Pagi harinya, Malika bersama kedua susternya yang bernama Suster Anna, dan Suster Amalia pergi ke Desa Tengkorak dengan menggunakan mobil milik Rumah Sakit Pelita Kesehatan. Sekitar 5 jam mereka sampai di Desa Tengkorak, itu pun mereka harus berjalan kaki dulu selama 1 jam lebih dari hutan belantara, dikarenakan tidak akses masuk mobil di sana.
Karena tak ada akses masuk mobil, alhasil mobil mereka dititipkan dahulu ke panti asuhan Majalengka, panti asuhan Malika dulu. Di sana, Malika bertemu dengan Bu Aminah dan Galang yang sudah tumbuh dewasa. Bu Aminah sangat tak menyangka bahwa Malika sudah menjadi orang hebat. Setelah berbincang lama, mereka bertiga menuju ke Desa Tengkorak dengan berjalan kaki.
Desa Tengkorak ialah sebuah desa yang berada di tengah hutan, di sana ada teknologi tetapi sangat minim. Belum ada sekolah, ataupun sebuah puskesmas. Di sana hanya ada tiang listrik, dan rumah-rumah yang masih gubuk, di ujung desa Tengkorak terdapat sebuah rumah mewah bak istana kuno. Desa Tengkorak belum cukup berkembang, mungkin karena akses ke Desa Tengkorak yang sulit dan butuh waktu 5 jam untuk sampai di sini.
Di tengah-tengah melihat keadaan Desa Tengkorak, fokus mereka terpecah saat kedatangan seorang remaja perempuan membawa bakul nasi yang berisi laukpauk. Ia mengenakan kebaya, dan penutup kepala, nampaknya ia sudah pulang dari sawah.
"Maaf, ini siapa ya?" tanya salah seorang remaja perempuan yang baru saja pulang dari sawah.
"Perkenalkan nama saya Malika, saya dari Rumah Sakit Pelita Kesehatan, Majalengka. Saya kemari disuruh mengobati manusia serigala karena ditelepon oleh seorang Ibu-Ibu yang bernama bu Sumitra kemarin siang. Adek tahu di mana rumah bu Sumitra? Supaya kami bisa dibimbing beliau."
"Oh, ternyata ini teh Dokter sama Para Susternya yang ditelepon nenek Sumitra. Wilejeung sumping, Dok, Sus. Hayu atuh, Dok, Sus, saya antarkan ke rumah nenek Sumitra. Rumahnya tidak jauh kok dari sini." Ucap perempuan itu, dengan logat sunda campur Indonesia.
Perempuan dari Desa Tengkorak itu sangat sopan dan ramah, mereka bertiga sangat senang dengan sambutannya, ditambah dengan gerak-gerik para warga di sana yang di mana saat berpapasan dengan mereka bertiga, para warga tersenyum ramah. Kehidupan di desa lebih nyaman dibandingkan di kota. Karena di desa, kita tidak hidup sendiri karena 1 desa bagaikan keluarga besar yang penuh rasa empati dan simpati.
Beberapa menit kemudian, mereka sampai di rumah nenek Sumitra, yang ternyata masih gubuk. Nenek Sumita keluar dari rumah, tampak ia sudah berumur. Rambutnya yang dipakaikan konde sudah memutih.
"Nek, ini Dokter dan Susternya datang."
"Salam, Nak. Perkenalkan saya Nenek Sumitra yang menelepon Dokter Malika kemarin siang."
"Syukurlah karena kemurahan hati kalian, sekarang kalian datang kemari untuk mengobati manusia serigala yang sekarang terbaring lemah di ranjang, mari saya antarkan ke rumahnya." Nenek Sumitra menyambut mereka bertiga dengan sangat hangat, ramah dan penuh sopan-santun, hal ini membuat mereka bertiga merasa semakin tidak enak karena sudah salah sangka kepada Nenek Sumitra dan Desa Tengkorak.
