"Wajah nona yang sedang kesal itu sangat lucu," kata Felix sambil tersenyum lebar.
"Bisa bisanya kamu tertawa seperti itu padahal aku sedang kesal seperti ini," kata Chaterine.
"Ah, maaf nona. Habisnya saya juga tidak tau kenapa nona sampai marah seperti ini, padahal saya hanya pengawal nona" kata Felix.
"Kamu itu bukan hanya sekedar pengawalku saja, menurutku kamu sudah seperti temanku sendiri. Orang orang yang menghinamu sama saja seperti mereka menghinaku," kata Chaterine.
"Teman... teman.. ya," gumam Felix.
"Apa yang barusan kamu katakan? aku tidak dengar," ujar Chaterine.
"Ah, bukan apa apa. Lebih baik sekarang nona menyetir, saya yang akan mendorong mobilnya dari belakang. Kita harus segera cari bengkel dan pulang sebelum sore, pastinya para pengawal yang lain juga sudah mulai gelisah karna nona tak kunjung pulang" kata Felix.
"Kita akan mencari bengkel. Tapi, aku juga ikut mendorong mobil denganmu" kata Chaterine sambil
Dukung author dengan cara memasukkan novel ini ke rak buku.
Saat mulai memasuki gerbang pertama dari luar, terlihat ada dua bangunan yang berada di sisi kanan dan kiri pagar menjulang tinggi hingga hampir sama dengan tinggi gerbang.Di bagian luar gerbang, terdapat sebuah bel rahasia yang berbentuk seperti bata dengan warna merah yang sama seperti bagian bangunan lainnya.Karna ini merupakan rahasia, hal ini tentunya hanya diketahui para pekerja atau pegawai yang sudah lama bekerja untuk keluarga Cervan termasuk Felix ia juga mengetahui dan bisa membedakan yang mana yang merupakan bel rahasia diantara batu bata merah lainnya.Akhirnya setelah berjalan cukup lama, Felix sampai depan gerbang pertama. Felix pun membunyikan bel khusus agar para pengawal lainnya segera membukakan gerbang.Yang membedakan bel khusus untuk para pekerja dan untuk para tamu itu adalah suaranya. Bel untuk umum hanyalah bel biasa pada umumnya yang juga terpasang di luar gerbang pertama."Hei, apa yang sudah terjadi? kenapa nona pingsa
"Berjanjilah satu hal padaku dulu," kata Cervan."Duh, sayang. Memangnya ada apa sampai aku harus berjanji dulu?" tanya Riria yang heran."Berjanjilah kamu akan tetap tenang meskipun apa yang akan kukatakan sekarang ini bisa saja membuatmu panik," ujar Cervan."Yasudah, aku berjanji. Cepat katakan, aku masih sibuk ini" kata Riria."Chaterine menghilang," ucap Cervan dengan singkat."Cha... Chaterine menghilang?" kata Riria yang terlonjak kaget."I.. iya," jawab Cervan."Apa maksudmu? putriku satu satunya yang cantik meng... menghilang?" tanya Riria yang masih tidak percaya."Iya," jawab Cervan."Apa apaan ini? bagaimana bisa putriku menghilang? untuk apa kau sampai memperkerjakan puluhan pengawal kalau hanya untuk menjaga satu orang saja mereka tidak bisa?!" kata Riria yang mulai panik."Sayang, kamu sudah berjanji padaku bahwa kamu akan tenang" ujar Cervan."Mana aku tau kalau yang mau kamu katakan adalah
Cervan pun langsung menghampiri orang tersebut lalu mengguncang guncangkan tubuhnya dengan keras, "Cepat katakan, putriku kenapa?" tanya Cervan. "Nona di.. digendong Felix da... dari arah gerbang" jawab pengawal tersebut. "A... apa?" kata Cervan yang sedikit terkejut. "Bagaimana bisa? apa Felix yang menemukan Chaterine?" tanya Riria yang panik. "Apa kalian dengar? putriku sudah ditemukan. Sekarang batalkan rencana untuk mencarinya, kemudian bawakan air kemari. Cepat!" teriak Cervan. Para pengawal dan juga pegawai yang berada di situ pun dengan cepat mempersiapkan segala keperluan untuk menyambut kepulangan Chaterine. Mulai dari kotak p3k, air hingga obat obatan herbal telah disiapkan untuk berjaga jaga. Semua orang terlihat tengah sibuk. Beberapa pengawal berlarian kesana kemari untuk membuka pintu utama. Sedangkan Renata yang merupakan dayang pribadi Chaterine tengah mempersiapkan air mandi Chaterine. "Sebenarnya ada apa ini?
