“Tuan apakah Anda merasa sakit?” Athes bertanya dengan sedikit khawatir.
Conan hanya tersenyum tipis dia berkata. “Tidak apa-apa, hanya sakit sedikit,” ucapnya, seraya mengedipkan sebelah matanya.
“Tuan,”
Conan menaruh jari telunjuknya di depan bibir tipisnya, mengisyaratkan agar Athes berhenti bicara.
Athes terperangah, mulutnya setengah terbuka, ia pun menghela napasnya, lalu berkata. “Apa saya harus memberi tahu Ayah Anda tentang ini?” Athes bertanya namun terkesan mengancamnya.
Wajah Conan mengerut, tatapannya begitu tajam, ia tidak percaya Athes mengancam dirinya.
“Berhentilah bicara omong kosong, aku bahkan baik-baik saja.”
“Tidak perlu di perpanjang lagi, jadi diamlah!” pintanya pada Athes.
Athes yang menanggapi perkataan Conan, hanya bisa memijat dahinya yang pening, dia menghela napasnya lalu melangkah pergi meninggalkan Conan yang tengah memejamka
Saat Lukas akan kembali ke kamarnya, samar-samar dia mendengar suara rintihan yang begitu pilu, ia menghentikan langkahnya di depan kamar Conan.Lukas tertegun dia berdiri mematung, meratapi putranya yang tengah kesakitan, seraya di peluk oleh Christian yang telah berderai air mata, dari balik celah pintu yang tidak tertutup rapat.Matanya berkaca-kaca, menyaksikan adegan yang membuat hatinya hancur. Dia bersandar di dinding, memejamkan kedua matanya, buliran air mata membasahi wajah tampannya.Terdengar percakapan keduanya. “Aku sudah tidak apa-apa, kembalilah ke kamarmu.” Ujarnya pada Christian yang masih terisak.“Tak bisakah aku malam ini tidur denganmu?”“Izinkan aku bersamamu.” Pintanya dengan nada suara yang memohon.Wajah yang pucat itu tampak mengulas senyum yang di paksakan, dia mengangguk pelan, tanda setuju atas permintaan adiknya.Tangan kecilnya menyentuh pipi Christian, mengusapnya de
Di dalam mobil Van Conan dan Christian tengah tidak sadar kan diri, mereka di bawa oleh Segerombolan orang yang berpakaian serba hitam.Tampak dua orang tengah mengapit Conan dan Christian di kursi penumpang, sedangkan dua lainnya berada di kursi depan dan kursi kemudi. Mereka bagaikan binatang haus darah, wajah yang begitu sangar menimbulkan kesan berbahaya.Mereka berdua di bawa ke sebuah gudang tua yang sudah terbengkalai, di sana cukup terpencil, sehingga tidak terdengar suara kendaraan yang berlalu lalang.Di sisi lain tubuh Clarisa bergetar hebat, dia begitu panik, tatapannya begitu kosong. Adrian juga sama cemasnya.Di bangsal rumah sakit Athes tengah dimintai keterangan atas hilangnya kedua putra Clarisa. Mereka awalnya acuh tak acuh, dalam menangani kasus hilangnya Conan serta Christian.Namun setelah mereka mengetahui anak yang hilang itu adalah anak dari Lukas, orang yang berpengaruh dalam negeri mereka pun dengan sigap melayani me
Di sisi lain Clarisa masih dalam keadaan panik, dia begitu khawatir dengan kedua putra kecilnya. Clarisa memandang ke luar jendela, tampak hari telah berganti malam akan tetapi Lukas belum mendapat kabar baik. “Ibu, bagaimana ini?” Clarisa memeluk Adrian, sembari menangis. Lukas menunjukkan wajah suram saat kembali ke mansion, walau pun terlihat tenang akan tetapi Lukas juga dilanda kekhawatiran yang cukup besar, mengingat putra yang satunya adalah anak yang sakit. “Suamiku bagaimana? Apa kau menemukan petunjuk?” “Mengapa begitu lama? Apa yang akan terjadi pada kedua anak malang itu?” Clarisa terisak seraya memukul pelan dada bidang Lukas. Lukas sadar akan ketakutan Istrinya, Conan seharusnya meminum obatnya akan tetapi malam ini dia melewatkannya. Entah apa yang akan terjadi pada putra sulungnya? Lukas tidak mampu membayangkannya. Lukas memijat dahinya, kali ini sungguh tidak berdaya. Sejenak dia berpikir bahwa Conan memakai j