Di sana mereka bertiga ditujukan ke sebuah rumah bertingkat yang megah, rumah itu adalah yang mereka anggap sebagai istana kuno tadi. Tetapi terlihat di luar dan dalamnya sangat kumuh, penuh dengan debu dan hama, seperti yang sudah ditinggalkan bertahun-tahun lamanya. Di dalam rumah itu, barang-barangnya sudah kuno dan tua. Saat sampai di dalam, mereka serasa hidup di jaman awal 1900'an.
"Pasti kalian kaget dan mengira rumah ini sudah tidak ditempati lagi, bukan? Dugaan kalian salah, karena semua keturunan keluarga ini menjadi serigala sejak tahun 1915, lalu menjadikan mereka tak bisa lagi membersihkan rumah mereka sendiri, mereka hanya ingin berburu di hutan untuk mencari makanan ... hingga ajal mereka menjemputnya."
Dokter Malika, Suster Anna dan Suster Amalia tidak mengerti perkataan Nenek Sumitra. Mereka tidak tahu-menahu tentang apa yang dibicarakan Nenek Sumitra.
"Ayo ikut Nenek." Nenek Sumitra berjalan perlahan menuju ke sebuah kamar yang berbau darah dan bulu binatang. Ketika sampai di depan pintu kamar itu, Suster Amalia mendadak memuntahkan isi perutnya yang banyak sisa makanan ke lantai, Suster Amalia tak kuat menahan bau darah yang tak biasa.
"Maaf, Nek. Saya mual karena bau darahnya, darah yang saya cium ini sepertinya bukan darah biasa seperti di rumah sakit." Ungkap Suster Amalia, yang masih mual.
"Iya, enggak apa-apa, Sus. Suster kan baru saja datang ke rumah ini, jadi wajar kalau Suster muntah-muntah. Saya dulu juga gitu kok." Jawab Nenek Sumitra, dengan santai, ia memaklumi Suster Amalia.
"Yasudah, kalau tidak tahan, kalian pakai masker aja ya." Suruh Nenek Sumitra.
Mereka bertiga pun memakai masker, lalu masuk ke dalam kamar. Di kamar tersebut, terbaring manusia serigala wanita yang sudah berumur, tangan dan kakinya diborgol agar tidak menyerang. Dari tubuh manusia serigala itu tercium bau seperti borok yang menyengat. Darah hitam pula ada di lantai. Dokter Malika mencoba menahan bau yang tidak mengenakan ini, ia mencoba untuk terus profesional dan bersikap seperti di rumah sakit. Di kamar itu terdapat sisa-sisa tulang ayam mentah yang berserakan di mana-mana, sepertinya itu bekas makanan manusia serigala tersebut.
"Auuuuu!" Manusia serigala itu melolong melihat Dokter Malika, seketika Dokter Malika langsung kaget.
"Astaga, tenang, Neng. Tenang, mereka akan mengobati kamu! Bukan menyerang kamu." Ucap Nenek Sumitra, memenangkan manusia serigala tersebut agar tak melolong lagi.
Manusia serigala itu pun tenang.
"Nek, s-saya takut, Nek." Suster Anna, yang ketakutan.
"Jangan takut, Sus. Memang kalau dia bertemu orang baru suka begini, jadi tenang aja ya, Sus, dia enggak bakalan menyerang Suster ataupun Dokter, sudah saya borgol juga." Nenek Sumitra.
"I-Iya, Nek. Tapi sebelum saya periksa, saya boleh bertanya dulu, Nek?" Dokter Malika.
"Boleh, Dok. Boleh, dengan senang hati. Dokter mau tanya apa?"
"Begini, Nek. Sebelumnya saya mohon maaf kalau ini pertanyaan yang sensitif, saya hanya mau memastikan saja kok. Nek, apakah Ibu ini manusia atau serigala asli ya, Nek?"