"Ah, benarkah begitu?" tanya Cervan yang tidak percaya. "Benar, tuan" jawab Felix. "Lalu kamu pulang dengan berjalan kaki sambil menggendong putriku, begitu?" ujar Cervan yang mulai curiga. "Saya mencari taksi untuk pulang tuan, dan nona baru tertidur saat dalam perjalanan pulang" jawab Felix. "Tapi kenapa tidak memberi kabar pada orang rumah? kami bisa mengirimkanmu kendaraan untuk pulang kan, jadi kamu tidak perlu repot repot mencari taksi" bantah Cervan. "Maaf, tuan. Saya yang bodoh karna tidak terfikirkan hal itu," ujar Felix yang terus terusan mengakui kesalahannya. "Aku mendapat laporan dari beberapa pengawal yang ikut serta denganmu menjemput Chaterine. Katanya ponselmu tidak bisa dihubungi, apa kamu sengaja mematikan ponselmu agar waktumu dengan putriku tidak diganggu?" ujar Cervan. "Tidak, aku tidak bisa mengatakan jika nona yang memintaku melakukannya. Aku tidak ingin nona marah padaku nantinya," batin Felix.
"Maaf, saya malah membuat anda sampai kelelahan seperti ini" gumam Felix sambil mengusap beberapa helai rambut yang menutupi wajah cantik Chaterine. "Hei, cepat keluar. Jangan lama lama!" teriak Cervan dari luar kamar Chaterine. Padahal belum saja lima menit, Felix belum puas memandangi wajah Chaterine yang nanti nya hanya bisa ia lihat dari kejauhan selama seminggu karna hukumannya. Tapi Cervan sudah berteriak memintanya untuk cepat keluar. Dengan berat hati, Felix pun keluar dari kamar Chaterine sebelum Cervan benar benar memecatnya nanti. "Kenapa lama sekali sih?" tanya Riria dengan tatapan tajam begitu Felix keluar dari kamar Chaterine. "Maaf nyonya," jawab Felix seperlunya. "Sudahlah, kembalilah dan istirahat. Sebentar lagi jam untuk latihan malam, jangan sampai kamu tidak mengikutinya hanya karna alasan lelah" ujar Cervan memotong percakapan Felix dan Riria sebelum semakin panjang. "Baik, tuan" kata Felix sambil menundukkan
"Felix? tentu saja dia sedang latihan malam seperti biasanya," jawab Cervan sedikit kikuk. "Latihan? ah... benar, aku jadi pelupa karna terlalu lama tertidur" ujar Chaterine. "Sayang, bukankah kamu kemari karna ingin mengajak kami makan malam bersama? ayo cepat, kita pergi ke meja makan" saut Riria yang dengan cepat mengganti topik pembicaraan. "Iya, ibu benar. Ayo kita ke meja makan sekarang," kata Chaterine sambil menggenggam tangan kedua orang tuanya kemudian mengajaknya pergi ke meja makan. **** Di meja makan yang panjangnya hampir 5 meter itu, seperti biasa, Chaterine duduk di antara ayah dan ibunya agar kedua orang tuanya itu tidak saling bertengkar karna berebut ingin duduk di dekatnya. Tak lama kemudian, dari pintu yang terhubung langsung ke dapur itu tibalah beberapa pelayan yang berjalan berbaris dengan rapi sambil membawakan beberapa makanan.
"Tidak ibu, ayah. Memang aku sendiri yang tadi siang mengundangnya untuk ikut latihan disini, tidak apa apa bukan?" kata Chaterine. "Syukurlah kalau begitu, tentu saja tidak apa apa dong! semuanya boleh kalau putriku menginginkannya," jawab Cervan dengan penuh semangat. "Ibu juga sangat senang karna akhirnya putriku punya teman wanita yang akrab. Tapi kenapa kamu tidak cerita tentang temanmu itu pada ibu sih?" kata Riria. "Dia itu laki laki, bu" ujar Chaterine. "A.. apa? la.. laki laki?" kata Riria terbengong. "Maksudmu pria? yang datang kesini itu teman priamu di sekolah?" tanya Cervan yang ikutan kaget. "Iya, dia bilang ingin jadi kuat sepertiku. Aku jadi kagum melihat semangatnya, jadi aku mengajaknya ikut latihan bersamaku disini" kata Chaterine dengan santai seolah tidak akan terjadi apapun jika ia mengatakan hal itu. "A.. apa? kagum? hanya dengan hal seperti itu? bagaimana bisa kamu sepolos ini sih?" kata Riria tak habis
Dengan cepat pengawal itu pun langsung melepaskan cengkraman tangannya pada kerah baju Sahid dan langsung berdiri tegap berbicara dengan Chaterine. Sementara Sahid hanya terdiam mematung dalam posisinya yang masih tergeletak di atas lantai karna terpukau melihat Chaterine yang lagi lagi menyelamatkannya dengan keren hari ini. "Saya hendak mengusirnya karna orang ini mencurigakan, nona" jawab pengawal itu dengan tegas. "Apa mengusir tamu tuanmu adalah tindakan yang benar sebagai pengawal?" tanya Chaterine dengan tatapan tajam. "Ti... Tidak nona. Tapi orang ini tadi sudah menghina para pengawal keluarga Edelgard, hal ini sama saja seperti merendahkan tuan" kata pengawal itu membantah. "Apa aku bertanya soal hal itu?" kata Chaterine terlihat tidak peduli. Pengawal itu pun hanya bisa diam tidak berkutik mendengar perkataan Chaterine yang menyayat hati barusan. "Apapun yang dia katakan, itu pasti karna dia muak dengan perlakuan kali