34 tahun kemudian ...
Pagi hari tiba, sang surya mulai menghiasi cakrawala langit kota Majalengka, angin sepoi-sepoi membuat pagi itu menjadi sangat segar dan sejuk. Di Rumah Sakit Pelita Kesehatan, para pasien sedang menunggu giliran di koridor rumah sakit untuk memeriksa kesehatannya. Banyak sekali pasien yang sudah antre, tentunya dari kemarin mereka sudah membuat janji pertemuan dengan sang dokter. Kala itu, jamnya dokter Malika Zubair Prameswari. Di jam kerja Dokter Malika, antreannya memang sangat padat dibandingkan dengan anteran jam dokter-dokter lain, hal ini dikarenakan pelayanan Dokter Malika yang sangat baik dan keramahannya dalam melayani pasien.
"Oh ya, nanti Adek minum obat ya, Sayang. Supaya cepat sembuh, dan bisa sekolah lagi, hehe. Kalau ada apa-apa lagi kesini aja lagi ya." Ucap Dokter Malika, di depan seorang anak lelaki berbadan gempal yang imut dan lucu.
"Iya, Dokter, hehe." Jawab anak itu, dengan wajah yang tersipu malu oleh perkataan Dokter Malika.
Malika ialah dokter sekaligus Ibu rumah tangga cantik berumur 34 tahun yang sudah menikah dengan lelaki tampan bernama Sumedh dan mempunyai satu anak perempuan yang kini sudah remaja, bernama Sumelika. Meski sudah berumur 34 tahun, dan sudah tergolong disebut 'Ibu-Ibu', tetapi wajah Dokter Malika tetap muda dan menawan bagaikan remaja berusia 18 tahun.
Dokter Malika selalu ramah dan baik hati kepada siapa saja, tak jarang Malika disukai banyak orang karena keramahannya. Malika sangat ingin tahu banyak hal, sebab itulah Malika bisa di posisinya yang sekarang. Meskipun dirinya sebatangkara karena sejak kecil Ibunya membuangnya ke panti asuhan, tetapi ia tetap semangat menganggapai mimpinya dan tak pernah putus asa.
Malika suka sekali bekerja dengan penampilan dokter pada umumnya yang sederhana. Tampak rambutnya dibiarkan terurai, rambutnya juga tampak disemir dengan cat berwarna oranye.
Di koridor rumah sakit, banyak sekali suster dan para dokter yang sedang kesana-kemari. Siang itu, setelah jam prakteknya habis, Dokter Malika berpapasan dengan Suster Amalia di koridor, Suster Amalia adalah teman baik Dokter Malika.
"Eh, Dok. Siang ini jangan lupa ya untuk menjenguk beberapa pasien dari kamar lokal merak nomor 1 sampai 10." Ujar Suster Amalia, mengingatkan Dokter Malika.
"Ohh, pasti dong. Saya inget kok, Sus, hehehe." Balas Dokter Malika, disertai senyuman yang lebar.
Setiap hari Dokter Malika sangat sering berada di rumah sakit Pelita Kesehatan. Di pagi hari, dirinya membuka praktek, dan memeriksa para pasien umum, di siang hari dan sore hari dirinya memeriksa keadaan para pasien yang menginap, lalu di malam hari dirinya kembali membuka praktek periksa bagi pasien umum lagi. Dokter Malika jarang pulang ke rumah, terkadang di hari biasa Dokter Malika pulang jam 9 malam dan berangkat jam 5 pagi. Tetapi ketika hari libur, ia pergi jam 6 pagi dan pulang jam 6 sore.
Menurutnya, menjadi dokter adalah suatu peluang besar untuk membantu orang lain, walaupun begitu ada resiko yang harus dihadapinya, jauh dari keluarga, melihat sesuatu yang sangat menakutkan bahkan dibentak oleh pasien, harus ia terima dengan kesabaran yang luar biasa. Butuh mental baja, ketelatenan, kepandaian dan kecerdasan yang tinggi dalam menjadi seorang dokter, agar bisa membuat pasien sehat bukan malah sebaliknya.
Sekarang waktunya Dokter Malika untuk istirahat, habis dzuhur nanti Dokter Malika akan berkeliling untuk menjenguk sekaligus mengkontrol kondisi kesehatan para pasiennya. Seperti biasa, Dokter Malika pergi ke ruangannya untuk beristirahat sekaligus menyantap makanan agar kondisi kesehatannya tetap stabil. Menu hari ini adalah nasi dan ayam goreng, lalu minumannya ialah susu kurma hangat yang ia beli dari kantin rumah sakit. Ia memang sangat sering memakan semua ini di rumah sakit, apalagi susu kurma, susu kurma ialah sajian wajib supaya ia bisa nafsu makan setelah melihat darah para pasien.
