitab Kisah dan Silsilah Keluarga Petni?" itulah judulnya, itu judul buku yang Malika temukan di sana. 

Seketika Malika mengingat sesuatu tentang nama Petni. Sedikit kilas balik, kemarin Nenek Sumitra memberitahukan bahwasanya keluarga Petni adalah keluarga yang dikutuk menjadi manusia serigala selama 7 generasi berturut-turut. Keluarga Petni pula ialah keluarga yang meninggali rumah itu di saat keluarga mereka masih dalam masa kejayaan.

"Akhirnya, kebingunganku akan terjawab setelah aku membaca kitab ini." Ujar Dokter Malika yang merasa senang telah mendapatkan kitab yang berisi sejarah keluarga Petni itu, sekarang Dokter Malika akan tahu lebih jelas tentang bagaimana keluarga Petni mendapatkan kutukan menjadi manusia serigala selama 7 generasi berturut-turut. 

Di sekolah, Sumelika dipanggil ke ruangan Bimbingan Konseling karena dirinya sudah membuat Kevin, Fanny dan Rani dilarikan ke rumah sakit. Hal ini dilaporkan oleh mereka bertiga yang sekarang sudah pulang dari rumah sakit, tampak kedua tangan mereka bertiga dibalut perban. Bu Panna sangat menyayangkan hal ini semua, karena Sumelika adalah seorang juara, ia mengharumkan nama sekolah, akan tetapi Sumelika justru melakukan tindakan bullying dan kekerasan di sekolahnya sendiri. 

"Bu, yang sebenarnya bukan saya yang merundungi mereka, tetapi mereka sendirilah yang merundungi saya." Cakap Sumelika, membela dirinya yang memang tak melakukan perbuatan yang salah sedikitpun kepada mereka bertiga. 

"Jangan percaya, Bu! Dia bohong!" bantah Kevin, melotot ke arah Sumelika.

"Tunggu! Biarkan Sumelika memberikan penjelasannya terlebih dahulu." Kata Bu Panna, dengan santai. 

Sumelika berterimakasih kepada Bu Panna karena beliau telah mengizinkannya untuk menjelaskan semuanya. Sumelika mulai menjelaskan awal mula kejadian yang menimpa dirinya. Pertama sewaktu Kevin dan Fanny merundunginya di gudang, mereka berdua sampai mengolok-olok kedua orang tua Sumelika, Sumelika murka lalu tanpa sengaja kedua tangan Sumelika berubah menjadi tangan serigala. Kemudian,  kedua saat Rani membullynya di gang sempit karena Rani sangat iri kepada Sumelika yang telah memenangkan olimpiade kimia di Bandung kemarin. Saat itu Rani berusaha memukul Sumelika, tetapi lagi-lagi tangannya berubah menjadi tangan serigala berbulu lebat dan berkuku tajam, sehingga untuk membela dirinya sendiri Sumelika terpaksa menyerangnya.

Setelah mendengar penjelasan dari Sumelika, seketika Bu Panna sangat marah kepada Kevin, Fanny dan Rani yang sudah menuduh Sumelika perbuat kekerasan, padahal sudah jelas bahwa Sumelika hanya membela dirinya. 

Untuk menebus dosa mereka yang sudah berbohong, Bu Panna memberikan hukuman membersihkan semua toilet sekolah hari ini juga.

"Janganlah, Bu! Tangan kami sakit, masa iya Ibu mau menyuruh kita membersihkan toilet." Kata Rani.

"Hmm, yasudah, kalian bertiga berdiri di lapangan dengan kaki kiri terangkat sampai Sumelika sudah melakukan les kimia! Taati, atau hukumannya Ibu tambah, dengan dibertahukannya kejadian ini semua kepada kedua orang tua kalian, agar kalian terkena amarah mereka di rumah nanti!" ancam Bu Pannna. 

"I-Iya deh, Bu."  Terpaksa, mereka bertiga harus menerima hukuman yang diberikan oleh Bu Panna. Di saat mereka akan pergi ke lapangan, mereka bertiga menatap Sumelika dengan tatapan yang sangat tajam, Sumelika hanya tersenyum kepada mereka. 