"Ohh, ini manusia, Dok. 100 tahun yang lalu, keluarganya dikutuk oleh Ratu serigala karena di masa lalu keluarga ini membunuh para serigala demi sebuah harta karun. Alhasil mereka mendapatkan kutukan menjadi manusia serigala selama 7 generasi. Setiap keturunan ini yang sudah berumur 35 tahun, maka akan menjadi manusia serigala seutuhnya, dan tak bisa lagi menjadi manusia. Yang terbaring lemah sekarang adalah generasi ke-5 yang tersisa, karena para keluarga lainnya yang menjadi manusia serigala sudah mati, ada yang menewaskan dirinya sendiri, ada yang mati terkena tembakan pemburu, ada yang putus harapan, dan lain-lain. Tetapi kalian cukup tahu, kalau manusia serigala keluarga ini mati serentak di antara umur 35-60 tahun, mungkin karena dosa mereka sudah habis akibat kutukan ini." Tutur Nenek Sumitra, menjelaskan semuanya kepada Dokter Malika, dan kedua suster di sana.
"Saya tahu ini bukan urusan dokter apalagi rumah sakit, karena dia dikutuk bukan terkena sebuah penyakit, tetapi saya hanya ingin Dokter Malika dan para suster memeriksa keadaan manusia serigala ini, takutnya manusia serigala ini terkena wabah lalu suatu saat menyebar di seluruh penjuru Desa Tengkorak." Nenek Sumitra, lagi.
"Oh, jadi begitu, Nek. Terimakasih informasinya ya, Nek. Saya akan memeriksa keadaan Ibu ini dulu." Cakap Dokter Malika.
Dokter Malika dan kedua susternya merasa takut. Namun, mereka mencoba memberanikan diri untuk memeriksa keadaan manusia serigala tersebut. Dokter Malika memeriksa suhu tubuh manusia serigala itu yang ternyata sangat panas, ternyata manusia serigala itu mengalami demam, tak ada virus ataupun wabah penyakit yang manusia serigala itu derita.
Dokter Malika menyuntikan obat kepada manusia serigala, mungkin dalam beberapa hari manusia serigala itu akan sembuh. Setelah disuntikan obat, manusia serigala tersebut langsung tertidur.
"Ini pengaruh efek obatnya, Nek. Yang terpenting Nenek beri makanan yang bergizi dan susu sapi, dengan ini beliau akan sembuh secepatnya."
"Iya, Dok."
"Saya dan kedua suster yang ada, akan merawat manusia serigala ini sampai sembuh, Nek. Mungkin hanya untuk beberapa hari saja."
Di sekolah SMAN 1 Nusa, pagi tadi Sumelika memenangkan olimpiade kimia di Bandung yang membuatnya menjadi kebanggaan sekolah. Sumelika mendapatkan gelar juara pertama olimpiade kimia tingkat SMA se-provinsi Jawa Barat, alangkah senangnya Sumelika bisa memenangkan olimpiade ini. Ia mendapatkan uang pembinaan, sertifikat, sovenir, medali penghargaan dan piala berkaki dua yang akan diserahkan ke pihak sekolahnya. Sekarang tampak Sumelika sudah sampai di sekolahnya, dan langsung dipanggil ke lapangan karena pak Kepala Sekolah akan memberikan penghargaan yang tinggi kepada Sumelika. Para siswa-siswi berkumpul di lapangan upacara, melihat Sumelika mendapatkan banyak sekali hadiah dari Pak Kepala Sekolah. Setelah perlombaan ini ia menangkan, pihak sekolah akan mengirimkan Sumelika sebagai peserta ke lomba olimpiade kimia tingkat nasional lalu setelahnya baru ke tingkat internasional. Sumelika memang sangat pintar seperti kedua orang tuanya.Saat ini, Sumelika menjadi trending t