Di MansionClarisa tampak kuyu dan tak bergairah, dia tidak makan dalam dua Hari ini. Ya, jika di pikirkan lagi bagaimana bisa seorang ibu yang baru saja kehilangan putranya dapat makan dan tidur dengan tenang?Perasaan gelisah tengah menghantui Clarisa, membuatnya terus terjaga tanpa bisa memejamkan matanya walau hanya sesaat.Tok... tok... terdengar ketukan pintu dari arah luar kamar.Clarisa melirik sejenak, tatapannya jatuh ke arah pintu. Terdengar suara. “Nyonya, ada Nona Joana ingin bertemu dengan Anda.”Napasnya terdengar berat, dengan lemah dia berkata. “Biarkan dia masuk, Tolong antarkan dia ke kamarku.”Sang pelayan pun meninggalkan Clarisa dan mempersilakan Joana untuk masuk ke dalam kamar.Saat Joana masuk ke dalam kamar Utama di mana Clarisa berada, ia begitu takjub dengan interior yang di suguhkan di depan matanya. Tidak terlalu banyak barang yang ada di sana, suasana dalam kamar mence
Lukas dan Gerald memasuki area yang cukup terpencil, tampak sekitar cukup gelap. Bagaikan tidak ada kehidupan yang lainnya.“Bagaimana? Apa kita sudah dekat?” Lukas bertanya seraya memandang sekeliling mereka. Tampak padang rumput yang luas dan dikelilingi oleh hutan.“Lihatlah tandanya berhenti di area ini,” seraya menunjuk ke layar laptop.Lukas melirik, dia mengamatinya dengan saksama, tampak dari sinyal yang di berikan itu berada tidak jauh dari tempatnya berada.Drrrttt... Drrrttt... ponsel Lukas bergetar, tampak dari layar depan itu panggilan dari Yo Han, Lukas segera menjawabnya.“Bagaimana?” Tanyanya.“Target sudah berhasil di lumpuhkan, misi Clear.” Yo Han memberi laporan bahwa target telah di amankan.“Bawa dia bersamamu, dan gali informasi tentang siapa yang memerintahkannya, dan cari tahu siapa dalang dari kejadian ini!”“Kau mengerti?” Lu
Jay yang menerima permintaan bantuan pun segera membawa beberapa personil, dan juga tim medis menuju alamat yang di berikan pada oleh Gerald padanya. Di depan adalah mobil yang tengah dikendarai oleh Jay dan juga, Marvel. Marvel yang tadinya berada di luar negeri itu bahkan terbang langsung dengan Jet pribadi miliknya, untuk membantu misi penyelamatan kedua putra Lukas. Di ikuti dengan tiga mobil Jip di belakangnya. Pergi menuju tempat Gerald berada. “Jadi bagaimana situasinya” Marvel bertanya dengan tatapan yang serius. “Menurut Tuan Gerald. Tuan muda Christian sudah diselamatkan. Sekarang Presdir tengah menyelamatkan Tuan muda Conan, yang masih dalam pengejaran.” Jay berkata seraya menghela napas beratnya. Marvel menatap Jay dengan tatapan yang dalam. “Ada apa? Apa sesuatu yang buruk telah terjadi?” Marvel bertanya dengan sedikit cemas. “Ya, kami sangat khawatir mengingat Tuan muda Conan.” Jay menundukkan kepalanya. Dia menggig
Lukas menatap nanar wajah putranya yang di lumuri oleh darah. Dia mencoba untuk bangkit namun, segera ditahan oleh Jay. “Apa yang sedang kau lakukan?” Jay menahan tubuhnya, lalu menekannya kembali agar dirinya berbaring, sementara dirinya menghentikan pendarahan di perutnya. Lukas terus menatap wajah Conan yang semakin hilang dalam penglihatannya, sedetik kemudian dirinya memejamkan matanya. Samar-samar terdengar teriakan Jay yang menggema di telinganya. “Medis, medis.” Jay berteriak seraya menekan luka di bagian perut Lukas. Marvel yang mendengar teriakan Jay pun segera meminta tim medis untuk datang membantu Lukas. “Bagaimana?” Marvel bertanya pada petugas medis. Sang petugas hanya menggelengkan kepalanya. “Kondisinya sangat lemah kita harus segera membawanya ke rumah sakit.” Marvel menggigit bibir bawahnya, ia menghela napas beratnya. Sejenak berpikir mencari solusinya. Marvel meraih ponselnya, lalu menekan beberapa di
Di sebuah tempat yang gelap, dan lembap tampak seorang pria duduk seorang diri, wajahnya telah babak belur karena di hajar berulang kali oleh orang-orang Yo Han.Yo Han masuk ke dalam ruangan, dia menghampiri orang telah berada di dalam. Di melangkah masuk, berjalan dengan anggunnya. Jarinya yang indah itu, memegang dagu Lin yang sudah berlumuran darah.“Jadi apa kau masih ingin tetap bungkam?”Lin tetap saja bungkam soal siapa dalang dari penculikan yang menargetkan kedua putra Lukas.Yo Han menghela napas beratnya, dia menyeringai jahat di depan Lin. “Ku dengar kau sangat setia pada Bosmu, akan tetapi apa kau akan tetap bungkam jika kau melihat ini.”Dengan santainya dia mengeluarkan beberapa foto dari balik jasnya. Tampak di dalam foto ada seorang wanita yang tengah menggendong seorang anak yang berusia sekitar lima tahunan.Awalnya Lin tampak tak peduli dan acuh, namun saat dia melirik pada sekumpulan foto i