Di tengah-tengah asyik menyantap makanannya, tiba-tiba saja ponselnya berdering. Terlihat yang meneleponnya tak bernama, mungkin salah seorang pasien yang ingin membuat janji dengannya melalui telepon pribadi. Dokter Malika dengan senang hati menerima telepon yang masuk itu di ponselnya, karena kemungkinan ada keadaan darurat yang menantinya.
"Halo, selamat siang." Sapa Dokter Malika, ramah.
"Dok, Dok! Saya Sumitra dari Desa Tengkorak. Saya mau memberitahukan bahwa ada manusia serigala wanita di sini yang sudah sangat tua, setiap malam dia selalu mengaung dan berteriak meminta pertolongan. Jadi saya mohon, Dok, Dokter kemari!" Ujar seorang wanita, yang nadanya penuh kepanikan. Dari suaranya terdengar agak renta, mungkin yang menelepon sudah cukup berumur.
Desa Tengkorak? Manusia serigala? Hal ini membuatnya terkejut, apa mungkin wanita itu hanya berbohong dan hanya iseng saja meneleponnya?
"Maaf sebelumnya, Bu. Apa ini hanya iseng saja? Soalnya ini tidak masuk akal, Bu." Malika, tak yakin.
"Iya, saya akui ini memang tak masuk akal. Tapi, nanti kebingungan Dokter akan terjawab setelah Dokter datang ke desa kami."
"Desa Tengkorak itu hanya sekedar nama, penduduk dan suasananya normal kok, Dok." Sambung Nenek Sumitra.
Dokter Malika berpikir.
"Dok, Desa Tengkorak berada di pelosok hutan belantara kota Majalengka yang terpelosok. Jarak dari rumah sakit ke desa kami kurang lebih 5 jam, saya tunggu kedatangan Dokter ya, Dok. Saya sangat berharap sekali jikalau Dokter berkenan membantu kami." Tambah Nenek Sumitra.
"Sepertinya ini benar. Ini sangat menarik bagiku karena baru kali ini aku akan menangani kasus penyakit langka atau entahlah aku harus apa saja di sana, yang pasti semoga ini bukan modus penipuan." Batin Dokter Malika.
"Iya, Bu. Saya akan kesana secepatnya ya. Tunggu saja saya, Bu."
"Syukurlah, terimakasih banyak ya, Nak. Saya tunggu kedatangan Dokter."
Dokter Malika membicarakan hal ini kepada pihak rumah sakit, pihak rumah sakit pun menyetujui Dokter Malika untuk ke Desa Tengkorak ditambah pihak rumah sakit sudah mengetahui lokasinya. Pihak rumah sakit memberikan mobil dan 2 orang suster perawat untuk Dokter Malika. Dokter Malika nampaknya akan pergi besok bersama dengan ke 2 susternya yang bernama Suster Anna dan Suster Amalia. Mereka bertiga sekarang sedang membicarakan kepergian mereka bertiga ke Desa Tengkorak di ruangan Dokter Malika.
"Dok, aku takut kalau dijebak sama orang jahat di sana. Apalagi katanya kita harus ngobatin manusia serigala, kan enggak masuk akal tuh." Tutur Suster Amalia, kurang yakin.
"Iya, bener kata Amalia, Dok. Terus lebih parahnya ya, dia malah nyuruh kita ke lokasinya langsung. Kan selama ini enggak ada yang berani mendatangkan dokter ke rumah, karena harga mendatangkan Dokter bersama perawat-perawatnya ke lokasi langsung itu sangat mahal lho!" Kata Suster Anna.
"Mungkin Ibu tadi adalah orang awam, dan desanya sangat jauh dari kota, makannya Ibu tadi menyuruh kita ke desanya. Jika bukan orang awam, benar kata Anna, tak mungkin ada seseorang menyuruh dokter ke rumah, karena harganya sangat fantastis." Batin Dokter Malika, menduga-duga.
"Jaman sekarang manusia kurang bisa dipercaya, Dok. Jadi jangan terlalu baik." Suster Amalia mengingatkan Dokter Malika.
"Tenang, Sus. Jika ini modus kejahatan, kita berdoa dan pasrah saja kepada Sang Kuasa, karena kita kan niatnya baik ke sana." Ujar Dokter Sumelika, yang bersihkeras untuk mendatangi Desa Tengkorak.
"Hmm, iya deh, Dok."