Bu Panna meminta maaf karena sudah salah paham kepada Sumelika. Setelah terbukti tak bersalah, Sumelika masuk ke kelas 10 IPA 2 untuk mengikuti les kimia, yang dilakukan setiap hari kamis di sekolahnya. Di sana, ia bersama sahabatnya yaitu Tania Virgianisa. Biasanya les usai pukul 5 sore, sehingga mengharuskan mereka pulang magrib. 

Waktu begitu cepat berlalu. Di senjakala, Sumelika pulang dengan Tania. Selama di perjalanan, mereka berbincang-bincang santai. Mereka berdua berbicara tentang Kevin, Fanny dan Rani yang dihukum di lapangan upacara. Namun, sesosok kuntilanak hitam berusia 730 tahun muncul kembali di hadapan Sumelika yang kali ini ditemani oleh Tania,. Kuntilanak itu pun lagi-lagi muncul di tempat yang sama yaitu di pohon beringin besar yang ada di dekat jalanan. 

"Hihihi!" setiap kuntilanak hitam itu muncul, pasti akan tertawa cekikikan. Tania seketika berteriak-teriak dengan cukup keras, karena ketakutan dengan sosok kuntilanak hitam berwajah mengerikan itu, sementara itu Sumelika santai saja.

"Ya ampunn! Ayo kita lari, Mel! Ayoo!" ajak Tania. berteriak-teriak.

"Jangan! Kita ladenin dulu sebentar." Ucap Sumelika.

"Ihhh! Gue takut, Mel! Gue takutt! Liat noh wajahnya, ihh!" Tania, yang merasa jijik sekaligus takut dengan wajah Sri.

"Tenang saja, aku bisa berubah menjadi cantik, hihihi." Sri seketika berubah menjadi perempuan yang sangat cantik, wajahnya mulus, hidungnya mancung, dan matanya biru tidak seperti wujud mengerikannya. 

"Mau apa lo hah?" tanya Sumelika. 

"Hihihi, kemarin aku sudah mengatakannya kepadamu, Sumelika. Hihihi." Jawab Sri, tertawa.

"Hah! Kagak mau! Enak aja! Ayo, Tania, kita pergi dari sini sekarang juga. Percuma kalau kita ladenin dia!" Sumelika menarik tangan Tania. 

Sumelika marah dan pergi lagi dengan perasaan kesal bersama Tania. Tak sampai di situ, kuntilanak hitam tadi berubah kembali ke wujud mengerikannya dan malah menyerang mereka dengan cahaya api yang keluar dari matanya, seketika mereka berdua tersungkur.

Dug!

"Aduh!" lutut Sumelika dan Tania berdarah gara-gara tersungkur. 

"Hihihi! Makannya jangan menantangku, hihihi." 

Sumelika melotot ke arah kuntilanak hitam tersebut. Amarah mulai menyelimuti Sumelika. Di setiap Sumelika murka, lagi-lagi tangan serigalanya muncul untuk mencakar siapapun yang telah menjadi ancaman untuknya. Sumelika seketika mencakar tangan kuntilanak tersebut, anehnya cakaran yang dilakukan oleh Sumelika membuat kuntilanak itu kesakitan dan tangannya berdarah-darah seperti nasib tangan Kevin, Fanny dan Rani, padahal kuntilanak tersebut tak kasat mata, ia hanya bisa dilihat oleh Sumelika dan Tania saja yang telah dirinya tentukan orangnya. 

"Dasar bocah! Kurang ajar kau!" karena terus dicakar, kuntilanak hitam itu pergi, masuk ke dalam pohon beringin. 

Sumedh melihat kejadian tersebut di dalam mobilnya yang terparkir di depan restoran makanan siap saji, restoran itu ada di dekat tempat di mana Sumelika dan Tania bertemu dengan kuntilanak. Di dalam mobil, ia langsung terkejut melihat sang anak memiliki tangan serigala yang dapat menyerang makhluk tak kasat mata, Sumedh pikir malam itu Sumelika hanya mengatakan lelucon dan hanya sekedar membuat prank semata, akan tetapi ternyata itu benar adanya.

"Bagaimana bisa Sumelika bisa mempunyai kekuatan serigala seperti ini? Bahkan dia bisa melawan makhluk yang tak bisa ku lihat! Apa Sumelika hanya kerasukan? Ataukah itu memang murni kekuatannya sendiri?" pikir Sumedh di dalam mobil. 

"Aku harus bertindak secepatnya."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status