"Aku mau memiliki tubuhmu, Ari. Berikan kenikmatan itu untukku." Ariana Crawford, terpaksa menerima pernikahan dengan Bastian Jackson karena tidak ingin dicemooh mantan pacar yang selingkuh dengan temannya sendiri. Masalahnya, Bastian adalah teman kecil, kakak angkat dan sekaligus musuh bebuyutannya. Belum lagi ditambah dengan rahasia kecil dan obsesi yang disimpan oleh sang suami, membuat Ariana makin tidak yakin pernikahan ini akan berhasil. Created: 07 June 2025
view more"Tunggu dulu, Bastian." Ariana menjulurkan kedua tangan ke depan, untuk menahan lelaki yang dia panggil namanya.
"Kenapa, Ariana? Aku ini sudah jadi suamimu loh." "No." Ariana dengan cepat menggeleng. "Kita teman, bahkan musuh dan pernikahan ini bukan kenyataan." "Kata siapa?" "Kataku." Ariana mencoba berdiri dengan lebih berani. "Mulai sekarang, kita harus jaga jarak. Pernikahan ini hanya sementara saja dan bukan kenyataan." "Begitu ya?" Bastian mengangguk, seolah mengerti. "Sayangnya, aku mau kau. Aku mau memiliki tubuhmu, Ari. Berikan kenikmatan itu untukku." "ARGH." Ariana terbangun dari tidurnya dengan sangat tiba-tiba dan seketika bangkit duduk di atas ranjang. Hal yang membuat anjing kesayangannya ikut terkejut dan tersentak bangun. "Gila." Ariana menyugar rambutnya dengan sembarangan. "Apanya yang gila?" "Mimpiku." Perempuan itu menjawab pertanyaan yang dia dengar secara refleks. "Memangnya kau mimpi apa?" "Aku mimpi tentang ...." Kalimat Ariana menggantung begitu saja, bahkan dengan matanya yang membulat dan bibir terbuka. Hal itu terjadi karena dia baru saja tersadar dengan suara yang baru saja dia dengar dan merasa perlu menoleh untuk memastikan telinganya tidak salah. "APA YANG KAU LAKUKAN DI KAMARKU?" "Wow, santai." Bastian menjulurkan tangan, meminta Ariana yang panik untuk tenang. "Santai?" Ariana makin melotot. "Kau menyuruhku santai, saat ada cowok aneh di kamarku?" "Ini aku, Bastian. Bukan cowok aneh, karena kita sudah kenal dari kecil dan aku suamimu." "Sorry." Sayangnya, Ariana harus menggeleng. "Kau bilang apa?" "Ini aku Bastian, teman bertengkarmu dari kecil. Lalu, kita sudah nikah dan aku suamimu." Tentu saja lelaki itu tidak keberatan untuk menjelaskan ulang. "Mustahil." Ariana kembali menggeleng. "Kita tidak mungkin nikah." "Kalau gitu, apa aku harus kembalikan cincin ini ke toko?" Bastian memerkan benda yang dia sebutkan. "Atau ... aku harus ke catatan sipil dan batalkan pernikahannya? Aku juga tidak masalah kalau harus bicara dengan keluargamu." Mulut Ariana terlihat makin lebar mendengar ucapan lelaki di depannya. Dia kemudian melihat cincin yang tersemat di jari manisnya, lalu berusaha untuk mengingat apa yang sebenarnya terjadi. Ingatan itu terasa begitu jelas. Ariana mengingat bagaimana dia memakai gaun putih, mengucapkan janji pernikahan, memasang cincin, bahkan sampai berciuman. "ARGH." Ariana tidak kuasa menahan teriakannya. "Bagaimana ini semua bisa terjadi?" "Pernikahnnya?" Bastian malah menjawab dengan sangat tenang. "Keluargamu yang menyiapkan semuanya. Ibumu lebih tepatnya." "Bukan itu maksudnya." Ariana kembali melotot, saat melihat lelaki di depannya. "Kenapa kau mau saja nikah dengan aku?" "Aku rasa otakmu bermasalah." Kini Bastian mengerutkan keningnya. "Tempo hari kan kita sudah membicarakan hal ini dan kau sudah setuju." "Tempo hari kapan? Perasaan itu baru beberapa hari lalu." Ariana kini menarik kulit wajahnya turun ke bawah, dengan cara menempelkan telapak tangan di kedua pipi. Itu harusnya hanya mimpi saja, tapi kenapa sekarang rasanya sangat nyata? "Tunggu dulu." Tiba-tiba saja Ariana tersadar. "Aku ada di mana?" "Kamar hotel." "Tapi bagaimana bisa?" "Orang tuamu menyewakan kamar ini untuk jadi kamar pengantin kita, Ari. Jadi tentu saja kita tidur di sini setelah acaranya selesai." "Tidur katamu? Kita tidur bersama?" "Kalau yang kau maksud itu bercinta, maka jawabannya adalah tidak." Untungnya Bastian menggeleng. "Atau lebih tepatnya belum." "Jangan macam-macam." Ariana melotot pada lelaki di depannya dan hanya dibalas dengan senyuman. *** "Kapan sih kau bisa berhenti datang ke klub dan