Sekarang waktunya pulang sekolah, di Sekolah Menengah Atas 1 Nusa (SMANSA), anak dari Malika yang bernama Sumelika dirundungi oleh para teman-temannya di gudang sekolah. Sumelika Prameswari adalah remaja perempuan cantik dan sangat modern yang periang, ia juga cukup pintar, akan tetapi Sumelika sangat pelit dalam memberikan jawaban-jawaban ke teman-temannya, hingga beberapa orang yang sangat pemalas merundunginya. Rundungan fisik dan verbal ia terima, hal ini sudah biasa menurutnya, ia tak melawan, tetapi jika ada suatu rundungan yang sudah melewati batasannya, maka ia akan murka."Heh, Lik! Lo ini ya, jadi orang pelit banget! Tadi kita cuman minta jawaban matematika malah kagak dikasih! Padahal cuman 1 nomor doang, dasar lo!" bentak Fanny, remaja perempuan dengan rambut dikepang."Tau nih, gara-gara lo ya, kita dimarahin habis-habisan sama bu Beti!" teriak Kevin, penuh dengan luapan emosi. Kevin ialah remaja lelaki yang sangat tampan, dirinya kerap berpenamp
Pagi harinya, Malika bersama kedua susternya yang bernama Suster Anna, dan Suster Amalia pergi ke Desa Tengkorak dengan menggunakan mobil milik Rumah Sakit Pelita Kesehatan. Sekitar 5 jam mereka sampai di Desa Tengkorak, itu pun mereka harus berjalan kaki dulu selama 1 jam lebih dari hutan belantara, dikarenakan tidak akses masuk mobil di sana.Karena tak ada akses masuk mobil, alhasil mobil mereka dititipkan dahulu ke panti asuhan Majalengka, panti asuhan Malika dulu. Di sana, Malika bertemu dengan Bu Aminah dan Galang yang sudah tumbuh dewasa. Bu Aminah sangat tak menyangka bahwa Malika sudah menjadi orang hebat. Setelah berbincang lama, mereka bertiga menuju ke Desa Tengkorak dengan berjalan kaki.Desa Tengkorak ialah sebuah desa yang berada di tengah hutan, di sana ada teknologi tetapi sangat minim. Belum ada sekolah, ataupun sebuah puskesmas. Di sana hanya ada tiang listrik, dan rumah-rumah yang masih gubuk, di ujung desa Tengkorak terdapat sebuah rumah
Di sekolah SMAN 1 Nusa, pagi tadi Sumelika memenangkan olimpiade kimia di Bandung yang membuatnya menjadi kebanggaan sekolah. Sumelika mendapatkan gelar juara pertama olimpiade kimia tingkat SMA se-provinsi Jawa Barat, alangkah senangnya Sumelika bisa memenangkan olimpiade ini. Ia mendapatkan uang pembinaan, sertifikat, sovenir, medali penghargaan dan piala berkaki dua yang akan diserahkan ke pihak sekolahnya. Sekarang tampak Sumelika sudah sampai di sekolahnya, dan langsung dipanggil ke lapangan karena pak Kepala Sekolah akan memberikan penghargaan yang tinggi kepada Sumelika. Para siswa-siswi berkumpul di lapangan upacara, melihat Sumelika mendapatkan banyak sekali hadiah dari Pak Kepala Sekolah. Setelah perlombaan ini ia menangkan, pihak sekolah akan mengirimkan Sumelika sebagai peserta ke lomba olimpiade kimia tingkat nasional lalu setelahnya baru ke tingkat internasional. Sumelika memang sangat pintar seperti kedua orang tuanya.Saat ini, Sumelika menjadi trending t
Pagi di Desa Tengkorak. Setelah bersih-bersih, Dokter Malika membicarakan apa yang ia lihat semalam kepada Suster Anna dan Suster Amalia. Dokter Malika membicarakannya di kamar, tentunya secara diam-diam."Iya, Dok. Aku juga lihat kok! T-Tapi aku kira itu mimpi!" papar Suster Anna, kepada Dokter Malika. Suster Anna mengalami juga apa yang dialami oleh Dokter Malika."Aku lihatnya di jam 11 malam, Dok. Aku inget banget itu. Aku kan mau bangun, aku sempat lihat jam tangan udah jam 11 malam, tapi aku ngantuk berat, jadi tidur lagi kaya Dokter. Sewaktu aku mau tidur, aku sedikit melek, terus aku lihat ada perempuan pake pakaian putih lagi nangis di deket pintu kamar, Dok!" sambung Suster Anna, menuturkan kisahnya."Eh, kalau aku mah lihatnya dia lagi nempel di dinding, kaya cicak. Dan pas lihat itu, aku langsung ketindihan, dan lama-kelamaan aku malah tidur lagi. " Ucap Suster Amalia.Suster Anna dan Suster Amalia, mereka berdua sama melihatnya,
