Atmosfer di dalam toko begitu kuat, keduanya masih tertegun satu sama lain.
Yo Han memandang setiap inci studio dengan tatapan dingin, seraya berkata. “Demi menghindariku, kamu telah melakukan pengorbanan besar.”
“Bahkan Kau rela, melepaskan kariermu di bidang militer hanya untuk kembali merancang pakaian?”
“Jadi selama ini kau bersembunyi di sini, di tempat ini!” Yo Han meliriknya dengan tatapan sedikit mengejek.
Seo Nari selalu menundukkan kepala, tidak banyak bicara, yang di lakukannya hanya diam, mendengarkan setiap perkataan yang di lontarkan Yo Han padanya. Kedua matanya yang indah berkaca-kaca.
“Seseorang yang tangan kanannya sudah cacat dan bahkan sulit untuk memegang sesuatu.”
“Bagaimana mungkin masih berkualifikasi dan bertahan di militer?” dalam batinnya Seo Nari mengejek dirinya sendiri.
Sudut bibir Yo Han terangkat sebuah senyuman yang penuh ironi. “A
Di rumah sakit Conan tengah di jaga oleh Adrian, bersama Christian yang ikut kembali ke sana.Conan sudah jauh lebih baik dari sebelumnya, namun perubahan emosinya terlihat begitu jelas. Dia kembali pada pembawaannya yang dingin, namun terkesan hangat. Dia juga kembali tak banyak bicara sebelumnya.Conan tengah duduk di atas kursi roda, menghadap pada hamparan pemandangan yang asri yang di sajikan oleh pihak rumah sakit.Christian beserta neneknya hanya bisa melihatnya dari jauh, membiarkannya untuk sendiri, selang berapa lama Athes datang membawakan minuman kesukaannya.Athes menemani Conan menikmati pemandangan sore hari.“Tidak buruk juga berada di sini?” ujar Conan dengan pelan.“Satu minggu lagi aku akan melakukan perawatan, mungkin tidak akan punya waktu seperti ini lagi,” seraya meminum kembali minuman apel yang adi genggam olehnya.Athes menundukkan kepalanya, dia tahu ketakutan sedang menggerogot
Clarisa berada di balik pintu, wajahnya muram, kedua mata indahnya berkaca-kaca, setelah apa yang lewatinya saat ini, Dia menangis tertahan di sana, tanpa tahu putranya tengah menderita di kamarnya.Clarisa berjalan dengan linglung, air matanya masih tetap mengalir, dia menghela napasnya, mencoba menguatkan hatinya, bukannya segera menuju kamar Conan. Clarisa malah pergi ke taman untuk menenangkan dirinya.Di duduk di salah satu kursi yang berada di sana. Dia termenung di sana cukup lama, entah apa yang di pikirannya.Tok... tok... tok suara pintu di ketuk, sedetik kemudian Jay datang membawa setumpuk berkas, dan juga sebuah map coklat.“Presdir, ini yang ada inginkan!” seraya menyerahkan kumpulan berkas serta map coklatnya pada Lukas yang tengah berdiri di depan kaca jendela yang besar.Lukas tak bicara dia fokus memandang keluar jendela. Sesaat setelah mendengar perkataan Jay, ia pun berbalik menatap Jay yang tengah berdiri menunggu p
Satu minggu kemudianMarco telah keluar rumah sakit, begitu pula dengan Conan. Saat berada di lobi rumah sakit, Conan bersama dengan ibunya.Marco yang tengah berjalan bersama ibunya Lily menghentikan langkah kakinya. Ia melirik ke arah di mana Marco memalingkan pandangannya.Tatapannya tertuju pada seorang wanita, dan seorang anak laki-laki yang tengah duduk di sofa lobi. Lily terus mengamati keduanya dan ternyata itu adalah Clarisa.“Apakah anak yang bersamanya adalah putra sulungnya?” batinnya.Marco yang sedari tadi tertegun, mulai melangkahkan kakinya menuju Clarisa.“Marco,” Lily setengah berteriak padanya, namun Marco tidak menghiraukan suara ibunya. Dia terus menghampiri Clarisa yang tengah menunggu seseorang.“Clarisa,” Marco memanggilnya, tatapannya begitu hangat, kala memandangnya.Clarisa berbalik, saat tatapannya jatuh pada sosok Marco, senyuman yang awalnya hangat pun, sek
Melihat kedua putranya yang tengah berpelukan, Lukas merasa bahwa semenjak putra sulungnya sakit, putra keduanya Christian lebih sering bersama Kakek-Neneknya dibanding bersama dirinya atau Clarisa.Lukas menghisap kembali rokoknya, dia bersandar pada dinding, memejamkan matanya merenungi tentang apa yang telah terjadi.“Ah, sepertinya aku melupakan putraku lain,” Lukas menghela napas beratnya.Di saat dia termenung, pintu pun di ketuk, mengalihkan pandangannya, terlihat Clarisa tengah berjalan masuk. Clarisa tidak menutup pintu dengan benar, sehingga meninggalkan sedikit celah untuk mengintip. Sedangkan di belakangnya Adrian tengah mengintip dari sela pintu yang sedikit terbuka.Lukas menghisap kembali rokoknya, dia berjalan mengitari meja kerjanya, lalu duduk di kursinya.“Ada apa?” suaranya rendah namun terkesan dingin.Clarisa tertunduk, ia mencoba untuk memandang wajah Lukas yang dingin bagaikan es di musim dingi