Pagi di Desa Tengkorak. Setelah bersih-bersih, Dokter Malika membicarakan apa yang ia lihat semalam kepada Suster Anna dan Suster Amalia. Dokter Malika membicarakannya di kamar, tentunya secara diam-diam."Iya, Dok. Aku juga lihat kok! T-Tapi aku kira itu mimpi!" papar Suster Anna, kepada Dokter Malika. Suster Anna mengalami juga apa yang dialami oleh Dokter Malika."Aku lihatnya di jam 11 malam, Dok. Aku inget banget itu. Aku kan mau bangun, aku sempat lihat jam tangan udah jam 11 malam, tapi aku ngantuk berat, jadi tidur lagi kaya Dokter. Sewaktu aku mau tidur, aku sedikit melek, terus aku lihat ada perempuan pake pakaian putih lagi nangis di deket pintu kamar, Dok!" sambung Suster Anna, menuturkan kisahnya."Eh, kalau aku mah lihatnya dia lagi nempel di dinding, kaya cicak. Dan pas lihat itu, aku langsung ketindihan, dan lama-kelamaan aku malah tidur lagi. " Ucap Suster Amalia.Suster Anna dan Suster Amalia, mereka berdua sama melihatnya,
Malika masuk ke dalam gudang, sesampainya di sana, Malika shock berat karena menemukan banyak sekali bulu-bulu serigala yang berserakan di mana-mana. Ia juga melihat banyak sekali tulang belulang dan kerangka tengkorak manusia serigala yang masih menyatu. Bau di sana sangat tak sedap, pencampuran darah kering, debu dan barang-barang berkarat, membuat Malika batuk-batuk. Tampak lantai di sana dipenuhi banyak darah yang sudah mengering, kemungkinan darah itu adalah darah dari manusia serigala.Selain semua itu, di sana terdapat banyak rak yang diisi dengan ribuan buku, terdapat juga kursi, lemari, bahkan batu air mancur yang sudah rusak. Masing-masing barang ditutup kain besar berwarna putih, tentunya setiap barang yang ada di sana dipenuhi hama dan debu. Malika menyesuri gudang, tanpa sengaja Malika menemukan sebuah buku yang sangat tebal di lantai yang kotor."Buku apa ini?" heran Dokter Malika.Buku yang ia lihat sepertinya sangat menarik. Namun, sayan
Di sisi yang lain, di tengah waktu senggangnya Dokter Malika sedang membaca kitab yang ia temukan di gudang, ia baca di kamarnya. Di dalam kitab serigala tersebut ditemukan banyak rahasia keluarga yang dikutuk menjadi manusia serigala karena sebuah harta karun. Pertanyaan di kepala Malika tentang keluarga ini sekarang telah ia ketahui dalam waktu sekejap."Di sini tertulis, kitab ini adalah kitab kutukan yang diberikan ratu serigala kepada keluarga Petni yang sejarahnya akan ditulis dengan sendirinya sesuai dengan kutukan yang sedang dan telah terjadi. Buku ini ditulis dengan kekuatan ratu serigala yang tersimpan di kitab ini secara otomatis. Setiap keluarga Petni yang mati, yang akan menjadi manusia serigala dan yang sedang menjadi manusia serigala, semuanya akan tercatat di dalam kitab ini. Setelah 7 generasi mendapatkan kutukan, maka kitab ini akan lengkap, lalu kitab ini akan tersimpan ke dalam museum yang ada di kerajaan serigala." Dokter Malika, yang membaca kitab itu de
Sedari tadi sore, Dokter Malika dan kedua susternya mengurus keadaan manusia serigala yang berteriak-teriak kesakitan, ditambah suhu badannya sangat panas bagaikan orang yang sedang dibakar hidup-hidup. Suster Anna dan Suster Amalia memakaikan tabung oksigen dan memasangkan alat denyut jantung ke manusia serigala, tampak sekarang manusia serigala itu dipenuhi dengan alat-alat medis seadanya yang mereka bertiga bawa dari rumah sakit. Dari alat pendeteksi denyut jantung, terlihat bahwa jantung manusia serigala itu berdetak dengan amat kencang. Selain itu, manusia serigala tersebut merasakan sesak napas yang parah, sampai ia terengah-engah.Dokter Malika dan para susternya kebingungan, karena mereka bertiga telah melakukan segala cara untuk membuat manusia serigala kembali normal, akan tetapi mereka sudah melakukan cara, hasilnya nihil, tak ada reaksi sama sekali yang ditimbulkan oleh manusia serigala itu.Sampai malam hari, keadaan tetap sama. Namun, suasananya