minum sampai mabuk?" Ariana menoleh dan menemukan lelaki yang paling ingin dia hindari sekarang, sekaligus musuh bebuyutannya sejak kecil. Dia bahkan sampai berpindah ke kursi samping, saking enggannya bertemu dengan lelaki itu. "Aku bukan hama, Ariana." Bastian mengeluh, sambil memesan minuman pada bartender. "Tapi kau orang paling menyebalkan di dunia ini. Lagian, kenapa kau mendekatiku?" "Biar kutegaskan." Bastian menoleh pada perempuan yang duduk di kursi tinggi dua kursi darinya. "Aku datang karena ibumu. Dia menyuruhku menjemput putri kesayangannya yang lagi mabuk." Hanya helaan napas panjang yang terdengar dari Ariana. Perempuan itu, malah mengingat mimpi yang beberapa waktu lalu menantuinya. Mimpi dalam mimpi, sangat aneh dan membuat Ariana merinding. "Sekarang statusmu apa sih?" Tiba-tiba saja Ariana bertanya. "Kau sudah mabuk." Bastian berdecak pelan. "Ayo pulang saja." "Jawab dulu." Sayangnya, Ariana menepis tangan lelaki itu. "Status apa dulu yang kau tanya?" Walau terlihat kesal, Bastian tetap membalas. "Status pekerjaan, jabatan, status pacaran, status ...." "Pernikahan," potong Ariana dengan tatapan sayu. "Aku tanya soal status pernikahanmu." "Single and ready to mingle. Itu sudah jelas, kenapa ditanya? Apa kau tiba-tiba ingin jadi kandidat?" "Jangan gila." Ariana ingin mendorong, tapi Bastian agak jauh. "Aku sudah punya tunangan yang ganteng dan baik." "Benarkah?" Bastian mencebik, seolah ingin menahan tawa. "Apa itu artinya kau tidak masalah dengan tunangan yang tidak setia?" "Apa maksudmu?" Ekspresi Ariana langsung terlihat jelek. Tanpa mengatakan apa pun, Bastian mengedikkan dagunya. Itu sudah cukup untuk membuat Ariana berbalik dan mengikuti arah yang lelaki itu tunjuk dengan dagu. Suasana di klub tentu saja ramai dan remang-remang, tapi bukan berarti Ariana yang mabuk akan jadi buta. Apalagi, jarak orang yang ditunjuk Bastian cukup dekat dengan posisinya sekarang. "Yang sedang berciuman itu tunanganmu kan?" Bastian kini berbisik di dekat telinga Ariana. "That son of a ...." Bastian tidak lagi bisa mendengar ucapan Ariana, karena perempuan itu sudah menjauh. Tapi tentu saja, dia tau apa yang dikatakan perempuan itu dan apa yang akan terjadi."Kau yakin tidak mau pindah ....""Tidak, Ari." Bastian langsung menolak, bahkan sebelum istrinya selesai bicara. "Aku tidak mau merepotkan keluarga kalian lebih dari ini, jadi aku akan tetap kerja di tempatku.""Padahal kau tidak merepotkan dan kau bisa bekerja denganku, tanpa harus melapor pada Dad." Ariana mengedikkan bahu dengan santai. "Thanks tawarannya, tapi tidak. Aku masih mau berusaha sendiri." Kali ini, Bastian tersenyum. Dia bisa merasakan kalau niat istrinya tidak jahat."Oke." Ariana pada akhirnya mengangkat tangan saja. "Tapi nanti jangan menyesal ya."Bastian hanya bisa tersenyum melihat istrinya, tapi dia tidak punya banyak waktu untuk membalas. Dia sudah harus segera pergi kerja, kalau tidak mau terlambat. Meninggalkan Ariana yang masih makan sarapan dengan santai."Padahal aku bosan," gumam Ariana menyeruput susu dari dalam gelas. "Karena masih libur, apa aku coba susul Bastian saja ya?""Aku akan menjenguk suamiku," putus Ariana bergegas meninggalkan meja
"Kau bilang apa?" tanya Ariana dengan mata melotot."Tinggal di rumahku saja," ulang Bastian tanpa beralih dari jalanan. Dia sedang menyetir mobil."Kenapa? Aku juga punya rumah kalau kau tidak mau tinggal dengan Dad.""Tapi aku tidak bisa biarkan ayahku sendirian," balas Bastian tetap fokus. "Kau tahu kalau dia tidak bisa ditinggal sendiri kan?""Bawa saja dia ke rumah kita." Ariana masih bersikeras. "Nanti sewa perawat juga.""Dad, tidak belum butuh perawat. Dia hanya butuh ditemani, saat aku ada waktu. Kau tidak mungkin seperti itu kan?""Memangnya kalau tinggal sendiri, kau tidak bisa menemani ayahmu?" Ariana masih saja membantah. "Justru lebih baik karena ada aku juga."Bastian mengembuskan napas pelan. Padahal, dia sudah merasa sedikit lebih segar karena mereka baru saja pulang liburan alias bulan madu yang dipaksakan. Tapi, sekarang dia sudah sakit kepala lagi.Padahal selama liburan berdua, semuanya cukup lancar. Bahkan bisa dibilang cukup menyenangkan. Mereka bahkan