“Tuan apakah Anda merasa sakit?” Athes bertanya dengan sedikit khawatir.Conan hanya tersenyum tipis dia berkata. “Tidak apa-apa, hanya sakit sedikit,” ucapnya, seraya mengedipkan sebelah matanya.“Tuan,”Conan menaruh jari telunjuknya di depan bibir tipisnya, mengisyaratkan agar Athes berhenti bicara.Athes terperangah, mulutnya setengah terbuka, ia pun menghela napasnya, lalu berkata. “Apa saya harus memberi tahu Ayah Anda tentang ini?” Athes bertanya namun terkesan mengancamnya.Wajah Conan mengerut, tatapannya begitu tajam, ia tidak percaya Athes mengancam dirinya.“Berhentilah bicara omong kosong, aku bahkan baik-baik saja.”“Tidak perlu di perpanjang lagi, jadi diamlah!” pintanya pada Athes.Athes yang menanggapi perkataan Conan, hanya bisa memijat dahinya yang pening, dia menghela napasnya lalu melangkah pergi meninggalkan Conan yang tengah memejamka
Saat Lukas akan kembali ke kamarnya, samar-samar dia mendengar suara rintihan yang begitu pilu, ia menghentikan langkahnya di depan kamar Conan.Lukas tertegun dia berdiri mematung, meratapi putranya yang tengah kesakitan, seraya di peluk oleh Christian yang telah berderai air mata, dari balik celah pintu yang tidak tertutup rapat.Matanya berkaca-kaca, menyaksikan adegan yang membuat hatinya hancur. Dia bersandar di dinding, memejamkan kedua matanya, buliran air mata membasahi wajah tampannya.Terdengar percakapan keduanya. “Aku sudah tidak apa-apa, kembalilah ke kamarmu.” Ujarnya pada Christian yang masih terisak.“Tak bisakah aku malam ini tidur denganmu?”“Izinkan aku bersamamu.” Pintanya dengan nada suara yang memohon.Wajah yang pucat itu tampak mengulas senyum yang di paksakan, dia mengangguk pelan, tanda setuju atas permintaan adiknya.Tangan kecilnya menyentuh pipi Christian, mengusapnya de
Di dalam mobil Van Conan dan Christian tengah tidak sadar kan diri, mereka di bawa oleh Segerombolan orang yang berpakaian serba hitam.Tampak dua orang tengah mengapit Conan dan Christian di kursi penumpang, sedangkan dua lainnya berada di kursi depan dan kursi kemudi. Mereka bagaikan binatang haus darah, wajah yang begitu sangar menimbulkan kesan berbahaya.Mereka berdua di bawa ke sebuah gudang tua yang sudah terbengkalai, di sana cukup terpencil, sehingga tidak terdengar suara kendaraan yang berlalu lalang.Di sisi lain tubuh Clarisa bergetar hebat, dia begitu panik, tatapannya begitu kosong. Adrian juga sama cemasnya.Di bangsal rumah sakit Athes tengah dimintai keterangan atas hilangnya kedua putra Clarisa. Mereka awalnya acuh tak acuh, dalam menangani kasus hilangnya Conan serta Christian.Namun setelah mereka mengetahui anak yang hilang itu adalah anak dari Lukas, orang yang berpengaruh dalam negeri mereka pun dengan sigap melayani me
Di sisi lain Clarisa masih dalam keadaan panik, dia begitu khawatir dengan kedua putra kecilnya. Clarisa memandang ke luar jendela, tampak hari telah berganti malam akan tetapi Lukas belum mendapat kabar baik. “Ibu, bagaimana ini?” Clarisa memeluk Adrian, sembari menangis. Lukas menunjukkan wajah suram saat kembali ke mansion, walau pun terlihat tenang akan tetapi Lukas juga dilanda kekhawatiran yang cukup besar, mengingat putra yang satunya adalah anak yang sakit. “Suamiku bagaimana? Apa kau menemukan petunjuk?” “Mengapa begitu lama? Apa yang akan terjadi pada kedua anak malang itu?” Clarisa terisak seraya memukul pelan dada bidang Lukas. Lukas sadar akan ketakutan Istrinya, Conan seharusnya meminum obatnya akan tetapi malam ini dia melewatkannya. Entah apa yang akan terjadi pada putra sulungnya? Lukas tidak mampu membayangkannya. Lukas memijat dahinya, kali ini sungguh tidak berdaya. Sejenak dia berpikir bahwa Conan memakai j