Sumelika dalam ketakutan yang luar biasa, para sahabatnya di kelas, sangat heboh ketika Sumelika menceritakan bahwa ia adalah keturunan serigala. Tampak sekarang Tania, Desti dan Aisyah berkumpul di bangku Sumelika untuk membicarakan tentang manusia serigala."Hah? Pantesan lo nyerang mereka bertiga sampe masuk ke rumah sakit! Ternyata ini toh penyebabnya!" Tania yang merasa tercengang dengan apa yang dikatakan oleh Sumelika."Aduh, kok bisa sih, Mel? Padahal kan selama ini lo normal-normal aja. Apa lo disantet? Atau dapet kiriman dari dukun gitu?" tebak Desti, tak percaya."Kagak, Des. Kata Pak Kyai Ujang sih gue kagak disantet, lagian kan gue udah diruqyah tapi kagak ada reaksi." Jawab Sumelika, menyakinkan."Jadi fix lo keturunan manusia serigala, Mel?" Aisyah, memastikan."Kagak tau juga sih, Syah. Nanti setelah Mama gue datang dari desa Tengkorak baru gue sama Papa tanya ke dia. Doain ya, Guys, supaya gue bukan keturunan seri
Malam semakin larut, di jalan raya kota Majalengka yang dipenuhi kendaraan, terlihat Nenek Sumitra tergopoh-gopoh sebari membawa bakul yang berisi kitab kisah keluarga Petni di trotoar. Dari siang, Nenek Sumitra berjalan kaki dari desa Tengkorak tanpa ditemani oleh siapapun dan tanpa kendaraan sama sekali. Nenek Sumitra lelah, Nenek Sumitra juga sampai berkeringat dingin, tetapi ia rela menahan semua penderitaan ini, demi bisa bertemu kembali dengan Malika, anak dari Tarini yang sudah ia ketahui sekarang. Tampak Nenek Sumitra mencari-cari rumah sakit Pelita Kesehatan, tetapi tak kunjung ia temukan. Ia menanyakan orang di sana tentang keberadaan rumah sakit Pelita Kesehatan dan katanya jikalau rumah sakit itu sangat jauh dari keberadaannya sekarang.Tak putus harapan, ia pun terus berjalan, hingga akhirnya ia menyebrang jalanan, tetapi tak sengaja mobil berwarna putih menyerempet Nenek Sumitra, seketika Nenek Sumitra terjatuh di sana. Pemilik dari mobil itu keluar, ingin melih
Dokter Malika tersadar di sebuah tebing yang di langitnya terdapat bulan purnama besar, mungkin ini adalah alam mimpi Malika. Di sama dirinya bertemu dengan seorang wanita tua serigala kemarin, tetapi manusia serigala itu berubah menjadi wanita tua berkebaya yang sangat cantik, ia mirip sekali dengan Malika."Aku Ibumu, Nak." Ucapnya, kesedihan mulai terpancar dari wajahnya."I-Ibu?" Malika tak percaya bahwa pertamakali ia bertemu dengan sang Ibu meskipun hanya di alam mimpi.Di saat Malika mengetahui bahwa itu adalah sang Ibu tercinta, seketika Malika memeluk Ibunya dengan erat. Sebenarnya Malika tak percaya kepada orang-orang yang baru ia lihat, tetapi sekarang entah mengapa orang yang mengaku bahwa itu Ibunya itu langsung ia percaya, mungkin ini adalah ikatan batin yang bisa dirasakan oleh Ibu dan anak."Bu, kenapa Ibu enggak bilang kalau manusia serigala di desa Tengkorak itu Ibu! Hiks-hiks-hiks." Malika menangis histeris di pelukan