"Jadi, kau mau kontrak berapa lama?" "Hah?" Tentu saja Ariana akan melotot mendengar apa yang diucapkan suaminya. Pasangan Ariana dan Bastian sekarang sudah berada di kamar hotel yang dipesankan orang tua mempelai perempuan. Ariana baru saja selesai mandi, ketika suaminya menanyakan hal tidak masuk akal dari arah sofa. "Maksudku, kontrak pernikahan. Kau pasti ingin membuatnya kan?" "Untuk apa?" Ariana malah makin melotot mendengar pertanyaan lanjutan sang suami. "Bukannya biasa begitu ya?" Bastian ikut bingung. "Yang kubaca di novel biasa seperti itu. Ada kontrak pernikahan yang dibuat, apalagi dengan keadaan kita yang sekarang." "Kau terlalu banyak baca novel." Saking gelinya, Ariana sampai mendengus. "Lagian, apa bagusnya baca novel romance?" "Itu untuk hiburan." Bastian mengedikkan bahunya dengan santai. "Hidup sudah susah, jadi sesekali harus menghibur diri sendiri." "Terserah, tapi aku tidak mau ada kontrak." "Hah? Serius?" Saking kagetnya, Bastian sampai duduk
"PERNIKAHAN INI TIDAK BOLEH TERJADI." Suara teriakan kembali terdengar. "Wah, sepertinya ini akan jadi headline news, mengingat ayahmu itu tokoh politik terkenal." Bastian masih sempat tertawa, sambil melihat lelaki yang sedang mengamuk dan berusaha ditangani pengawal. "Jangan ketawa," hardik Ariana dengan mata melotot. "Ini bukan hal yang lucu." "Sayangnya, aku masih ingin tertawa lebih keras lagi," balas Bastian dengan senyum penuh arti. "Jadi bagaimana kalau kita lakukan sesuatu?" "Apa maksud ...." Ariana tidak bisa menyelesaikan kalimatnya, karena tiba-tiba saja Bastian menarik tengkuknya. Hal yang tentu saja membuat perempuan itu melotot, apalagi ketika sang suami menyibak kerudung pengantinnya dengan cepat, memajukan kepala dan menempelkan bibir mereka. Jangankan Ariana, Alaric sang ayah yang kebetulan melihat itu pun tercengang. Saat situasi sedang ribut seperti ini, siapa yang akan ingat ciuman pernikahan? Mana Bastian melakukannya dengan cukup intens, walau agak m
"Cobalah tersenyum lebih lebar lagi, Ari. Kita sedang sesi foto.""Tapi, bagaimana ini semua bisa terjadi Mom?" tanya Ariana dengan tatapan menerawang."Mungkin kau harus tanya orang tuamu," jawab Bastian yang kini memaksakan senyum karena fotografer sudah mengarahkan."Stop bicara dan fokus pada kamera." Ibu Ariana memberi perintah.Mau tidak mau, Ariana memaksakan senyumnya. Dia tentu saja tidak ingin menghancurkan foto apa pun yang ada dirinya, termasuk dengan foto pernikahan yang amat sangat tidak masuk akal ini."Aku tidak sangka kalian benar-benar menikah." Seorang perempuan yang terlihat sedikit mirip dengan Ariana bersuara."Terima kasih pujiannya, Anais. Aku harap kau tidak dijodohkan seperti aku di masa depan." Ariana tersenyum pada sang adik, walau dengan senyum sinis."Tidak usah sensi begitu." Kali ini anak lelaki seumuran Anais yang berbicara. "Dia hanya mengatakan isi kepalanya.""Terima kasih Amadeus, tapi aku harap kau juga diam saja." Kali ini, Anna terseny
"ADUH SAKIT! LEPASKAN!""Mana mungkin," jawab Ariana dengan mata melotot, sambil memegang kuat rambut panjang seorang perempuan. "Setelah kau tertangkap basah selingkuh tunanganku, aku mana mau melepasmu.""Ari, tolonglah." Seorang lelaki yang terlihat panik, berusaha menenangkan. "Ini tempat umum dan ....""Harusnya itu kalimatku." Kini Ariana melotot pada lelaki yang baru saja bicara. "Semua orang tahu kita bertunangan, lalu kau mencium dan meraba bokong perempuan ini?""Kau salah lihat." Sang tunangan dengan cepat menggeleng. "Kau salah lihat.""Kurasa kau salah menjambak." Tidak mau ketinggalan, Bastian malah mengompori. "Yang harus dijambak itu biang keroknya, bukan pelaku yang ditipu."Ucapan itu jelas saja membuat Ariana makin melotot, kali ini mengarah pada lelaki yang baru saja bicara. Makin melotot lagi saat Bastian malah melebarkan senyumannya dan melirik ke arah tunangan perempuan yang sedang mengamuk itu."Jangan memancing emosinya," hardik sang tunangan pada Bast
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Mga Comments