Malika masuk ke dalam gudang, sesampainya di sana, Malika shock berat karena menemukan banyak sekali bulu-bulu serigala yang berserakan di mana-mana. Ia juga melihat banyak sekali tulang belulang dan kerangka tengkorak manusia serigala yang masih menyatu. Bau di sana sangat tak sedap, pencampuran darah kering, debu dan barang-barang berkarat, membuat Malika batuk-batuk. Tampak lantai di sana dipenuhi banyak darah yang sudah mengering, kemungkinan darah itu adalah darah dari manusia serigala.Selain semua itu, di sana terdapat banyak rak yang diisi dengan ribuan buku, terdapat juga kursi, lemari, bahkan batu air mancur yang sudah rusak. Masing-masing barang ditutup kain besar berwarna putih, tentunya setiap barang yang ada di sana dipenuhi hama dan debu. Malika menyesuri gudang, tanpa sengaja Malika menemukan sebuah buku yang sangat tebal di lantai yang kotor."Buku apa ini?" heran Dokter Malika.Buku yang ia lihat sepertinya sangat menarik. Namun, sayan
Di sisi yang lain, di tengah waktu senggangnya Dokter Malika sedang membaca kitab yang ia temukan di gudang, ia baca di kamarnya. Di dalam kitab serigala tersebut ditemukan banyak rahasia keluarga yang dikutuk menjadi manusia serigala karena sebuah harta karun. Pertanyaan di kepala Malika tentang keluarga ini sekarang telah ia ketahui dalam waktu sekejap."Di sini tertulis, kitab ini adalah kitab kutukan yang diberikan ratu serigala kepada keluarga Petni yang sejarahnya akan ditulis dengan sendirinya sesuai dengan kutukan yang sedang dan telah terjadi. Buku ini ditulis dengan kekuatan ratu serigala yang tersimpan di kitab ini secara otomatis. Setiap keluarga Petni yang mati, yang akan menjadi manusia serigala dan yang sedang menjadi manusia serigala, semuanya akan tercatat di dalam kitab ini. Setelah 7 generasi mendapatkan kutukan, maka kitab ini akan lengkap, lalu kitab ini akan tersimpan ke dalam museum yang ada di kerajaan serigala." Dokter Malika, yang membaca kitab itu de
Sedari tadi sore, Dokter Malika dan kedua susternya mengurus keadaan manusia serigala yang berteriak-teriak kesakitan, ditambah suhu badannya sangat panas bagaikan orang yang sedang dibakar hidup-hidup. Suster Anna dan Suster Amalia memakaikan tabung oksigen dan memasangkan alat denyut jantung ke manusia serigala, tampak sekarang manusia serigala itu dipenuhi dengan alat-alat medis seadanya yang mereka bertiga bawa dari rumah sakit. Dari alat pendeteksi denyut jantung, terlihat bahwa jantung manusia serigala itu berdetak dengan amat kencang. Selain itu, manusia serigala tersebut merasakan sesak napas yang parah, sampai ia terengah-engah.Dokter Malika dan para susternya kebingungan, karena mereka bertiga telah melakukan segala cara untuk membuat manusia serigala kembali normal, akan tetapi mereka sudah melakukan cara, hasilnya nihil, tak ada reaksi sama sekali yang ditimbulkan oleh manusia serigala itu.Sampai malam hari, keadaan tetap sama. Namun, suasananya
Sumelika dalam ketakutan yang luar biasa, para sahabatnya di kelas, sangat heboh ketika Sumelika menceritakan bahwa ia adalah keturunan serigala. Tampak sekarang Tania, Desti dan Aisyah berkumpul di bangku Sumelika untuk membicarakan tentang manusia serigala."Hah? Pantesan lo nyerang mereka bertiga sampe masuk ke rumah sakit! Ternyata ini toh penyebabnya!" Tania yang merasa tercengang dengan apa yang dikatakan oleh Sumelika."Aduh, kok bisa sih, Mel? Padahal kan selama ini lo normal-normal aja. Apa lo disantet? Atau dapet kiriman dari dukun gitu?" tebak Desti, tak percaya."Kagak, Des. Kata Pak Kyai Ujang sih gue kagak disantet, lagian kan gue udah diruqyah tapi kagak ada reaksi." Jawab Sumelika, menyakinkan."Jadi fix lo keturunan manusia serigala, Mel?" Aisyah, memastikan."Kagak tau juga sih, Syah. Nanti setelah Mama gue datang dari desa Tengkorak baru gue sama Papa tanya ke dia. Doain ya, Guys, supaya gue bukan keturunan seri